5 Pelajaran Terbesar Dari ONE 166: Qatar
ONE Championship mencetak debut di Qatar pada 1 Maret dengan 10 laga menarik di ONE 166.
Itu menjadi kartu yang sangat liar dengan berbagai aksi dalam empat disiplin olahraga, dua diskualifikasi, serta laga utama yang mencetak sejarah.
Dengan serangkaian aksi tak terlupakan jelang ketiga laga ulang Kejuaraan Dunia pada akhir kartu ini, terdapat banyak hal yang harus dipelajari.
Berikut adalah lima pelajaran terpenting setelah gelaran ONE 166: Qatar pada Jumat lalu.
Malykhin Adalah Atlet MMA Tergahar Di Muka Bumi
Sejak tiba di ONE Championship, Anatoly Malykhin membuktikan seluruh perkataannya. Kali ini, “Sladkiy” memasuki Lusail Sports Arena dengan tujuan mencetak sejarah – dan itulah yang ia lakukan.
Walau Juara Dunia ONE Middleweight MMA saat itu, Reinier de Ridder, mencetak dengan tendangan dorong dan mencoba membawa laga ke atas kanvas, Malykhin tak bergeming.
Dengan tekanan dan kekuatan yang semakin meningkat, Juara Dunia ONE Heavyweight dan Light Heavyweight MMA ini menyerang De Ridder sampai ia tak lagi dapat berdiri, yang menambahkan sabuk emas middleweight MMA dan menjadi Juara Dunia tiga divisi ONE pertama.
Namun, pencapaian ini bukanlah menjadi perhatian utama dibandingkan cara Malykhin mewujudkannya.
Petarung tak terkalahkan asal Rusia ini membawa catatan rekor 6-0 bersama ONE, dan dengan setiap kemenangan yang tiba via KO, ia memberi alasan mengapa dirinya dapat dianggap sebagai pria tergahar di muka bumi.
“Sladkiy” memang layak mendapat julukan itu dengan mematahkan para kompetitor elite di sekelilingnya dalam tiga divisi tanpa menunjukkan tanda-tanda melambat. Selain mencetak sejarah, ia menciptakan warisan yang besar sebagai petarung terbaik sepanjang masa dan kekuatan mengerikan.
Kita Membutuhkan Laga Brooks vs. Pacio III
Jarred Brooks dan Joshua Pacio selalu nampak ditakdirkan menjalani beberapa laga di dalam Circle. Setelah ONE 166, jelas aksi ketiga mereka menjadi sebuah kewajiban, walau itu tak tiba dengan cara yang diharapkan semua orang.
Saat Pacio mengancam lawannya via kimura, Brooks mengangkat dan membanting petarung Filipina itu ke atas kanvas. Permasalahannya tiba dengan cara Pacio mendarat, karena bantingan atau spiking ke arah kepala, leher, atau tulang belakang tidak diperbolehkan di bawah Peraturan Global MMA ONE.
Sebagai hasilnya, Pacio merebut kembali gelar Kejuaraan Dunia ONE Strawweight MMA itu dari atlet Amerika ini melalui diskualifikasi. Kini, jelas bahwa hasil yang tegas memang dibutuhkan untuk mempertegas posisi keduanya.
Sebuah laga trilogi jelas akan digelar saat Pacio diperbolehkan oleh para dokter untuk kembali beraksi, dan kedua pria ini akan melanjutkan persaingan panas namun penuh respek itu dengan pertaruhan hadiah terbesar dalam disiplin ini.
Tang Kai Tidak “Berkarat” Saat Kembali Beraksi
Walau berada di luar kompetisi aktif selama 18 bulan, Tang Kai tak kehilangan kemampuannya melawan Thanh Le dalam laga penyatuan gelar Juara Dunia ONE Featherweight MMA mereka. Superstar Tiongkok itu kembali ke puncak dengan kemenangan TKO ronde ketiga.
Tang awalnya melaju dalam divisi ini dengan serangkaian KO luar biasa sebelum melengserkan Le dalam pertemuan pertama mereka via keputusan setelah game plan luar biasa.
Laga ulang di Qatar ini memberi bukti tambahan bahwa ia lebih dari sekadar pencetak KO – tetapi juga strategis dengan IQ tanding yang sangat tinggi.
Le mencoba membawa beberapa hal baru dalam laga ulang ini melalui kuda-kuda dan sudut serangan yang berbeda.
Namun petarung berusia 28 tahun ini beradaptasi dan mengejutkan rivalnya melalui sebuah feint indah ke arah kiri, sebelum menyarangkan hook kanan yang menjatuhkan petarung Vietnam-Amerika itu.
Kemampuan dan pengertian Tang akan kerumitan dari disiplin ini semakin bertambah setiap kali ia menjalani pemusatan latihan. Divisi featherweight MMA ini jelas akan merasa lebih khawatir bahwa dirinya akan menjadi penguasa yang semakin berbahaya dan lebih sulit lagi untuk dilengserkan.
Aliakbari Mungkin Jadi Harapan Terbaik Timur Tengah
Sejak kekalahannya di tangan Malykhin pada 2021, Amir Aliakbari telah membawa misi untuk mencapai puncak divisi heavyweight MMA.
Di Qatar, ia mengambil langkah besar menuju sebuah laga ulang melawan Juara Dunia ONE Heavyweight MMA – dan kesempatan membawa pulang sabuk emas itu ke Timur Tengah.
Raksasa Iran itu mengincar serangan kuat di sepanjang laganya melawan Arjan Bhullar. Mantan penguasa divisi itu melihat aksi yang dibawa Aliakbari dan terus menghindari serangan sampai wasit Herb Dean terpaksa menghentikan laga dengan diskualifikasi karena ia tidak aktif menyerang.
Sementara, Aliakbari berkompetisi dengan cerdas tanpa melakukan pergerakan ceroboh untuk mengejar KO atau merasa frustrasi dengan lawannya yang menolak untuk beraksi.
Karena petarung berusia 36 tahun ini berkembang secara fisik dan mental dalam pendekatannya, ia dapat saja menjadi ancaman terbesar bagi Malykhin dan sabuk emas seberat 26 pound itu.
Kuzmin, Saldoev Cetak Kemenangan Besar Bagi Archangel Michael
Para atlet memang selalu mencari kesempatan untuk tampil menonjol dalam kartu yang sarat dengan bintang terbesar di dunia. Pada ONE 166, dua atlet Muay Thai sensasional asal Rusia mengirimkan pesan bahwa sasana mereka siap untuk bergabung bersama para petarung elite dunia.
Ali Saldoev tampil pertama kali melawan Zakaria El Jamari dalam aksi catchweight 137,75 pound. Debut bersama ONE ini tak dapat menjadi lebih baik dengan KO keras pada ronde kedua.
Dua laga kemudian, Vladimir Kuzmin mencetak sebuah knockdown pada ronde kedua aksi catchweight 147,75 pound melawan Zafer Sayik dan meraih kemenangan mutlak.
Baik Kuzmin dan Saldoev bertarung mewakili Archangel Michael Fight Club. Kemenangan mereka memberi dampak besar dan menunjukkan mengapa sasana itu dapat saja menjadi tujuan baru bagi generasi striker elite Rusia lainnya.