Atlet Berbakat Jenelyn Olsim Temukan Panggilan Di MMA

Jenelyn Olsim 1200X800

Perwakilan Team Lakay Jenelyn Olsim dapat saja memilih untuk terfokus pada apa pun sebagai anak muda, dan sangat mungkin bahwa dirinya akan meraih prestasi luar biasa dalam bidang pilihannya.

Sebagai remaja di sekolah menengah atas, wanita Filipina ini mencoba berbagai jenis olahraga. Dari ajang individu, sampai permainan tim seperti bola voli dan basket, ia memang terbukti unggul.

Perjalanan itu akhirnya membawa atlet berbakat ini memasuki ONE Championship, dimana ia meraih posisi sebagai penantang peringkat kelima divisi strawweight wanita dan akan menghadapi Bi “Killer Bee” Nguyen dalam sebuah laga atomweight bela diri campuran di ONE: BATTLEGROUND III pada Jumat, 27 Agustus ini.

Sebuah kemenangan dalam ajang tersebut akan memberinya kesempatan untuk berjuang dalam laga alternatif untuk Turnamen ONE Women’s Atomweight World Grand Prix di ONE: EMPOWER bulan depan.

Namun, dari sekian banyak olahraga yang dapat ia pilih, bagaimanakah Olsim akhirnya memasuki karier profesional dalam seni bela diri campuran? Hal itu nampak dimulai hampir tak disengaja.

Pelajaran Berat

https://www.instagram.com/p/CONPX7YBV7q/

Setelah meninggalkan bangku SMA, wanita Filipina ini mencicipi olahraga tarung untuk pertama kalinya.

“Itu dimulai dari gambar di telepon genggam teman satu kelas saya di kampus. Itu adalah foto saat ia berada di tengah ring, dan saya berpikir, ‘Woah, ini sangat keren,’” kenang wanita berusia 24 tahun itu.

“Ia dahulu berlatih di Team Lakay. Saat itu, saya hanya berusia 17, dan ia mengetahui bahwa saya tak memiliki dana untuk mendaftarkan diri. Namun ia membawa saya ke satu tempat dan mengajarkan saya dasar-dasar striking dan permainan ground.” 

Bahkan sebagai remaja yang gemar berpetualang, Olsim membangun dasar-dasarnya dan mulai terfokus pada kickboxing.

Ia berlatih dan segera menyetujui untuk bertanding dalam laga perdananya. Namun, ia segera mengetahui bahwa olahraga itu bukanlah sesuatu yang dapat ia lakukan untuk bersenang-senang atau saat ia bosan.

“Hanya setelah dua minggu, saya sudah berkompetisi,” katanya.

“Itu berakhir dengan sebuah TKO – saya kalah. Namun tentunya, saya tak mengetahui apa yang saya akan hadapi saat itu. Saya tak menyangka saya akan dipukuli separah itu. Setelahnya, saya sulit tidur selama sebulan penuh. Saya hanya terus memikirkan laga itu.”

“Saya tak memiliki pelatih. Saya benar-benar tak mengetahui apa yang saya jalani. Saya bahkan tersenyum, dan mendapati diri saya dipukuli. Saya sangat malu dengan penampilan itu. Saya tak ingin menunjukkan wajah saya pada semua orang.”

Setelah berbagai kesuksesan dalam olahraga saat ia masih lebih muda, Olsim tak terbiasa menemukan dirinya berada dalam posisi kalah.

Namun, daripada menghindari tantangan itu, ia menjadi lebih terfokus untuk meraih kesuksesan seperti dalam olahraga lainnya. Terlebih lagi, ia menjadi berdeterminasi dan berkomitmen untuk mengejar gairah barunya ini.

“Itu benar-benar membuat saya panas,” kata Olsim. “Saya tahu bahwa saya dapat melakukannya. Itu hanya masalah latihan dan mendapatkan pengetahuan lebih dalam olahraga itu. Itulah mengapa saya mencari sebuah sasana dan terus berlatih.”

Di titik tersebut, segala hal akan berujung pada menemukan sebuah tempat dimana ia dapat mengasah kemampuannya dan mendapatkan kesempatan emas dalam disiplin ini. Hal itu ditemukannya di sasana sederhana di daerah pegunungan Baguio – walau itu bukanlah sanana terkenal bernama Team Lakay.

“Situasi tersebut membuat saya tersadar bahwa saya membutuhkan sasana formal, dan itu membawa saya pada Tribal Torogi,” kata atlet Filipina ini. 

Di Tribal Torogi, Olsim dapat benar-benar melebarkan sayapnya. Ia sangat menikmati suasana berlatih sampai dirinya pun berbicara pada kakak lelakinya – bintang masa depan ONE Warrior Series Jerry “The Bokodian Warrior” Olsim – untuk berlatih bersamanya.

“Saya tiba terlebih dahulu di Tribal dan meminta Jerry untuk datang,” katanya. “Kami berdua mempelajari tentang kriminologi di King’s College dan saya terus meyakinkan dirinya untuk bergabung bersama saya di sasana. Saat ia mencobanya, ia juga menikmati itu. Anda dapat menyebut kami sebagai ‘mereka yang terlambat [late bloomers]’.”



Menemukan Kesuksesan Dan Awal Baru

Olsim berkembang pesat di sasana barunya, dan bakat olahraga alami yang ia miliki mulai kembali bersinar.

Hanya dalam waktu tiga tahun, ia berkembang secara luar biasa sampai Tim Nasional Muay Thai Filipina merekrutnya. Ia membayar kepercayaan itu dengan serangkaian medali emas di East Asian Games 2018 dan sebuah medali perak di SEA Games 2019. 

Kesuksesan wanita berusia 24 tahun itu dalam arena Muay Thai amatir juga tiba saat seni bela diri campuran mulai berkembang pesat di tanah kelahirannya itu.

Pada tahun 2018, negara itu memboyong lima gelar Juara Dunia di ONE Championship, dimana empat diantaranya datang dari sasana Team Lakay, yaitu Juara Dunia ONE Strawweight Joshua “The Passion” Pacio, mantan penguasa divisi lightweight Eduard “Landslide” Folayang, eks-pemegang gelar bantamweight Kevin “The Silencer” Belingon, serta mantan penguasa flyweight Geje “Gravity” Eustaquio.  

Kesuksesan keempat kompatriotnya itu membawa Olsim untuk memasuki disiplin ini. Namun, ia segera menyadari bahwa perhatiannya terbelah antara berkompetisi dalam Muay Thai dan seni bela diri campuran, dan ia pun mengetahui dirinya harus membuat perubahan yang berarti.

Saat itulah ia memutuskan bergabung dengan Team Lakay dan memberi perhatian penuh dalam MMA.

“Ada saat dimana saya merefleksikan diri dan bertanya, ‘Mengapa saya berlatih? Untuk apa saya berlatih?’ Lalu saya menyadari bahwa jika saya ingin melakukan itu, saya harus mengejarnya dan terfokus pada hal itu saja,” jelas Olsim.

“Saya tak ingin membagi waktu saya untuk melakukan semuanya. Kini, saya ingin terfokus pada satu hal — menjadi seorang juara.” 

Dan tim barunya segera memberinya bimbingan yang ia butuhkan untuk mulai merealisasikan mimpi tersebut.

“Saat saya pindah ke Team Lakay, saya lebih lagi mengasah kemampuan grappling saya,” tegasnya. “Karena saya tiba dari latar belakang Muay Thai, mereka meminta saya untuk terfokus pada grappling dan gulat lebih banyak lagi. Timbal baliknya sangat bagus, mereka mengatakan bahwa saya dapat belajar dengan cepat.”

Beralih Ke Gelaran Utama

Pembelajar cepat ini tak membutuhkan waktu lama untuk membawa perjalanannya dalam seni bela diri campuran ke panggung dunia.

Setelah sepasang laga dalam rangkaian ONE Warrior Series, Olsim mencetak debutnya di jajaran atlet utama melawan grappler berpengalaman, Maira Mazar, di ONE: FISTS OF FURY III bulan Maret lalu. Penampilannya waktu itu sangatlah mengesankan, dan ia nampak seperti salah satu seniman bela diri campuran terlengkap yang tampil mewakili Filipina.

Kemana pun laga itu mengarah, perwakilan baru dari Team Lakay ini tetap sangat nyaman beraksi. Ia menyerang rivalnya asal Brasil itu di atas kaki dan unggul dalam grappling tiap kali aksi beralih ke ground.

Pada akhirnya, Olsim meraih submission pada ronde ketiga dan mencetak salah satu debut paling impresif untuk Team Lakay di ONE Championship.

Perkembangan wanita Filipina ini memang mengejutkan, karena ia baru beberapa bulan berlaga bersama tim ini. Namun, ia berkata bahwa kemajuan pesatnya itu berkat pengalaman masa lalunya, serta keinginan luar biasa yang ia miliki untuk meraih kemenangan.

“Kakak saya dan saya memang pada dasarnya kompetitif. Kami adalah atlet senior di sekolah dan tak menyukai kekalahan. Saya bahkan sempat disebut dapat berkompetisi dalam berbagai olahraga jika saya menginginkannya,” kata Olsim.

“[Salah satu] alasan lain untuk perkembangan pesat itu adalah waktu yang kami habiskan di tim nasional. Saat itu, kami tahu kami harus memperjuangkan posisi kami, maka kami tak memiliki pilihan selain bertarung dan berkembang dengan cepat.” 

Kini, beberapa tahun setelah kekalahan dalam laga kickboxing pertamanya, Olsim menjadi bagian utama dari generasi atlet Filipina masa depan yang memasuki dunia bela diri campuran.

Ini adalah kesempatan yang tak ingin ia sia-siakan. 

“Saya sangat bangga menjadi bagian dari ini. Saya menjadikan mereka panutan sejak lama, dan kini saya memiliki kesempatan untuk mengikuti jejak langkah mereka,” tegasnya. “Ini hanya memberi saya motivasi untuk berlatih lebih keras lagi untuk dapat memenuhi harapan yang besar itu.” 

Menjadi Juara Dunia tentunya adalah tujuan utama bagi Olsim di “The Home Of Martial Arts,” namun lebih dari itu, ia berharap dapat menggunakan ketenaran barunya ini untuk memberi inspirasi bagi generasi muda untuk mengejar karier dalam seni bela diri.

“Saya kira dengan kesuksesan itu datang kekuatan untuk memberi inspirasi bagi generasi muda, terutama di provinsi kami, untuk mengejar apa yang mereka benar-benar inginkan,” katanya.  

“Dengan menjadi dikenal oleh anak-anak ini sekarang, itu sudah sangat hebat. Kini, saya ingin membantu mereka, terutama jika mereka ingin masuk ke seni bela diri.”

Baca juga: Xiong Ubah ‘Rasa Takut Jadi Motivasi’ Jelang Laga Kontra Nicolini

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9