4 Pelajaran Penting Jelang Final ONE Lightweight World Grand Prix

Legenda bela diri campuran divisi lightweight asal AS, Eddie Alvarez.

Jika aksi dalam babak final turnamen ONE Lightweight World Grand Prix dapat mendekati apa yang sudah terjadi dalam turnamen ini, para fans akan menyaksikan kejutan luar biasa pada hari Minggu, 13 Oktober. 

Dalam ajang bersejarah ONE: CENTURY PART I di Tokyo, Jepang, Saygid “Dagi” Guseyn Arslanaliev dan Eddie “The Underground King” Alvarez akan berhadapan untuk merebut kemenangan, dimana laga mereka dapat saja menjadi sebuah laga klasik yang luar biasa.

Sebelum hari pertandingan tiba di Ryogoku Kokugikan, mari kita lihat beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari laga World Grand Prix sebelumnya, dan apa yang dapat terjadi di babak final nanti.

#1 Atlet Terbaik Akan Selalu Siap

Dengan tiga laga yang berlangsung cepat, perubahan dalam turnamen ini selalu dimungkinkan, dimana atlet yang melaju dengan pukulan keras dapat melewati babak semifinal.

Saygid saat itu harus menyesuaikan diri menghadapi Amir Khan – ketika Ariel “Tarzan” Sexton terpaksa mundur dari babak semifinal – dan ia pun terbukti dapat beradaptasi dengan sebuah kemenangan epik.

Walau kalah di babak perempat final, Eddie akhirnya mendapatkan tempat di babak final berkat kemenangannya atas Eduard “Landslide” Folayang di ajang ONE: DAWN OF HEROES.

Kedua mantan Juara Dunia ini masuk ke dalam daftar petarung di turnamen ini setelah Timofey Nastyukhin dan Lowen Tynanes menderita cedera, dimana Eddie mencetak sebuah kebangkitan kembali setelah debutnya yang kurang beruntung bersama “The Home Of Martial Arts” melalui submission pada ronde pertama atas “Landslide.”

#2 Jangan Remehkan Kekuatan ‘Dagi’

“Dagi” selalu dapat mencetak penyelesaian yang kuat, tetapi kemenangan KO saat menghadapi Ev “E.T.” Ting dan Amir Khan memberinya tempat dalam babak final turnamen ONE Lightweight World Grand Prix dan membawa reputasinya ke tingkatan selanjutnya.

Kemenangan TKO pada awal karirnya mampu memberikan sedikit gambaran akan kekuatannya, tetapi KO beruntun melawan dua atlet elit dalam turnamen ini – ditambah dengan penyelesaian luar biasa saat melawan Timofey Nastyukhin – menjelaskan bahwa ia memiliki kekuatan besar untuk menaklukkan atlet terbaik di dunia.

Spesialis stand-up Ev Ting dan Amir Khan percaya bahwa mereka dapat bertahan dalam pertukaran serangan atas melawan pemegang sabuk hitam Brazilian Jiu-Jitsu ini, tetapi kenyataannya adalah kedua atlet elit ini berakhir di atas kanvas pada ronde pembuka.

“Dagi” dapat menyelesaikan laga dengan tangan manapun, dan keyakinan diri serta tekniknya bertambah kuat setiap kali ia menang.

#3 Semangat Juang Eddie Dapat Memberi Kemenangan

Semangat legenda bela diri campuran seperti “The Underground King” tidak dapat dipatahkan. Ia tidak mendapatkan hasil yang diinginkannya saat kembali ke Asia, tetapi kemampuannya untuk kembali bangkit selalu menjadi asetnya yang paling utama.

Eddie segera menyambut kesempatan menghadapi Eduard Folayang dalam laga kelas tinggi untuk membuktikan bahwa ia masih menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan dalam divisi lightweight, dan saat itu ia mampu mengatasi tantangan untuk mencetak kemenangan spektakuler melalui kuncian rear-naked choke.

Atlet asal Amerika Serikat ini terlihat akan kembali kalah, tetapi kekuatannya membuat pria ini bertahan dari serangan “Landslide” sebelum kemampuan dan pengalamannya sebagai atlet veteran untuk membalikkan keadaan dan melengkapi kebangkitannya.

Saat ia terdesak, atlet berusia 35 tahun ini terbukti paling berbahaya, dan laga diatas hanyalah sebuah contoh yang memperkuat anggapan ini.

Seorang “Dagi” mungkin terlihat tak terhentikan, tetapi ia harus mewaspadai kemampuan luar biasa dari lawannya ini untuk bangkit dari posisi terdesak. Eddie tentunya akan membawa kemenangannya melawan Eduard tersebut kembali ke ONE: CENTURY.

#4 Babak Final Yang Spektakuler

Atlet terpanas dalam divisi lightweight dunia saat ini akan berlaga melawan salah satu nama legendaris lainnya, dan segala sesuatu yang dapat dilihat dari rekor keduanya akan membuat anda tidak berkedip.

Keempat laga World Grand Prix mereka berakhir pada ronde pertama, dan ini membuktikan bagaimana mereka menjalani karir mereka.

Atlet kelahiran Dagestan ini tidak pernah melihat pertandingan berakhir dengan keputusan juri, dan rivalnya dari Philadelphia itu juga melihat 81 persen dari 38 laganya berakhir sebelum bel pertandingan berakhir.

Keduanya dapat menyelesaikan laga dengan striking atau submissions, dan keduanya juga memiliki kemampuan luar biasa dalam tiap elemen permainan ini. Oleh karena itu, panggung bela diri dunia ini telah disiapkan untuk sebuah laga eksplosif yang menegangkan.

Tokyo | 13 Oktober | ONE: CENTURY | TV: Periksa daftar tayangan lokal untuk siaran global | Tiket: http://bit.ly/onecentury19

ONE: CENTURY adalah ajang Kejuaraan Dunia bela diri terbesar dalam sejarah dengan 28 Juara Dunia yang tampil dalam berbagai disiplin bela diri. Belum ada organisasi dalam sejarah yang pernah mempromosikan dua ajang Kejuaraan Dunia di hari yang sama.

“The Home Of Martial Arts” kembali membuka babak baru dengan menyajikan beberapa laga perebutan gelar Juara Dunia, tiga babak final Kejuaraan World Grand Prix, serta serangkaian Juara Dunia yang akan melawan Juara Dunia lainnya di lokasi ikonik Ryugoku Kokugikan, Tokyo, Jepang, tanggal 13 Oktober.

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9