3 Alasan Reinier De Ridder Jadi Salah Satu Petarung Pound-For-Pound MMA Paling Berbahaya
Dengan catatan rekor sempurna 16-0 sejak debutnya pada 2013, Juara Dunia ONE Middleweight dan Light Heavyweight Reinier de Ridder tak diragukan lagi menjadi salah satu kompetitor teratas dalam dunia bela diri campuran. competitors in all of mixed martial arts.
Dan sepanjang tujuh laga ONE Championship di olahraga ini, pemegang sabuk hitam judo dan BJJ ini terbukti menjadi grappler yang sangat teknik dan memiliki tekanan besar, serta menjadi petarung ground-and-pound yang menakutkan.
Berikutnya, De Ridder kembali mempertahankan sabuk emas middleweight miliknya melawan penantang kuat asal Rusia Shamil Abdulaev dalam laga utama ONE Fight Night 3 pada Sabtu, 22 Oktober.
Ini adalah kesempatan lain bagi “The Dutch Knight” untuk menampilkan bakat elite-nya di atas panggung dunia, dan kali ini, itu akan tiba di hadapan para penonton jam tayang utama A.S.
Sembari menyambut hari pertandingan di Singapore Indoor Stadium, mari kita lihat apa yang menjadikan sang penguasa dua divisi itu salah satu petarung pound-for-pound paling berbahaya dalam MMA.
#1 Unstoppable Knees From The Front Headlock
Teknik grappling licin De Ridder membuka berbagai kesempatan bagi dirinya untuk menyarangkan serangan ground keras, dan konsep ini pun tampil dengan sempurna saat dirinya menyerang dengan teknik submission terbaiknya – D’Arce choke.
Serupa dengan anaconda choke, D’Arce menjadi variasi untuk front headlock, dan itu dapat digunakan untuk mengendalikan dan mengunci lawannya.
Dalam kasus pria Belanda ini, ia melihat D’Arce sebagai sarana untuk mendaratkan serangan lutut tak terhentikan ke arah kepala lawannya.
Ia mengambil keunggulan dari peraturan MMA ONE Championship – yang mengizinkan serangan lutut ke arah kepala di lawan yang terjatuh – dan menjepit lawannya di posisi turtle.
Jika lawannya memutuskan untuk mempertahankan diri dari kuncian leher itu dengan dasar yang sangat kuat, mereka akan membuka diri terhadap serangan lututnya. Namun, jika ia mereka tak segera melihat ancaman submission itu dengan segera, “The Dutch Knight” akan meraih kuncian leher itu.
Dalam laga keduanya bersama ONE Championship, sementara ia masih memegang sabuk coklat BJJ, De Ridder menghentikan Gilberto Galvao dengan jenis serangan ini, dimana ia meraih KO melalui serangan keras saat menghantam serangan lutut keras ke arah lawannya asal Brasil itu di posisi ground.
#2 Unique And Creative Submissions
Bukanlah sebuah rahasia bahwa De Ridder adalah grappler luar biasa yang selalu menekan keunggulan itu di tiap laga.
Tetapi, hal yang menjadikannya spesial adalah bahwa teknik submission miliknya dapat sangat non-ortodoks, yang membuat itu semakin sulit untuk dilawan.
Pria berusia 32 tahun ini menunjukkan arsenal submission cerdas miliknya dalam laga terbarunya – saat meraih kesuksesan dalam pertahanan gelar Juara Dunia ONE Middleweight melawan mantan penguasa divisi Vitaly Bigdash.
Hanya sedikit lebih dari satu menit memasuki kontes tersebut, setelah beradu di atas kanvas, “The Dutch Knight” menyerang dari atas punggungnya, sementara Bigdash nampak nyaman di posisi guard lawannya.
Perasaan itu terbukti salah, karena De Ridder segera beralih ke reverse triangle choke.
Sama seperti namanya, submission ini sangat berbeda dari triangle choke tradisional. Itu sangat jarang, dan untuk alasan itu, kuncian ini juga sangat sulit dihindari.
#3 Dynamic Back Control
Jangan salah – penguasa dua divisi ini adalah pencetak penyelesaian dan submission yang lihai.
Pada saat yang sama, semua submission itu dipersiapkan dari pengendalian kelas dunia di atas kanvas, terutama saat meraih punggung lawannya.
Serangan punggung De Ridder sangat impresif berkat kemampuannya untuk bertransisi di antara beberapa jenis pengendalian lawan (seperti body triangle, two hook, atau one hook) atau posisi dominan lainnya (seperti mount).
Kemampuan ini sangat nyata terlihat dalam kemenangan kedua pria Belanda ini dalam laga Kejuaraan Dunia atas mantan penguasa dua divisi Aung La N Sang, saat ia menghabiskan sebagian besar waktu 25 menit yang tersedia untuk mengendalikan sang penguasa.
Daripada mempertahankan lawannya di satu posisi, De Ridder adalah operator yang sangat mulus di ground, yang beralih dari beberapa jenis pengendalian punggung, atau back control, ke mount dan sebaliknya, yang jelas membuat Aung La N Sang kelelahan.