‘Alasan Saya Berkompetisi’ – Bagaimana Nenek Dari Matheus Gabriel Bawa Dirinya Ke Puncak BJJ
Matheus Gabriel siap melawan salah satu superstar Brazilian Jiu-Jitsu terbesar di muka bumi dalam debutnya bersama ONE Championship pada Sabtu, 3 Desember ini.
Pria berusia 25 tahun itu akan menantang Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling Kade Ruotolo demi sabuk emasnya di ONE Fight Night 5, dan ia berlatih seumur hidupnya untuk meraih kesempatan seperti ini.
Gabriel sudah merasakan kesuksesan luar biasa di tingkatan elite BJJ sebagai Juara Dunia IBJJF dua kali, namun tak ada yang lebih besar dari merebut sabuk emas dalam organisasi bela diri terbesar di dunia ini.
Simak perjalanan pria asal Brasil itu dari masa mudanya yang kasar menjadi grappler sensasional jelang laga perdananya di Mall of Asia Arena, Manila, Filipina.
Mempelajari Yang Benar Dan Yang Salah
Gabriel lahir di Manaus, Brasil, pada tahun 1997, dimana ia dan kakak perempuannya dibesarkan oleh nenek mereka.
Tetap saja, orang tuanya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan finansial kedua anak itu, supaya mereka dapat bertumbuh besar tanpa beban kemiskinan yang berdampak pada banyak keluarga di kawasan tersebut.
Atlet Brasil ini mengingat:
“Masa kecil saya sangat bagus. Orang tua saya sudah berpisah saat itu. Saya sempat tinggal dengan ayah saya selama beberapa waktu, lalu dengan ibu saya, namun adalah nenek yang membesarkan saya sejak kecil. Dari dirinya, saya belajar apa yang benar dan salah dalam hidup.”
“Keluarga saya sangat sederhana, tapi kami belum pernah mengalami kesulitan. Ayah berwiraswasta dan ibu saya bekerja di pemasaran. Mereka selalu mendukung saya, tapi seperti yang saya katakan, adalah nenek yang menyokong saya sejak kecil.”
Seperti banyak anak yang menjadi petarung bela diri tingkat tinggi, Gabriel memiliki energi tanpa batas yang disalurkannya melalui olahraga, terutama sepak bola, sembari menghabiskan sebagian besar waktunya di luar bersama teman-temannya.
Itu juga berarti ia tak berhasil di sekolah dan kelakuannya juga menjadi permasalahan – walau ia selalu memiliki moral yang baik.
Ia berkata:
“Saya memiliki banyak teman. Saya selalu berada di jalanan bermain dengan mereka. Saya terbiasa bermain sepak bola dengan mereka di jalanan. Saya terbiasa bermain kejar-kejaran, di antara permainan anak-anak lainnya. Itu masa yang sangat keren.”
“Saya sangat nakal di sekolah. Dan saya tidak suka belajar.”
“Tapi, walau menjadi anak nakal, saya selalu menghormati semua orang dan tak pernah merundung siapa pun. Dan, saya tidak suka melihat anak-anak lain dirundung. Saya adalah sosok yang melindungi beberapa anak-anak agar mereka tak dirundung.”
Disiplin Melalui Seni Bela Diri
Karena energi dan kelakukan Gabriel, neneknya memutuskan untuk mendaftarkannya ke kelas Brazilian Jiu-Jitsu untuk melihat apakah itu dapat membendung permasalahan itu.
Pada awalnya, atlet muda ini tak yakin, namun semakin ia berlatih, semakin ia bertumbuh dengan penghargaan besar pada olahraga tarung.
Ia berkata:
“Saya memulai jiu-jitsu saat berusia 8 tahun. Saya berkelakuan buruk, maka nenek saya memutuskan untuk mendaftarkan dii saya pada jiu-jitsu.”
“Pada awalnya, saya tak suka berlatih, saya mengira bahwa merenggut sesuatu itu cukup aneh. Dan saya sangat suka bermain sepak bola. Nenek memaksa saya untuk berlatih, tapi seiring berjalannya waktu, saya jatuh cinta pada olahraga itu.”
Keuntungan dari latihan bela diri ini mulai mengubah Gabriel dan bahkan menerapkan pandangan itu ke berbagai aspek lain dalam kehidupannya.
Ia bertambah baik di sekolah, perlahan mengurangi masalah, serta memiliki penyaluran positif untuk terfokus. Selain itu, ia mulai membangun rencana yang lebih besar bagi masa depannya.
Gabriel berkata:
“Setelah saya memulai jiu-jitsu, saya menjadi anak yang lebih disiplin, dan pendidikan juga mulai berkembang, baik di rumah dan di sekolah.”
“Saya jatuh cinta dengan jiu-jitsu saat saya menjadi lebih disiplin, saat saya belajar lebih banyak tentang respek, serta saat saya mulai bepergian. Penerbangan pertama saya juga karena jiu-jitsu.”
“Saya terus berpikir bahwa saya dapat bepergian ke seluruh Brasil. Pada saat itu, saya bahkan tak pernah bermimpi bahwa saya bisa berkompetisi, terlebih lagi di luar negara saya. Saya kira semuanya sangat keren pada usia itu.”
Memenuhi Seluruh Potensinya
Gairah dan komitmen Gabriel menjadikannya murid dan kompetitor yang menonjol.
Kesuksesannya dalam BJJ menarik perhatian sebuah organisasi yang berusaha memberi kesempatan bagi para atlet muda berbakat, dan, pada usia ke-15, ia pindah ke ibu kota Rio de Janeiro untuk berlatih dalam disiplin ini sepenuh waktu.
Dengan pengeluaran utama yang terpenuhi, remaja ini terfokus untuk mencapai tingkatan elite sembari mengambil berbagai tanggung jawab tambahan untuk mendorong dirinya lebih jauh lagi.
Gabriel berkata:
“Saya pergi untuk berlatih dalam sebuah proyek sosial oleh Profesor Marcio Rodrigues. Dalam proyek itu, ia memiliki atlet dari tiap negara bagian di Brasil. Dalam proyek ini, saya bertemu [para Juara Dunia BJJ] Lucas ‘Hulk’ Barbosa dan Erberth Santos, di antara yang lainnya.”
“Saat keluarga saya tak memiliki uang untuk dikirimkan, saya bekerja di klub malam untuk membeli barang-barang tambahan. Dalam proyek tersebut, mereka membayar semua makanan dan pendaftaran untuk berbagai kejuaraan, tetapi tambahan itu menjadi tanggung jawab kita.”
Proyek itu kehilangan sumber pendanaan setelah beberapa tahun, maka Gabriel terpaksa pulang kembali ke Manaus, namun kemajuannya jelas tetap menonjol.
Tak lama kemudian, ia ditawari posisi dalam sebuah program baru yang bernama Exclusive BJJ untuk melatih dan berkompetisi di Amerika Serikat.
Dengan dukungan neneknya, remaja itu pindah ke Amerika Utara untuk mengikuti mimpinya, dan ia memastikan diri untuk membayar kembali dukungan tersebut sejak saat itu.
Gabriel berkata:
“Saya sangat bersyukur pada [pemilik] Joao Paulo Bertuccelli dan seluruh tim Exclusive BJJ. Hal ini, sponsorship ini sangat penting bagi saya. Itu adalah sponsorship pertama dimana saya mendapatkan uang.”
“Saya menerima uang ini di sebuah akun di Brasil dan saya tak menggunakan itu karena saya menggunakannya untuk membantu keluarga saya di Brasil. Dengan itu, saya mencapai tujuan kami. Saya tinggal bersama mereka dari sabuk ungu ke sabuk hitam dan menjadi Juara Dunia BJJ.”
“Nenek saya adalah alasan mengapa saya berkompetisi dan kini mengajar jiu-jitsu di Amerika Serikat. Kapan pun saya memenangkan sebuah kompetisi, saya selalu berterima kasih pada dirinya dan Tuhan.”
“Dalam kompetisi terakhir, saya memenangkan 100,000 reais (US$20.000), dan memberi seluruh hadiah uang itu pada dirinya.”
Mengincar Sabuk Emas Di Atas Panggung Dunia
Gabriel kini menjadi salah satu bintang terpanas dalam BJJ, dan jika ia dapat melengserkan Ruotolo untuk merebut gelar Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling, kariernya akan mencapai sebuah tingkatan baru.
Dengan berbagai mata yang memperhatikan laga ini secara langsung pada Jumat malam di jam tayang utama A.S. melalui platform streaming raksasa Prime Video, pria Brasil ini ingin mencetak kesan besar dan menunjukkan pada dunia siapa dirinya.
Ia menambahkan:
“Bergabung dengan ONE Championship adalah sebuah kehormatan. Tanpa keraguan, itu adalah langkah besar dalam karier saya. ONE Championship itu salah satu ajang bela diri terbesar di dunia.”
“Divisi grappling memang masih baru, tetapi sudah ada nama besar seperti Garry Tonon dan Ruotolo bersaudara. Bergabung bersama mereka adalah sebuah kehormatan. Saya sangat senang menjadi bagian dari ONE.”
“Saya akan bergabung dengan beberapa legenda MMA dan grappling, maka jika saya menjadi Juara Dunia ONE, itu akan menjadi luar biasa. Saya bertaruh pada permainan submission saya. Saya akan memasuki laga ini untuk mencetak submission dan memenangkan sabuk itu.”