Bagaimana ‘Anak Jalanan’ Cleber Sousa Gunakan BJJ Untuk Keluar Dari Kemiskinan
Pada 1 Oktober nanti, Cleber Sousa akan mencoba mencetak sejarah saat ia melawan Mikey Musumeci dalam laga Kejuaraan Dunia ONE Flyweight Submission Grappling perdana.
Kedua pemegang sabuk hitam BJJ elite ini telah dua kali berhadapan sebelum ini, dimana laga trilogi itu akan menjadi lebih menarik saat disiarkan langsung dari Singapura pada jam tayang utama A.S.
Ini menjadi kesempatan besar bagi Sousa, yang akan menampilkan kelihaiannya dalam grappling di hadapan para penggemar global ONE untuk pertama kalinya.
Tetapi, sebelum dirinya dapat mencapai momen ini, pria berjuluk “Clandestino” itu harus mengatasi kesulitan yang cukup besar.
Inilah perjalanan hidup pria Brasil itu, dari kemiskinan, patah hati, sampai pada puncak dunia submission grappling.
‘Kami Hidup Hampir Kekurangan’
Terlahir di pinggiran kota Sao Paulo, Brasil, Sousa bertumbuh dalam rumah yang sangat padat dengan pengawasan dari ibu tunggalnya.
Walau ia kekurangan berbagai hal yang dapat membuat pertumbuhannya itu terasa lebih nyaman, pria berusia 27 tahun ini melihat masa lalunya dengan kenangan menyenangkan, dimana ia terfokus pada saat-saat yang indah daripada kesulitan pada saat itu.
Ia mengenang:
“Terlepas dari segala kesulitan itu, saya adalah anak yang sangat berbahagia. Saya adalah putra dari seorang ibu tunggal, dan saya selalu tinggal bersama ibu saya, yang membesarkan saya dan semua saudara kandung saya sendirian.”
“Ibu saya memiliki tujuh anak dan mengadopsi dua lainnya. Ia memiliki hati yang sangat besar. Setelah kami bertumbuh dewasa, saudara saya dan saya mulai membantu dengan pengeluaran rumah, tetapi tak ada uang yang tersisa untuk apa pun. Kami hidup hampir kekurangan.”
“Saya selalu memiliki banyak teman di sekolah dan di jalanan dimana saya tinggal. Saya suka bermain di jalanan. Saya berjalan telanjang kaki seharian, mengejar layangan. Saya adalah anak jalanan (sambil tertawa).”
Jatuh Cinta Pada BJJ
Penuh dengan energi dan membutuhkan sarana untuk menyalurkan itu, Sousa menemukan jiu-jitsu pada usia 13 tahun, saat sepupunya membawa dirinya ke proyek sosial dari Almeida Jiu-Jitsu.
Organisasi ini memberi kesempatan pada anak-anak kurang mampu untuk belajar dan berlatih BJJ secara gratis, dan segera setelah itu, “Clandestino” menyadari gairahnya untuk disiplin yang disebut juga sebagai “the gentle art” ini.
Ia mengungkap:
“Segera setelah saya tiba di proyek itu, saya segera bermain ‘lewati penjagaan (pass guard) pelatih.’ Bahkan tanpa mengerti apa pun, saya menempatkan insting bertarung saya dan hanya maju (sambil kembali tertawa).”
“Saya berusaha sebaik mungkin tanpa teknik apa pun. Di beberapa kelas pertama, saya sudah jatuh cinta pada jiu-jitsu, dan saya tak pernah berhenti berlatih.”
Latihan harian menjadi norma bagi Sousa, dimana ia memilih menghabiskan waktunya di atas matras daripada di jalanan, serta menemukan motivasi dalam proses perkembangan yang bertahap itu.
Dan saat ia mulai berkompetisi, ia pun terjun untuk seumur hidupnya.
Dirinya menegaskan:
“Dalam jiu-jitsu, anda harus mengatasi diri anda setiap hari. Saat saya mulai berpartisipasi dalam berbagai kompetisi, saya semakin jatuh cinta pada olahraga ini.”
Kehilangan Yang Menyedihkan
Baru-baru ini, Sousa mengalami tantangan emosional yang luar biasa berat.
Pada tahun 2021, “Clandestino” mengalami apa yang disebutnya sebagai pengalaman “terburuk” dalam hidupnya – yaitu kehilangan ibunda tercinta.
Pria Brasil ini berkata:
“Ia menderita kanker, yang saat kami ketahui itu sudah menjadi sangat parah, dan ia meninggal dunia. Saya bersama dirinya sepanjang waktu itu, sampai menit-menit terakhir dari hidupnya. Itu adalah rasa sakit yang tak tebayangkan, dan itu mempengaruhi seluruh keluarga saya.”
Sejak itu, Sousa menemukan kedamaian dalam keyakinannya, serta komunitas jiu-jitsu di sekelilingnya yang sangat mendukung.
Terlebih lagi, pria Brasil ini mengandalkan ketangguhan yang dibangunnya selama bertahun-tahun menjalani latihan berat untuk membantunya mengatasi waktu yang sangat sulit itu.
Ia menjelaskan:
“[Tuhan] menghibur hati saya dan saya memberi ruang untuk itu terjadi. Ia memberi teman-teman yang baik di sekeliling saya untuk memberi saya saran yang bagus, terutama keluarga jiu-jitsu saya.”
“Saya membuka hati dan menghadapi situasi ini seperti petarung yang baik dalam hidup, yang adalah diri saya.”
‘Itu Akan Menjadi Mimpi Yang Menjadi Kenyataan’
Selama satu dekade ini, Sousa meraih berbagai kesuksesan dalam kompetisi grappling, memenangkan gelar Kejuaraan Dunia IBJJF Sabuk Coklat, serta Kejuaraan Nasional Pan American dan Brasil sebagai pemegang sabuk hitam.
Ia kini ingin melanjutkan seluruh pencapaian tingkat tinggi itu, dimana dirinya melihat laga berikutnya bersama Musumeci ini ada di puncaknya.
“Clandestino” berkata:
“[Memenangkan gelar Juara Dunia ONE Flyweight Submission Grappling] jelas akan menjadi puncak dari karier saya, serta akan mengubah kehidupan profesional dan pribadi saya.”
“Setelah segala sesuatu yang saya lewati dalam hidup, itu akan menjadi mimpi yang menjadi kenyataan.”
Selain itu, Sousa menyadari bahwa laga Kejuaraan Dunia di ONE Fight Night 2 ini, serta panggung yang disediakan oleh ONE Championship, juga menjadi dorongan luar biasa bagi disiplin submission grappling.
Ia menambahkan:
“Saya kira inilah waktunya, atau sudah saatnya, para atlet jiu-jitsu profesional untuk dinilai dengan layak. Dan, saya yakin bahwa apa yang ONE lakukan akan mengubah kehidupan dari banyak atlet yang bermimpi untuk membangun kehidupan mereka dari olahraga yang sangat dicintai ini.”