3 ‘Underdog’ Yang Kejutkan Dunia Seni Bela Diri
Ada pesan bahwa semua orang akan mengalami kesuksesan, tak terkecuali para underdog. Dan pada tanggal 26 Agustus nanti, saat ajang ganda ONE dimulai di Singapore Indoor Stadium, akan ada banyak petarung tidak diunggulkan yang ingin meninggalkan torehan prestasi di dalam Circle.
Dimulai dengan ONE 160: Ok vs. Lee II, kuda hitam Sherzod Kabutov akan mencoba menggulingkan penantang #3 Panpayak Jitmuangnon dalam laga alternatif ONE Flyweight Muay Thai World Grand Prix.
Lalu, di ONE Fight Night 1: Moraes vs. Johnson II, yang disiarkan langsung pada jam tayang utama A.S., underdog Michael Savvas akan bertemu dengan sang penguasa divisi Rodtang Jitmuangnon dalam babak semifinal ONE Flyweight Muay Thai World Grand Prix.
Sebelum aksi berlangsung di Singapura, simak tiga atlet yang sempat menjadi underdog, namun mampu mengejutkan dunia seni bela diri.
Adriano Moraes
Walau ia tujuh kali menjadi Juara Dunia ONE Flyweight, Adriano Moraes tetap menjadi underdog jelang laganya melawan Demetrious Johnson untuk pertama kali di ONE on TNT I pada April 2021.
Johnson, Juara Dunia MMA 12 kali, dianggap sebagai ‘GOAT’ dalam olahraga ini oleh banyak penggemar dan pengamat. Pada saat itu, “Mighty Mouse” juga memiliki 30 persen lebih banyak laga daripada Moraes, 17 penyelesaian, serta menjadi Juara ONE Flyweight World Grand Prix.
Walau melawan seluruh pencapaian tersebut, Moraes meng-KO Johnson pada ronde kedua dengan serangan uppercut dan lututnya, yang membuat dunia bela diri campuran gempar karena petarung A.S. itu tak pernah terkena penyelesaian sebelumnya.
Di ONE Fight Night 1, “Mikinho” – walau tetap menjadi underdog – akan ingin mengulangi pencapaian tersebut, tetapi kali ini dengan sebuah penyelesaian submission.
Ok Rae Yoon
Ok Rae Yoon hanya memiliki dua laga bersama organisasi ini saat ia mendapatkan kesempatan melawan Juara Dunia ONE Lightweight Christian Lee di ONE: REVOLUTION pada September 2021. Karena itu, banyak penggemar meyakini dirinya takkan bertahan selama lima ronde melawan sang penguasa.
Lagipula, Lee mengalahkan legenda MMA Jepang Shinya Aoki melalui KO ronde kedua demi merebut sabuk itu, mempertahankannya dua kali, dan dalam prosesnya memenangkan gelar Kejuaraan ONE Lightweight World Grand Prix. Saat ia bertemu Ok, ia membawa enam kemenangan beruntun.
Kegighan dan penempatan waktu sempurna dari pria Korea Selatan ini terbayar, karena ia menembus pertahanan “The Warrior” sebelum akhirnya meraih kemenangan mutlak kontroversial dan gelar Juara Dunia ONE Lightweight.
Kini, kedua ikon divisi lightweight ini akan menjalani laga ulang pada laga utama ONE 160 untuk memutuskan siapa yang layak berada di puncak divisi lightweight.
Jonathan Haggerty
Jika ada seseorang yang dapat disebut underdog sejati, sosok itu adalah Jonathan Haggerty. Di usia 22 tahun, ia menghadapi legenda hidup Sam-A Gaiyanghadao demi merebut gelar Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai di ONE: FOR HONOR pada Mei 2019 lalu.
Sam-A membawa lebih dari 300 kemenangan profesional atas namanya dan memenangkan Kejuaraan Dunia Lumpinee Stadium dalam dua divisi berbeda. Haggerty, di sisi lain, hanya memiliki belasan laga dan baru saja menjalani satu pertandingan di atas panggung bela diri dunia ini.
Namun, “The General” menggunakan tendangan dorongnya, serangan siku berbahaya dan pukulan keras untuk mencetak kemenangan mutlak atas pencetak KO itu dan menjadi Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai.
Kini, posisi itu berbalik. Penantang peringkat #1 flyweight ini akan menghadapi pria yang dianggap banyak orang sebagai underdog – Amir Naseri. Keduanya akan bertarung dalam laga alternatif ONE Flyweight Muay Thai World Grand Prix di ONE Fight Night 1.