Bagaimana Bali MMA Menjadi Sasana Bela Diri Campuran Mengejutkan

Andrew Leone Macau Fight 3 23 2

Dengan daftar atlet yang sarat dengan bintang internasional dan staf pelatihan elit di berbagai disiplin, Bali MMA dianggap sebagai salah satu sasana bela diri campuran terbaik di Asia.

Namun, akan sangat mengejutkan untuk melihat bahwa sasana terkenal di tengah pulau kebanggaan Indonesia ini didirikan oleh sepasang warga negara Amerika Serikat – bintang ONE Championship Andrew Leone dan kakaknya, Anthony.

Gairah Awal

Andrew Leone as a all-time New York state wrestler

Leone bersaudara, yang bertumbuh besar di Long Island, New York, adalah dua atlet alamiah yang berbagi kesenangan untuk berselancar dan bergulat.

Gairah tersebut segera beralih ke seni bela diri lainnya, tetapi pilihan mereka masih sangat terbatas saat itu.

“Kami awalnya mulai berlatih di sebuah sekolah karate,” kata Andrew.

“Itulah satu-satunya hal di kota saya yang ada di luar gulat, dan saya teringat ketika berlatih gulat, pelatih saya akan tertawa karena saya akan pergi 10 menit lebih awal untuk berlatih karate. Itu saat kami berusia 14 atau 15 tahun.”

“Lalu, Anthony mendapatkan sebuah mobil, maka kami perlahan mulai berkendara ke tempat lainnya. Anthony telah menjadi inspirasi besar sejak awal, dengan mendorong saya pada tingkatan tersebut.”

Sementara Andrew mengeksplorasi berbagai jenis disiplin yang ada, ia juga mengalami kesuksesan terbesar dalam gulat. Ia dua kali menjadi pegulat All-State, serta menerima beasiswa parsial ke Missouri Valley College dan bergabung ke tim gulat di sekolah itu pada tahun 2008.

Namun, hanya satu tahun setengah memasuki studinya, Andrew mulai kehilangan minat pada gulat dan mulai jatuh cinta pada bela diri campuran. Ia terutama sangat termotivasi oleh kakak lelakinya itu, yang telah beralih menjadi profesional dalam olahraga itu dan meraih kemenangan di seluruh Amerika Utara.

Akhirnya, Andrew keluar dari sekolah dan mengalihkan fokusnya pada dunia bela diri campuran yang sangat baru bagi dirinya ini. Atlet muda ini memiliki dorongan dan bahkan menjadi lebih terinspirasi setelah membaca buku berjudul A Fighter’s Heart: One Man’s Journey Through The World Of Fighting.

“Itu tentang seorang pria yang menjelajahi dunia untuk mempelajari seni bela diri yang berbeda,” kata Andrew. “Ia pergi ke Brasil untuk mempelajari jiu-jitsu dan ke Thailand untuk menguasai Muay Thai.”

Ini menjadi sangat bermakna bagi pria asal Long Island ini, yang juga ingin melakukan perjalanan luar biasa dalam dunia bela diri. Ia menyimpan uang sebesar 2.000 dolar AS (sekitar 29,5 juta rupiah) dan terbang ke Bangkok, Thailand, pada tahun 2010.

Setelah ia tiba, ia mengajar bahasa Inggris dan gulat. Ia juga meneruskan latihan dan mulai berkompetisi secara profesional dalam bela diri campuran pada tahun yang sama.

Lalu, pada tahun 2011, Andrew pindah ke “The Lion City,” dimana ia membantu pelatih tim gulat nasional Singapura dan bekerja dalam program gulat di Juggernaut Fight Club. Setahun kemudian, ia pergi untuk bergabung bersama Phuket Top Team yang terkenal sebagai pelatih gulat.

Di Phuket, ia pun berkumpul kembali dengan Anthony dan mulai mencetak nama besar sebagai bintang baru dalam sirkuit Asia.

Sebuah Kesempatan Besar

Pada tahun 2014, kedua Leone bersaudara ini benar-benar mulai terjun ke dalam dunia bela diri campuran profesional.

Bulan Mei itu, keduanya pindah ke ibukota Indonesia, dimana Steve Suryadinata menawarkan mereka kepemilikan bersama dari Jakarta Muay Thai & MMA. Setelah menerima tawaran itu, keduanya membangun program Brazilian Jiu-Jitsu dan bela diri campuran di akademi tersebut.

“[Steve] menghubungi saya dan kakak saya,” sebut Andrew. “Pada akhirnya, kami ditawari sebuah kerjasama. Jakarta Muay Thai and MMA adalah langkah pertama kami di pintu tersebut.”

Hubungan dengan Suryadinata akhirnya menjadi berbuah baik. Mengetahui bahwa Leone bersaudara ini sangat suka berselancar, rekan mereka itu membawa mereka dalam sebuah perjalanan singkat ke Bali, dimana ia menyarankan agar mereka membangun pusat pelatihan di Pulau Dewata.

“Kami melihat sebuah kesempatan di sini,” kata Andrew. “Ada pasar yang jelas di Bali bagi mereka yang yang ingin melakukan latihan sambil berlibur, tetapi tak ada fasilitas tingkat tinggi yang terdapat di sana. Tidak ada yang dapat menawarkan pelatihan kelas dunia [berskala] internasional yang dapat kami [tawarkan].”

Maka, setelah melihat ide tersebut, kedua kakak beradik itu segera terpincut.

“Sejak kami masih sangat muda, kami seringkali bergulat dan berselancar bersama,” kata atlet berusia 30 tahun. “Saat Steve membawa kami ke Bali, kami melihat bahwa [beratus-ratus kilometer] jauhnya dari kota kelahiran kami di Long Island, tempat seperti ini ada. Maka kami tinggal.”

Kesuksesan Seketika

Pada bulan Agustus 2014, kakak beradik ini, Suryadinata dan pelatih Don Carlo-Clauss membeli tempat di sebuah gudang tua dan mulai membangun rumah baru mereka.

Sebulan kemudian, tim ini siap membuka pintunya. Dan saat versi awal Bali MMA itu masih tidak memiliki fasilitas yang terlihat dalam pusat pelatihan tingkat tinggi, kesempatan ini dipertemukan dengan kesuksesan luar biasa.

“Saat kami membuka pintu kami, kami bahkan tidak memiliki sebuah ring. Kami bahkan tidak memiliki matras di lantai,” kata Andrew. “Namun, kami memiliki beberapa orang yang muncul pada hari pertama – hari itu, kami menerima delapan orang dari Australia. Mereka merencanakan perjalanan mereka tepat saat kami mengumumkannya.”

“Cabang olahraga tarung dari VICE, FIGHTLAND, memuat artikel keren tentang kami yang membuka [sasana di Bali], dan menerima beberapa orang karena artikel itu muncul saat kami buka. Itu cukup gila.”

Pada bulan Januari 2015, mereka membangun ring dan menambahkan beberapa sentuhan terakhir ke fasilitas ini. Mereka bahkan menambahkan karya dari seorang artis graffiti dalam bentuk mural. Dengan itu, para nama besar pun mulai berdatangan.

Ev Ting tiba pada awalnya,” kata Andrew. “Kami mendapatkan Tiffany van Soest yang bergabung dengan tim kami – ia ingin menjadi bagian dari apa yang sedang kami bangun. Subba bersaudara (Gianni dan Keanu) datang, dan kakak saya berlaga di seluruh Eropa, maka itu kami mendapatkan sedikit efek trampolin. Itu menjadikan segala sesuatunya berjalan.”

Bagian kunci lainnya dari semua ini adalah sang pelatih kepala, Carlo-Clauss, yang telah lama menjadi inspirasi kedua kakak-adik ini.

“Donnie adalah seseorang yang saya jadikan panutan saat saya masih lebih muda,” kata Andrew.

“Ia dua kali menjadi Juara Gulat New York State. Ia tak terkalahkan dalam tahun seniornya [di sekolah menengah atas], rekrutan peringkat keempat di University of Virginia, dan dua kali masuk kualifikasi nasional. Itu adalah pria yang ada di ruangan setiap hari, memberikan petunjuk dan memberitahukan apa yang harus kami lakukan.”

Sasana ini juga mendapatkan beberapa pelatih elit lainnya, termasuk pelatih BJJ João Paulo dan pelatih striking Mike Ikilei.



Membuat Sebuah Perbedaan

Dengan bimbingan kuat dari para pelatih elitnya, Bali MMA berlanjut mendapatkan popularitas dan berkembang menjadi sebuah pusat pelatihan yang unik di dalam landskap bela diri Indonesia.

“Ada banyak sasana di Indonesia yang menjalankan misi mereka, tetapi tidak ada terlalu banyak investasi pada pengalaman atau pelatih internasional yang hadir dan mengajar orang Indonesia,” jelas Andrew.

“Banyak orang yang berlatih jiu-jitsu – ada sebuah komunitas no-gi jiu-jitsu besar di sini sebelum kami tiba, tetapi jarang ada yang sukses di panggung internasional. Saya kira saat kami tiba, kami memiliki banyak orang, yang dengan segera mempercayai tim kami.”

Kepercayaan tersebut datang dari sosok seperti beberapa atlet andalan Indonesia Stefer “The Lion” Rahardian, Mario Satya Wirawan, Anthony “The Archangel” Engelen, serta mendiang Casey Suire, yang kesemuanya pernah bertemu dengan Andrew dan berlatih bersamanya sejak hari pertama di Jakarta Muay Thai & MMA.

Beberapa orang segera bergabung, saat jajaran atlet internasional dalam sasana ini bertambah, termasuk Juara Dunia ONE Women’s Strawweight “The Panda” Xiong Jing Nan, “Jungle Cat” Muhammad Aiman, Gianni Subba dan saudaranya, Keanu.

Sementara itu seniman bela diri seperti Ting berlanjut mengunjungi sasana ini sebagai bagian dari pemusatan latihan mereka.

Hal ini membedakan Bali MMA dan memampukannya bersaing dengan para atlet elit dari sasana terbaik dunia lainnya – bahkan yang berasal dari tanah kelahiran Muay Thai.

“Di sekitar Asia Tenggara, Thailand dikenal sebagai negara yang lebih baik untuk berlatih bela diri,” sebut Andrew.

“Jelas, dengan adanya Bali MMA, kami memulai sebuah hal yang baru di sini. Sebelum kami, tak ada yang memikirkan Bali sebagai tempat berlatih bela diri pada tingkatan tertinggi.”

“Anda akan selalu mendapatkan banyak orang yang pergi ke Thailand. Sangatlah menarik untuk mengambil bagian dalam Muay Thai, dan anda akan ingin mengunjungi tempatnya berakar, maka saya rasa semua sasana itu akan selalu meraih kesuksesan. [Membawa banyak orang] untuk datang ke Indonesia adalah salah satu tantangan terbesarnya.”

Tentunya, ada beberapa tantangan lainnya bagi Bali MMA, namun para pemiliknya nampak tetap berhasil mengatasi apapun itu dengan berkomitmen untuk kesuksesan sasana ini dalam jangka panjang.

“Saya kira membangun kepercayaan dari komunitas internasional adalah hal yang paling menantang bagi sasana manapun,” sebut Andrew.

“Ini bukanlah hal yang biasa untuk mendapati pelatih yang menjadi pemilik, maka [kebanyakan sasana] menemukan banyak pelatih yang datang dan pergi. Untuk meraih kesuksesan dalam jangka panjang, itulah salah satu hal terberatnya, karena semua orang ingin menjalankan keinginan mereka.”

“Semua orang ingin menikmati mimpinya, namun saat para pelatih itu menjadi pemilik, anda benar-benar dapat membuat pondasi yang kuat. Kami mendapatkan kepercayaan dari komunitas internasional, dan itu telah menjadi efek domino sejak itu.”

Kebangkitan sasana itu juga bertepatan dengan kebangkitan para seniman bela diri berbakat di Indonesia, dimana banyak atlet lokal menemukan jalan mereka menuju berbagai kompetisi di tingkat nasional dan internasional. Lebih jauh lagi, Carlo-Clauss dan Leone bersaudara menggelar Canggu Fight Night, rangkaian gelaran kompetisi yang menampilkan murid-murid mereka demi menunjukkan pertumbuhan mereka.

“Kami memiliki banyak atlet Indonesia yang berlatih bersama kami, baik di Jakarta dan di Bali, yang belajar, bertumbuh dan berlatih keras demi tujuan pribadi mereka dalam hal kebugaran tubuh dan seni bela diri,” kata Andrew.

“Sasana ini menggelar ajang rutin di Bali untuk memberi para murid kami kesempatan untuk berkompetisi dan menguji kemampuan mereka. Tim kami memiliki tujuan besar, dimana saya meyakini kami ada di jalur yang tepat.”

Bali Hari Ini

Bali MMA jelas berada di jalur yang tepat – dimana berbagai hal telah berubah hanya dalam waktu singkat sejak sasana ini dibuka.

Sebuah gudang tua dengan graffiti yang menampilkan karakter di Teenage Mutant Ninja Turtles sudah tak lagi ada. Tim Bali MMA merenovasi fasilitas ini, memperluasnya dan memberi sentuhan modern.

“Beberapa akan mengatakan bahwa ini nampak lebih ‘korporat’, tetapi saya mengatakan penampakan ini jauh lebih bersih,” kata Andrew. “Kami sangat senang dengan itu. Itu adalah sebuah renovasi besar yang membutuhkan waktu lama, namun kami senang dengan dimana kami berada saat ini.”

Hari-hari ini, para atlet yang mewakili Bali MMA di ONE Championship adalah Nyrene “Neutron Bomb” Crowley, “Jungle Cat” Muhammad Aiman, Zechariah Lange, Punnya Sai, Bozhena “Toto” Antoniyar dan Kristy Obst, dimana masih banyak lagi yang bergabung.

Sasana ini juga berlanjut mendapatkan kunjungan rutin dari berbagai negara di dunia, termasuk Australia dan Selandia Baru. Faktanya, Juara Dunia ONE Middleweight Aung La “The Burmese Python” N Sang telah mendukung beberapa kompatriotnya untuk mencari pusat pelatihan jika mereka ingin mengembangkan permainan mereka ke tingkatan berikutnya.

“Kami memiliki hubungan yang baik dengan Aung La N Sang, yang mengirimkan kami berbagai atlet berbakat yang masih belum terasah,” sebut Andrew. “Mereka sudah memiliki [kemampuan] striking, dimana kami dapat memberi mereka teknik grappling yang mereka butuhkan, maka itu kembali kepada kepercayaan dari komunitas ini.”

Leone bersaudara kini menjalani mimpi dengan cara mereka sendiri, serta sangat bersemangat untuk membalas jasa pada komunitas bela diri lokal dan para atlet internasional yang datang ke Bali MMA.

“Kami sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari ini,” tegas Andrew. “Sangat menarik untuk berada dalam perjalanan anak-anak ini dan membantu mereka meraih kesuksesan yang mereka impikan.”

Baca juga: Ikatan Kuat Aziz Calim Dan Abro Fernandes Dengan Han Academy

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9