3 Pelajaran Terbesar Dari ONE Friday Fights 1
ONE Championship kembali ke ibukota Thailand untuk memulai rangkaian gelaran mingguannya dari Lumpinee Boxing Stadium dengan ONE Friday Fights 1 pada 20 Januari.
Lokasi ikonik ini dipadati oleh penonton yang sangat bersemangat, dan mereka pun menyaksikan berbagai aksi Muay Thai dan MMA luar biasa dari awal sampai akhir.
Dengan malam bersejarah yang sudah tercatat itu, berikut adalah tiga pelajaran terbesar dari gelaran ONE Friday Fights 1.
Apakah Nong-O Tak Terhentikan?
Sejak kembali dari masa pensiun dan bergabung bersama ONE Championship pada 2018, sosok legendaris Nong-O Gaiyanghadao memang tak terkalahkan.
Kesuksesan itu, yang menjadi jauh lebih dominan dalam tiap aksinya sampai saat ini, berlanjut pada Jumat malam saat ia meraih kemenangan ke-10 di ONE Championship dan mempertahankan gelar Juara Dunia ONE Bantamweight Muay Thai miliknya untuk kali ketujuh.
Walau Alaverdi “Babyface Killer” Ramazanov membuat kehadirannya terasa di ronde pertama, legenda Thailand itu segera mengetahui cara menjatuhkannya. Pada stanza ketiga, Nong-O melepaskan serangan kuat ke arah tubuh dan kepala selama lebih dari dua menit sampai pria Rusia itu menyerah.
Ini adalah operasi yang lengkap oleh seorang master dari disiplinnya.
Setiap penantang yang maju dan berani mencoba melengserkan penguasa bantamweight Muay Thai itu telah gagal. Terlepas dari tinggi badan, jangkauan, atau gaya yang dimiliki lawan, Nong-O selalu nyaris sempurna saat mengenakan sarung tangan MMA 4-ons itu.
Setelah penyelesaian KO kelima beruntunnya dan bonus penampilan senilai US$50.000, hanya ada satu pertanyaan tersisa – apakah ada siapa pun yang dapat menghentikan Nong-O?
Prajanchai Kembali Jauh Lebih Licin Dari Sebelumnya
Mantan Juara Dunia ONE Strawweight Muay Thai Prajanchai PK.Saenchai menggunakan kemenangan mutlak setelah tiga ronde itu atas Kompetch Sitsarawatsuer untuk mencetak pernyataan tegas.
Dan, pernyataan itu adalah seperti berikut ini: ia masih berada di puncak permainannya.
Petarung muda ini mencoba menghukum Prajanchai pada stanza pertama, namun atlet PK.Saenchai Muaythaigym itu membawa teknik bertahan yang sulit tertangkap. Tenang dan sangat dingin, ia membaca kompatriotnya itu dengan baik.
Pada dua ronde terakhir, Prajanchai menggunakan teknik tinju yang luar biasa untuk memisahkan dirinya di hadapan juri. Walau berusaha keras, Kompetch pun gagal saat lawannya berusia 26 tahun itu menjawab tiap serangan dan membuat para penonton di Bangkok itu bersorak keras.
Kemenangan ini mengembalikan bintang PK.Saenchai Muaythaigym itu ke jalur kemenangan, dan kini, ia dapat membangun momentum menuju laga melawan pria yang merebut sabuk emasnya, Joseph Lasiri.
Seksan & Harrison Jadi Kandidat ‘Fight Of The Year’
Seksan Or. Kwanmuang dan Tyson Harrison menetapkan standar yang tinggi untuk 2023 hanya dalam waktu 20 hari setelah tahun berganti.
Laga catchweight 140 pound ini menampilkan sembilan menit aksi Muay Thai nonstop, tanpa seorang pun yang beranjak mundur. Jika satu petarung mendaratkan serangan, rivalnya segera menjawab. Pada bel penutup, penonton pun bersorak kegirangan.
Pada akhirnya, “The Man Who Yields To No One” berhasil mengungguli Harrison, dengan dua dari tiga juri yang memberinya kemenangan. Terkesan dengan penampilan luar biasa itu, Chairman dan CEO ONE Chatri Sityodtong memberi Seksan bonus senilai US$50.000.
Sementara Seksan mungkin juga berulang tahun, penggemarlah yang mendapatkan hadiah dengan laga ini. Pertarungan yang disebut sebagai “Monster Energy Fight of the Night” ini jelas memimpin sebagai kandidat “Muay Thai Fight of the Year 2023,” dan itu akan menjadi standar tinggi yang sulit dipatahkan.