5 Sorotan Terbesar Dari ONE 165: Superlek Vs. Takeru
Organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini kembali ke Tokyo pada hari Minggu, dengan berbagai aksi menegangkan.
ONE 165: Superlek vs. Takeru menjadi segalal sesuatu yang diinginkan oleh para penggemar olahraga tarung, dengan berbagai aksi berpertaruhan tinggi dalam berbagai disiplin.
Stadion Ariake Arena di Tokyo penuh sesak dengan antisipasi jelang laga utama yang menampilkan ikon Jepang Takeru Segawa, tetapi berbagai aksi yang menghibur juga membangun suasana menuju puncak.
Pada akhir malam itu, terdapat berbagai hal untuk ditelaah. Dengan dua Juara Dunia yang bertahan dan para penantang baru yang muncul, berikut adalah lima pelajaran terbesar dari aksi epik di Jepang ini.
Superlek Masuki Pembicaraan Pound-for-Pound Terbaik Setelah Kemenangan Besar Lainnya
Setelah lima ronde liar, Superlek Kiatmoo9 mempertahankan gelar Kejuaraan Dunia ONE Flyweight Kickboxing di daerah kekuasaan lawan saat menghadapi Takeru – dan memberi alasan bagi dirinya untuk dianggap sebagai salah striker pound-for-pound terbaik di muka bumi.
Kedua pejuang ini saling beradu serangan dengan senjata andalannya di awal pertarungan yang menjadi kandidat Kickboxing Fight of the Year ini, tetapi superstar Thailand itu meraih keunggulan atas lawannya dalam kondisi berulang.
Di atas segalanya, Superlek menunjukkan alasan mengapa dirinya disebut sebagai “The Kicking Machine.” Senjata penghancur itu secara brutal mengenai kaki depan Takeru berulang kali, yang membuat debutan itu tak dapat berjalan sendiri seusai laga.
Petarung berusia 28 tahun ini kini memenangi sembilan laga di ONE Championship di disiplin kickboxing dan Muay Thai, dengan kemenangan beruntun atas Takeru dan Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai Rodtang Jitmuangnon.
Dengan arsenal serangan dan eksekusi sempurnanya, posisi Superlek sebagai penguasa pound-for-pound mungkin sangat sulit dibantah. Dan, ia dapat terus memastikan reputasi tersebut jika ia menerima tantangan baru dalam divisi bantamweight.
Kade Ruotolo Nampak Siap Masuki Debut MMA
Setelah tujuh bulan berada di luar arena, Kade Ruotolo nampak segar dan sangat jauh lebih baik dari sebelumnya dalam laga pertahanan gelar Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling melawan Tommy Langaker.
Di laga perdana mereka pada Juni lalu, pada gelaran ONE Fight Night 11, Langaker hampir melengserkan pemegang gelar itu. Tetapi laga ulang ini tak memberi drama yang sama.
Sebaliknya, petarung Amerika berusia 21 tahun itu sangat dominan selama 10 menit aksi mereka. Ruotolo menekan maju, hampir menyelesaikan laga dengan D’Arce choke. Walau Langaker dapat meloloskan diri, ia hanya bisa bertahan.
Pertahanan gelar Juara Dunia ini tak hanya menjadi cara untuk membuktikan superioritas Ruotolo atas Langaker. Itu juga mengirimkan pesan ke dunia MMA.
Dengan salah satu permainan BJJ terbaik dalam divisi mana pun, Ruotolo berlanjut menunjukkan bahwa ia siap menguji dirinya sendiri dalam disiplin menyeluruh ini. Dan, nampaknya divisi lightweight MMA akan harus menghadapi serangan tanpa henti miliknya lebih cepat dari yang mereka harapkan.
Tonon, Wakamatsu, Opacic Buktikan Diri Untuk Perebutan Gelar Juara Dunia
ONE 165 juga menjadi kesempatan tepat bagi para penantang untuk memposisikan diri di puncak divisi masing-masing.
Dalam satu laga, penantang #1 featherweight MMA Garry Tonon beraksi cepat atas mantan penguasa dua divisi Martin Nguyen.
“The Lion Killer” beraksi demi mengamankan submission via rear-naked choke, yang menempatkannya dalam antrean berikut untuk melawan pemenang dari laga penyatuan gelar Juara Dunia ONE Featherweight MMA antara Tang Kai dan Thanh Le pada 1 Maret nanti.
Sebelumnya, penantang #4 flyweight MMA Yuya Wakamatsu mengungguli petarung peringkat #2 Danny Kingad sepanjang tiga ronde. Selalu satu langkah di depan, “Little Piranha” memberi alasan kuat untuk memasuki laga ulang melawan pemegang gelar dan ‘GOAT’ MMA Demetrious Johnson.
Rade Opacic mungkin juga telah mengamankan tiket emasnya di Ariake Arena. Mesin penghancur divisi heavyweight kickboxing ini menghindari serangan keras Iraj Azizpour dan menyarangkan tekniknya untuk meraih keputusan mutlak. Hasilnya, ia mungkin dapat berlaga demi sabuk emas perdana divisinya dalam waktu dekat.
Panggung untuk bersinar ini memang ditawarkan pada tiap atlet berbakat itu – dan mereka semua mengambil keuntungan penuh.
Ayaka Miura Cetak Pernyataan Tegas Dalam Debut Atomweight
Ayaka Miura tiba dalam radar atomweight MMA dengan cara luar biasa melalui keputusan yang sangat dominan atas sesama judoka Jepang Itsuki Hirata.
Miura menghancurkan Hirata dari awal laga, serta membuktikan julukannya, “Zombie.” Perwakilan Tribe Tokyo MMA ini sangat gigih mengejar submission, dan ia tak pernah memberi ruang sedikit pun bagi “Android 18” untuk bernafas selama 15 menit penuh.
Mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Women’s Strawweight MMA itu menambahkan hal baru dalam jajaran teratas divisi atomweight. Kini, Miura akan ingin mengincar posisi lima besar.
Marat Grigorian Tampilkan Evolusi Dalam Kemenangan Impresif Atas Sitthichai
Kickboxer peringkat kedua featherweight Marat Grigorian membungkam penantang #3 Sitthichai Sitsongpeenong – dan seluruh peragunya – dengan penampilan menyeluruh terbaik setelah beberapa tahun terakhir ini. Superstar Armenia itu mungkin telah berevolusi memasuki kondisi terbaiknya.
Walau Sitthichai mengawali dengan kuat, Grigorian menyerang rival lamanya itu dengan meningkatkan tekanan. Ia mengenai tubuh pria Thailand itu dan menjatuhkannya dengan serangan lutut demi mencetak TKO pada ronde ketiga.
Perwakilan Hemmers Gym ini memastikan dirinya tak kehilangan tempat berpijak di divisi featherweight kickboxing ONE yang sangat padat itu. Pria berusia 32 tahun itu nampak memasuki fase baru dari kondisi primanya, dan itu sangat menakutkan bagi siapa pun lawan berikutnya.
Saat Grigorian meraih kemenangan kedua berturut-turut atas Sitthichai setelah kalah dalam empat laga awal mereka, ia juga membuat Juara Dunia ONE Featherweight Kickboxing Chingiz Allazov waspada untuk sebuah potensi laga ulang.