7 Kisah Nyata Tentang Cara Seni Bela Diri Mengubah Kehidupan Atlet ONE
Seni bela diri memang kuat, dan tak hanya secara fisik. Faktanya, seni bela diri adalah salah satu warisan terbesar yang paling berharga di dunia, dengan kemampuan untuk mengubah kehidupan banyak orang.
Itu memberi disiplin, meningkatkan kesehatan, mendorong keyakinan diri, serta memperlengkapi banyak orang dengan kemampuan pertahanan diri. Sebenar-benarnya, keuntungannya memang tak terbatas.
Saat seni bela diri berlanjut mengubah kehidupan banyak orang setiap harinya, ini juga termasuk para atlet ONE Championship – seperti yang ditunjukkan oleh ketujuh pejuang terbaik ini.
Bahkan saat nampaknya tak ada harapan dalam hidup, itu menjadi kunci bagi mereka untuk membuka hari-hati yang lebih baik lagi.
#1 Eduard Folayang Berjuang Keluar Dari Kemiskinan
From an anonymous kid on the hills of Baguio, to a World Champion recognized in the hills of Hollywood.TV: Check local listings for global broadcast | PPV: Official livestream at oneppv.com | Tickets: bit.ly/onedestiny
Posted by ONE Championship on Saturday, March 25, 2017
Eduard Folayang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat miskin. Ia adalah salah satu dari sembilan anak, dimana lima diantaranya meninggal dunia karena penyakit karena keluarganya tidak mampu membiayai perawatan medis yang layak. Berjuang untuk mendapatkan penghasilan yang cukup, ibunya bekerja di tempat pencucian baju otomatis dan ayaknya menjadi buruh dan petani paruh waktu.
Karena mereka tidak berpendidikan, orang tuanya menyadari bahwa kunci dari masa depan yang lebih baik adalah pendidikan, yang membuat mereka memastikan semua anak-anaknya yang masih hidup itu akan dapat bersekolah untuk mengejar kehidupan yang lebih baik saat mereka dewasa nanti.
Untuk meringankan beban keluarganya, Folayang menjadi seorang atlet. Ia berlatih bela diri saat berusia 14 tahun, meraih beasiswa dari disiplin wushu ke Universitas Cordilleras, menerima gelarnya, serta berlaga sebagai anggota dari Tim Wushu Filipina.
“Landslide” kemudian meraih tiga medali emas SEA Games, menjadi penampil utama di ajang perdana ONE, serta merebut gelar tertinggi dalam seni bela diri di Asia — Juara Dunia ONE Lightweight — pada bulan November 2016 untuk memastikan statusnya sebagai ikon bela diri Filipina.
#2 Aung La N Sang, Pahlawan Nasional Dari Myanmar
Bahkan saat ia memasuki pendidikannya di universitas, Aung La N Sang tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi atlet bela diri campuran fenomenal. “Burmese Python” bersekolah di Yangon International School, bergabung dengan program olahraga di dalam institusi tersebut, serta terbang untuk mengejar pendidikan di Andrews University, Amerika Serikat, pada tahun 2003.
Ia akan melakukan sesuatu dalam bidang Ilmu Agrikultural. Tetapi, hanya satu tahun setelah ia tiba di Amerika Serikat, ia melihat seorang murid keturunan Samoa memukul samsak di sasana sekolah, dan ia pun segera terpincut dengan olahraga tarung. Sebuah perjalanan selama tiga jam ke sasana yang terafiliasi dengan Carlson Gracie memastikan takdirnya, dan ia pun menjadi seniman bela diri penuh waktu.
Aung La N Sang mencetak debutnya dalam bela diri campuran profesional pada tahun 2005, meraih berbagai pengalaman dengan catatan rekor 19-10 (1 NC), sebelum ia kembali ke Myanmar pada tahun 2016 bersama ONE Championship untuk menjadi atlet bela diri sensasional dan pahlawan nasional.
Kini, ia adalah salah satu atlet Myanmar yang paling terkenal dan memiliki kesempatan untuk mencetak sejarah sebagai Juara Dunia pertama dari negara itu dengan mengalahkan penguasa divisi Vitaly Bigdash dalam sebuah laga ulang demi gelar Kejuaraan Dunia ONE Middleweight. Ini akan menjadi laga utama dalam gelaran ONE: LIGHT OF A NATION di Thuwunna Indoor Stadium, Yangon, tanggal 30 Juni.
#3 Bibiano Fernandes, Pembersih Rumah Yang Menjadi Juara Dunia
Bibiano “The Flash” Fernandes memiliki masa kecil yang traumatis di Manaus, Brasil. Ia hidup di tengah kemiskinan, dengan ibunya yang meninggal dunia secara tragis saat ia berusia tujuh tahun dan ayahnya yang meninggalkannya dan saudara-saudaranya di tengah hutan Amazon. Pemuda Brasil ini bahkan terkena malaria dan hampir saja kehilangan nyawanya.
Segera, segala sesuatunya berubah. Setelah ia meninggalkan hutan itu, ia menemukan sebuah akademi BJJ di tengah kota kelahirannya yang miskin itu. Namun, Fernandes yang membersihkan rumah dan mencuci mobil untuk mendapatkan uang, tak dapat membayar biaya latihannya.
Untungnya, sang instruktur melihat potensi dalam dirinya, serta mengizinkannya untuk membersihkan sasana sebagai ganti latihan yang didapatkannya. The Flash” mengambil keuntungan dari kesempatan itu, menjadi salah satu murid yang paling berdedikasi sebelum ia meraih sabuk hitamnya. Ia berlanjut memenangkan beberapa medali emas dalam “the gentle art,” termasuk tiga kali di Kejuaraan Dunia Jiu-Jitsu.
Ia kemudian mengincar penampilan di bela diri campuran, dan setelah karier luar biasa yang membawanya meraih beberapa gelar prestisius dan nama besar di dunia, ia mencapai puncak karier dengan merebut gelar Kejuaraan Dunia ONE Bantamweight pada tahun 2013. Sejak itu, ia telah mempertahankannya beberapa kali dan memastikan dirinya sebagai Juara Dunia paling dominan dalam sejarah organisasi ini.
#4 Agilan Thani Atasi Obesitas Dan Perundungan
Once bullied for being overweight, Agilan "Alligator" Thani lost 60kg with martial arts. 👏TV: Check local listings for global broadcast | PPV: Official livestream at oneppv.com | Tickets: bit.ly/oneheroes
Posted by ONE Championship on Saturday, April 29, 2017
Dibesarkan seorang diri oleh ayahnya, Agilan “The Alligator” Thani berbagi apartemen satu kamar dengan tiga anggota keluarga lainnya dalam lingkungan keras di Sentul, Kuala Lumpur, Malaysia.
Itu bukanlah masa kecil yang mudah bagi dirinya. Ia jarang sekali bertemu ayahnya yang terlalu sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dirundung dan dipukuli setiap minggu oleh teman-temannya, serta menderita obesitas. Saat itu, ia mencapai bobot terberatnya di 140 kilogram.
Semua itu berubah saat ia menemukan Brazilian Jiu-Jitsu setelah menonton film Flash Point saat ia berusia 13 tahun. Ia pergi berlatih setelah tawar menawar dengan ayahnya untuk membayar kelasnya, serta bahkan berusaha membayar dengan bekerja untuk Monarchy MMA.
Setelah bertahun-tahun mempertahankan dedikasinya dalam diet dan keahliannya, ia mampu menghilangkan hampir 60 kg, mendapatkan keyakinan diri, serta terfokus untuk menjadi seniman bela diri campuran elit. Itu adalah sebuah perjalanan luar biasa yang membawanya pada sebuah laga perebutan gelar melawan Juara Dunia ONE Welterweight Ben Askren bulan Mei ini di ajang ONE: DYNASTY OF HEROES di Singapura.
#5 Adrian Mattheis Ubah Trauma Menjadi Kekuatan
Saat Adrian “Papua Badboy” Matheis masih kecil dan tinggal di Kepulauan Maluku, ia dikelilingi kekerasan. Pada awal era 1990an, Indonesia mengalami pergolakan politik dimana kekerasan berdasarkan agama pun terjadi.
Salah satu episode terburuknya adalah saat ia menyaksikan kakeknya dibunuh oleh massa yang marah. Khawatir akan keselamatan keluarganya, ibunya melarikan diri bersama Mattheis dan saudara-saudaranya ke hutan menuju Papua, untuk kembali berkumpul bersama ayahnya yang bekerja di sana.
Dari masa kecil yang dipenuhi kekerasan, sampai masa remajanya yang penuh dengan perkelahian jalanan dan kenakalan, ia membutuhkan perubahan besar dari kehidupannya itu. Orang tuanya mendorong dirinya untuk berlatih bela diri, yang memberinya disiplin dan arahan yang dibutuhkan untuk masa depannya, dimana atlet muda ini menemukan tujuan dan pemenuhan diri.
Mattheis kini menjadi seorang atlet berbakat yang berusaha naik peringkat dalam divisi strawweight ONE, dimana ia ingin menjadi panutan bagi seluruh kompatriotnya dan menjadi simbol untuk perubahan positif yang diberikan oleh seni bela diri pada karakter seseorang.
#6 Superstar Roger Huerta Tinggalkan Masa Kecil Yang Sulit
Sebagai seorang anak, Roger “El Matador” Huerta tak pernah mendapatkan lingkungan yang stabil. Ayahnya adalah pecandu narkoba dan ibunya sering menganiayanya. Walau ia ditempatkan di orang tua asuh oleh Layanan Perlindungan Anak saat ia berusia 7 tahun, ibunya kembali menculiknya dan kabur dari Amerika Serikat ke El Salvador saat perang saudara bergejolak di sana, untuk kemudian menelantarkannya.
Satu tahun kemudian, ia kembali ke Amerika Serikat bersama Huerta dan menempatkannya di teras rumah ayahnya di Texas sebelum sekali lagi menghilang. Siklus penganiayaan sehari-hari itu tetap tak berubah, dan setelah berpindah-pindah beberapa kali, Huerta ditinggalkan di jalanan sebagai anak muda tuna wisma, dimana ia bahkan bergabung dengan sebuah geng jalanan untuk bertahan hidup.
Tetapi, saat ibu dari temannya mengambil alih hak asuhnya dan menyekolahkannya di sebuah sekolah menengah atas di Texas, ia berkembang. “El Matador” tampil sangat baik dalam disiplin gulat, meraih beasiswa ke Augsburg College di Minnesota, dan beralih ke bela diri campuran pada tahun 2003.
Ia akhrinya menjadi seorang superstar di Amerika Utara, dan menjadi atlet pertama dari olahraga tersebut yang tampil di sampul majalah Sports Illustrated pada tahun 2007, dimana kemudian ia pindah ke Thailand. Ia akhirnya bergabung bersama ONE Championship dan mengalahkan Adrian Pang dalam tiga ronde menegangkan bulan November lalu.
Pada akhirnya, ia menjadi kekuatan yang harus dipertimbangkan di dalam divisi lightweight ONE yang sarat dengan atlet elit lainnya.
#7 Bruno Pucci Kalahkan Pertumbuhan Sulit Dan Obesitas
Selama masa kecilnya di Brasil, Bruno Pucci mengalami beberapa isu kesehatan yang sangat berdampak pada kehidupannya. Ia membutuhkan penggantian hormon karena ia tidak bertumbuh dengan normal, serta akhirnya mengalami kelebihan berat badan karena efek samping terapi tersebut. Dokter menginstruksikannya untuk berolahraga dan tetap aktif secara fisik untuk mengatasi dilema tersebut.
Setelah mencoba beberapa olahraga, ia dan ayahnya menemukan sebuah akademi Brazilian Jiu-Jitsu. Atlet Brasil ini menjalani uji coba, terkesima dengan dunia submission, serta terpincut dengan seni bela diri sejak itu.
Pucci berlanjut menjadi Juara Dunia BJJ No-Gi dua kali, mencetak debut bela diri campuran profesional pada bulan Oktober 2011, serta menjadi salah satu atlet berbakat dalam divisi featherweight ONE.
Setelah serangkaian hasil bervariasi dalam kariernya, ia kini mengincar untuk kembali ke jalur kemenangan dengan melawan Jimmy Yabo dalam ajang ONE: LIGHT OF A NATION di Yangon, 30 Juni ini.