5 Sorotan Utama Dari ONE 167: Tawanchai Vs. Nattawut II

Rodtang Jitmuangnon Denis Puric ONE 167 137

ONE 167: Tawanchai vs. Nattawut II menjadi ajang yang menguras emosi pada Sabtu, 8 Juni.

Suasana di Impact Arena, Bangkok, sudah terasa intens di kontes pembuka, dan semakin memuncak seiring berjalannya laga hingga berujung pada laga ulangan penuh pertaruhan yang terus dibahas para penggemar dan kritikus.

Sebelum kita memasuki paruh kedua 2024, simak lebih dekat lima sorotan utama dari ONE 167:

#1 Siap Menyambut Trilogi Tawanchai-Nattawut?

Perasaan para penggemar bercampur aduk saat pertempuran kickboxing tiga ronde antara Tawanchai PK Saenchai dan “Smokin” Jo Nattawut berlangsung ketat pada Oktober 2023. Mereka ingin laga berlangsung lebih lama dan pada ONE 167, keinginan mereka terkabulkan dalam laga Muay Thai lima ronde.

Namun, alih-alih memberi jawaban pasti, pertarungan itu justru seperti meninggalkan lebih banyak pertanyaan.

Tawanchai memulai dengan baik demi mempertahankan sabuk Juara Dunia ONE Featherweight Muay Thai World Title. Namun, Nattawut menaikan tempo pada ronde ketiga sehingga memaksa lawan satu negaranya bertarung pada dua ronde akhir dengan penglihatan yang tidak sempurna.

Dengan sabuk emas sebagai pertaruhannya, kedua kesatria ini mengerahkan segalanya pada tiga menit pamungkas hingga akhirnya Tawanchai didaulat sebagai pemenang lewat keputusan mayoritas.

Terlepas dari hasil itu, banyak pihak yang tidak puas.

Sang pemilik gelar asal PK Saenchai Muaythaigym bahkan tak merasa senang dengan kemenangannya, pendapat para penggemar pun terbelah, serta Chairman dan CEO ONE Chatri Sityodtong mengakui dalam konferensi pers setelah laga bahwa ia menginginkan laga ketiga dalam ajang ONE 170: Atlanta pada November.

Meski kebanyakan laga trilogi tercipta karena jumlah kemenangan yang berimbang, dua laga luar biasa ini telah membuktikan bahwa Tawanchai dan Nattawut sama kuatnya, dan mereka mungkin perlu satu pertarungan lagi untuk menentukan skor.

#2 Rodtang Tidak Kehilangan Sentuhan

Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai Rodtang “The Iron Man” Jitmuangnon kembali setelah hampir satu tahun menepi dari sorotan dalam laga catchweight kickboxing 141,25-pound melawan Denis “The Bosnian Menace” Puric. Dan ia pun berhasil menunjukkan versi baru dari dirinya.

Sembuh dari cedera dan terlihat lebih segar, “The Iron Man” menunjukkan kelincahan kaki dan kombinasi ganas dalam laga sembilan menit dengan sang veteran dari Bosnia-Kanada.

Meski Puric menekan Rodtang sepanjang laga, sang megabintang Thailand tak pernah benar-benar ada dalam bahaya dan mampu membalas bara api lawannya dengan agresivitas khasnya demi unggul poin.

Rodtang menjelaskan perjuangannya selama masa penyembuhan dalam sesi wawanara pascalaga yang berlangsung haru. Ia berterima kasih kepada para pendukungnya dan lanjut melayangkan tantangan pada Takeru Segawa.

Kembalinya Rodtang menunjukkan bahwa ia siap untuk laga akbar yang telah dinanti para penggemar dengan taktik baru, teknik yang lebih baik, serta daya juang tanpa henti seperti yang biasa ia tampilkan.

#3 Kade Ruotolo & Adrian Lee Bisa Menjadi Ancaman Di MMA

Basis pengemar global mungkin telah menyaksikan sekilas dari masa depan MMA divisi lightweight lewat dua debutan profesional luar biasa.

Adrian “The Phenom” Lee mengikuti jejak kakak-kakaknya dengan meraih finis pada penampilan pertamanya di pentas global.

Antonio Mammarella tampil berani, tetapi sang atlet 18 tahun asal Amerika mampu membuktikan ekspektasi tinggi kepada dirinya lewat kemenangan kuncian para ronde kedua.

Selanjutnya, ada Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling World Champion Kade Ruotolo.

Sang atlet 21 tahun asal California menunjukkan kemampuan striking ciamik sebelum menunjukkan keahliannya: menjatuhkan lawan dan membuat mereka menyerah. Ruotolo mengeksekusi teknik rear-naked choke yang tak memberi Blake Cooper pilihan lain selain menyerah.

Dari kiprah perdana mereka, jelas bahwa langit adalah batasnya. Kedua atlet muda ini telah memperlihatkan secara sekilas seperti apa yang bisa mereka lakukan dalam divisinya di masa depan.

#4 Mikey Musumeci Jadi Buas Ketika Ingin Membuktikan Sesuatu

Juara Dunia ONE Flyweight Submission Grappling Mikey Musumeci naik ke divisi bantamweight dengan tekad membalas kekalahan atas Gabriel Sousa, atlet terakhir yang memberinya kekalahan telak pada 2021 silam.

Langsung bergumul di atas kanvas, kedua grappler ini segera mengincar kaki satu sama lain. Saat mereka mencari posisi ideal, Musumeci mengeksekusi teknik calf slicer yang memaksa lawannya menyerah pada menit 3:07 dalam laga satu ronde yang ditetapkan berlangsung 10 menit ini.

Musumeci melanjutkan performa ciamiknya dengan wawancara pascalaga yang berapi-api. Ia mengaku jika kemarahannya terhadap komentar media social dari Sousa selama beberapa tahun terakhir adalah motivasi utamanya.

Pertanyaan selanjutnya: apakah “Darth Rigatoni” yang sama yang akan berlaga di ONE 168: Denver saat ia naik ke divisi yang jauh lebih tinggi untuk menantang Ruotolo demi Kejuaraan Dunia ONE Lightweight Submission Grappling?

Jika iya, maka pendukungnya akan menyaksikan pertarungan submission elite antara dua megabintang.

#5 Denice Zamboanga Kirim Sebuah Pesan Pada Stamp Fairtex

ONE 167 seharusnya menjadi kesempatan bagi Denice Zamboanga untuk meraih gelar Kejuaraan Dunia ONE Women’s Atomweight MMA. Namun, setelah Stamp Fairtex terpaksa mundur karena cedera, ia harus menjaga posisi #2 dalam peringkat divisi miliknya dengan melawan Noelle Grandjean.

Sang atlet Filipina menjiwai julukannya, “The Menace,” bahkan sejak berjalan menuju Circle. Dengan tubuh atletis, Zamboanga tampil dominan berkat persiapan keras jelang laga lima ronde melawan Stamp.

Selama 15 menit penuh, bintang 27 tahun ini menampilkan perkembangan teknik dalam setiap aspek pertandingan. Ketangguhan dan kegigihan Grandjean mampu membuatnya bertahan sepanjang laga, tetapi Zamboanga terbutki terlalu dominan.

“The Menace” mampu membungkam kritikus dan mengirim pesan pada Stamp bahwa ia siap mengambil peluang meraih emas saat rekannya itu sembuh dan diperbolehkan untuk berkompetisi lagi.

Selengkapnya di Fitur

Jonathan Di Bella Danial Williams ONE Fight Night 15 16 scaled
Liam Superlek
Superlek and Kongthoranee Smiling ONE Championship
Jonathan Di Bella Danial Williams ONE Fight Night 15 38 scaled
Luke Lessei Eddie Abasolo ONE Fight Night 19 6 scaled
Reinier de Ridder Anatoly Malykhin ONE 166 14 scaled
Rodtang Jitmuangnon Denis Puric ONE 167 137
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 78
DUX 1183
Rodtang Jitmuangnon Edgar Tabares ONE Fight Night 10 36
Johan Ghazali Edgar Tabares ONE Fight Night 17 21 scaled
Rodtang Jitmuangnon Edgar Tabares ONE Fight Night 10 28