5 Alasan Mengapa Iuri Lapicus Dapat Goncang Divisi Welterweight MMA ONE
Iuri Lapicus telah lama dianggap sebagai salah satu petarung paling berbahaya dalam divisi lightweight, dan perpindahannya ke welterweight dapat memberi dampak luar biasa bagi divisi ini.
Bintang asal Moldova ini akan memulai misinya dengan ujian berat saat dirinya menghadapi mantan Juara Dunia ONE Welterweight Zebaztian Kadestam di ONE Fight Night 1, yang disiarkan langsung di jam tayang Amerika Utara pada Jumat, 26 Agustus malam waktu A.S.
Di atas kertas, laga dari Singapore Indoor Stadium ini memang sarat dengan aksi panas.
Kadestam meraih lima kemenangan bersama ONE Championship – seluruhnya via KO – maka ini akan menjadi pembaptisan oleh api bagi sang pendatang baru di divisi itu.
Pada saat yang sama, ini menjadi kesempatan sempurna bagi Lapicus untuk memastikan dirinya sebagai ancaman serius di kategori berat badan itu.
Jelang malam pertandingan, berikut adalah lima alasan mengapa mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Lightweight itu dapat segera menggoncang landskap divisi welterweight MMA ONE.
#1 Memiliki Gaya Menyeluruh
Lapicus adalah petarung bela diri campuran serba bisa yang memadukan striking kuat dengan permainan ground keras miliknya.
Debutnya bersama ONE Championship melawan veteran Thailand Shannon Wiratchai adalah contoh nyata dari dirinya yang menggunakan teknik gulat luar biasa dan submission grappling brutal.
Saat itu, Lapicus menggunakan teknik ground-and-pound elite sebelum dirinya menyarangkan rear-naked choke rapat dan mengumumkan kehadirannya.
Penampilan kedua pria asal Moldova ini juga menunjukkan hal yang sama, tetapi itu berakhir jauh lebih cepat. Ia menggoyahkan mantan Juara Dunia ONE Featherweight Marat Gafurov sebelum mengamankan kemenangan submission via rear-naked choke lainnya di ronde pertama.
Namun, Lapicus lebih dari sekadar spesialis ground. Ia memiliki empat KO dalam kariernya dan sangat senang untuk bertukar serangan keras di atas kedua kakinya.
#2 Pencetak Penyelesaian Berprestasi
Secara luar biasa, Lapicus belum pernah membutuhkan campur tangan juri untuk meraih tiap kemenangan dalam karier MMA profesionalnya.
Pria berusia 26 tahun ini memiliki catatan rekor gemilang, 14-1 (1 NC), dalam kariernya sampai saat ini, dengan 10 penyelesaian submission di antara keempat KO tersebut.
Terlebih lagi, teknik penyelesaiannya tiba dari berbagai macam gerakan, termasuk rear-naked choke, armbar, guillotine choke, triangle choke dan pukulan atau tendangan kuat.
Lapicus adalah sosok yang dapat menjadi sorotan luar biasa dengan penyelesaiannya, dimana ia akan ingin menambah korbannya saat dirinya beralih ke welterweight – divisi yang sudah sarat dengan para petarung kuat.
#3 Anak Didik Unggulan ‘GOAT’ Kickboxing
Ada peribahasa yang mengatakan bahwa besi menajamkan besi, dan Lapicus memang diasah oleh palu gada dari salah satu legenda dalam olahraga tarung.
Pria Moldova ini adalah anggota dari sasana terkenal Team Petrosyan di Italia, dimana ia mengasah teknik striking-nya di bawah bimbingan superstar ONE Championship Giorgio Petrosyan – yang dianggap sebagai salah satu kickboxer terbaik sepanjang masa.
Seperti mentornya, Lapicus menampilkan ketenangan yang menakutkan dalam rangkaian serangan stand-up miliknya sebelum dirinya meledak dengan serangan penutup.
Dan, walau ia lebih menyukai teknik grappling untuk menyelesaikan lawan, Lapicus dapat menggunakan kemampuan striking-nya untuk melunakkan lawan sebelum ia menyarangkan kuncian leher yang dapat membuat mereka tak sadarkan diri.
#4 Personifikasi Dari Kekuatan
Seni bela diri selalu dibangun di sekitar teknik, namun itu juga membantu saat seorang petarung memiliki kekuatan murni yang luar biasa besar.
Dalam hal ini, Lapicus memadukan kebijakannya dalam hal teknis dengan kekuatan kasar yang hampir tak dapat dihentikan.
Sorotan terbaik dari kemampuan ini terjadi dalam laganya melawan Gafurov. Sementara pria Rusia itu menjadi salah satu spesialis submission yang paling ditakuti di ONE, ia menjadi korban kekuatan Lapicus pada laga mereka di ONE: WARRIOR’S CODE pada Februari 2020 lalu.
Setelah kedua atlet ini bergulat di dekat tali ring, Lapicus melemparkan Gafurov ke ground layaknya sepotong kertas. Ia lalu meraih punggung lawannya, dan hanya dalam beberapa detik, bel pun berdering untuk memberi tanda berakhirnya laga.
#5 Nampak Nyaman Di Divisi Welterweight
Dengan tinggi badan 180 sentimeter, Lapicus dianggap cukup besar bagi divisi lightweight, dan perpindahannya naik ke welterweight mungkin akan memberinya situasi yang sangat nyaman.
Ia jelas dapat menciptakan kekacauan jika dirinya mempertahankan serangan eksplosif andalannya dan menambahkan lebih banyak kekuatan lagi ke dalam posturnya.
Baik di atas kaki atau di ground, pria Moldova ini menunjukkan kegigihan luar biasa dan keinginan untuk mengincar penyelesaian besar yang akan ditayangkan ulang selama bertahun-tahun kemudian.
Jika divisi ini memang benar-benar tepat, maka pada petarung welterweight ONE Championship harus bersiap menghadapi ancaman serius dalam jajaran mereka.