4 Pelajaran Krusial Dari ONE Fight Night 12
ONE Fight Night 12: Superlek vs. Khalilov membuktikan janjinya untuk menggemparkan beberapa divisi paling padat di ONE Championship.
Serangkaian petarung veteran dan bintang baru beraksi pada Sabtu pagi, 15 Juli waktu Asia, di ibu kota Thailand, untuk menggoncang divisi mereka masing-masing, dan saat malam itu berakhir, beberapa penantang potensial bagi gelar Juara Dunia ONE pun lahir.
Oleh karena itu, berikut adalah pelajaran terbesar dari arena ultra-ikonik Lumpinee Boxing Stadium.
Superlek Memang Berasal Dari Dunia Lain
Hanya tiga minggu setelah kemenangan terbarunya, ikon Thailand Superlek Kiatmoo9 kembali dalam laga catchweight Muay Thai 135,25 pound melawan petarung kuat Tagir Khalilov.
Juara Dunia ONE Flyweight Kickboxing dan penantang #1 Muay Thai ini merobek pertahanan rival asal Rusia itu seperti gergaji mesin.
Sejak bel pembuka, Superlek tak memberi ruang bagi Khalilov untuk bernafas, dimana ia melukai lawan kuat itu dengan berbagai serangan keras.
Dengan tidak mengurangi intensitas serangan itu, “The Kicking Machine” menyelesaikan tugasnya pada ronde kedua. Khalilov tak dapat menjawab serangan siku yang konstan mengayun ke arahnya, dimana wasit Olivier Coste terpaksa menghentikan aksi tersebut.
Selama 12 bulan terakhir, petarung berusia 27 tahun ini mencetak rekoer 6-0 dengan empat KO atas namanya. Secara sederhana, Superlek memang nampak berasal dari dunia lain.
Penantang Featherweight Tandai Ancaman Mereka
Garry Tonon dan Akbar Abdullaev bersinar di dalam Lumpinee Boxing Stadium setelah mencetak penyelesaian impresif untuk merebut posisi penantang gelar featherweight MMA.
Bagi Tonon, petarung peringkat #2, kunci utamanya adalah mengatasi serangan Shamil Gasanov yang sebelumnya tak terkalahkan itu, terutama di awal laga. Pria Amerika ini bertahan dari serangkaian serangan lutut keras sebelum mencetak submission pada ronde kedua via kneebar.
Sebelumnya, Abdullaev menghentikan Aaron Canarte dalam waktu kurang dari yang dihabiskannya pada penampilan perdananya di atas panggung dunia. Faktanya, sepanjang kedua laganya di ONE, pria berusia 25 tahun ini hanya menghabiskan kurang dari 90 detik di dalam ring.
Selain keduanya meraih bonus penampilan senilai US$50.000 dari Chairman dan CEO ONE Chatri Sityodtong untuk kemenangan mereka, Tonon dan Abdullaev kini mengincar pria teratas dalam divisi mereka.
Namun, memang tak ada jaminan bagi mereka, karena banyak penantang kuat yang juga mengincar kesempatan melawan Juara Dunia ONE Featherweight Tang Kai.
Kegigihan Aliakbari Kembali Bakar Persaingan Kontra Malykhin
Tujuan Amir Aliakbari saat melawan Dustin Joynson adalah untuk mengirimkan pesan bagi rival lamanya, Anatoly Malykhin, dan hanya dibutuhkan 108 detik bagi Juara Dunia ONE Heavyweight dan Light Heavyweight itu untuk menerimanya.
Petarung Iran ini bangkit dari awalan sulit di ONE untuk mencetak penyelesaian TKO ketiga berturut-turut dan menempatkan dirinya dalam pembicaraan untuk memasuki perebutan gelar – dan menerima bonus senilai US$50.000 untuk penampilan kuatnya itu.
Namun, bagi Aliakbari, itu tak hanya tentang memenangkan sabuk emas. Ia ingin membalas kekalahan yang dideritanya di tangan Malykhin pada September 2021.
Persaingan ini kembali memanas seusai laga, saat keduanya berhadapan dalam wawancara Aliakbari seusai laga dengan Komentator ONE, Mitch Chilson.
Aliakbari dan Malykhin nampak termotivasi untuk mengakhiri adu mulut mereka. Dan, sementara sebuah laga ulang itu memang sangat menarik untuk disimak, ini takkan mungkin terjadi jika Aliakbari tak dapat membalikkan keadaan di atas panggung dunia.
Phetjeeja Dekati Perebutan Gelar Juara Dunia
Setelah Phetjeeja mengamankan sepasang TKO beruntun dan kontrak ratusan ribu dolar A.S. untuk menjadi bagian dari atlet utama ONE, “The Queen” menjadi sorotan tersendiri di ONE Fight Night 12 saat ia melawan mantan penantang gelar Juara Dunia Interim ONE Atomweight Lara Fernandez.
Dan, hasilnya memang sangat luar biasa.
Kekuatan epik milik Phetjeeja ditampilkan dengan segera, setelah pukulan pertama tersambung. Sejak saat itu, laga ini hanya tinggal masalah waktu. Setelah serangkaian serangan cepat, wasit pun masuk untuk menghentikan laga hanya dalam waktu 26 detik.
Penyelesaian TKO tegas itu menjadi penampilan terbaik dari wanita Thailand ini. Faktanya, ia meraih bonus sebesar US$50.000 dan membawanya mendekati puncak divisi atomweight Muay Thai wanita.
Setelah laga, Phetjeeja dengan yakin menantang Juara Dunia ONE Atomweight Muay Thai Allycia Hellen Rodrigues. Maka, takkan mengejutkan jika keduanya akan berhadapan sebelum tahun ini berakhir.