Bagaimana Bela Diri Membawa Dae Sung Park Meraih Kejayaan

Dae Sung Park IMGL0511

“Crazy Dog” Dae Sung Park adalah salah satu bintang muda yang menarik perhatian di dalam dunia seni bela diri campuran, atau mixed martial arts (MMA), dan percaya bahwa perjalanannya menuju ONE Champhionship memberikan banyak keterampilan untuk maju ke posisi puncak.

Dalam ajang ONE: MASTERS OF DESTINY, pemenang kontrak bertanding lewat ONE Warrior Series (OWS) ini akan mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan bahwa ia siap naik peringkat, jika ia memenangkan pertandingan ulang melawan Kimihiro Eto, rivalnya dari Jepang.

Atlet berusia 25 tahun dari Korea Selatan ini mengalahkan saingannya melalui TKO pada ronde pertama dalam acara OWS pertama awal tahun lalu dan memberinya kesempatan masuk ke dalam daftar petarung ONE, dimana penampilan yang sama pada hari Jumat, 12 Juli nanti dapat mengukuhkan posisinya dalam divisi lightweight.

Ia mengejar peluang untuk dapat berkompetisi di hadapan ribuan penggemar sejak ia menonton sebuah pertandingan MMA, tetapi pada satu titik dalam kehidupannya, keadaan nampak seperti ia tidak akan dapat meraih mimpinya ini sebagai seorang remaja.

Sebelum Dae Sung menginjakkan kakinya di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, mari kita pelajari bagaimana ia mengubah hidupnya.

Jauh Dari Rumah

OWS alumni collide as Dae Sung Park takes on Kimihiro Eto on 12 July in a highly-anticipated rematch!

OWS alumni collide as Dae Sung Park takes on Kimihiro Eto on 12 July in a highly-anticipated rematch!🗓: Kuala Lumpur | 12 July | 6PM | ONE: MASTERS OF DESTINY🎟: Get your tickets at 👉 http://bit.ly/onemastersofdestiny19📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp 👨‍💻: Prelims LIVE on Facebook | Prelims + 2 Main-Card bouts LIVE on Twitter

Posted by ONE Championship on Friday, June 28, 2019

Dae Sung tumbuh besar di kota Jeonju, Korea Selatan, bersama kedua orang tua dan kakak perempuannya.

Dia menggambarkan dirinya sebagai anak laki-laki yang aktif berolahraga dan menemukan minat berlatih bela diri saat ia bergabung dengan tim Taekwondo di sekolah dasar.

Melalui pelatihannya sampai kelas delapan, ia adalah seorang murid teladan yang mempelajari bagaimana ia dapat memiliki kepercayaan diri dan meraih sukses dalam berbagai turnamen lokal.

Namun, hal ini tidak tercermin dalam kehidupan Dae Sung diluar sasana. Ia berada jauh dari kriteria remaja Korea tradisional yang terfokus pada studi mereka.

“Saya menjadi seseorang yang pemarah dan selalu frustrasi saat saya remaja. Saya menjauh dari jalan yang benar dan mulai mencari masalah,” jelasnya.

“Saya akhirnya diskors oleh sekolah menengah saya sebanyak tujuh kali. Satu-satunya alasan mengapa saya tidak dikeluarkan adalah karena sekolah tingkat menengah dilarang untuk mengeluarkan para murid yang tidak patuh.”

Awal Yang Baru

Dae Sung Park IMGL0856.jpg

Keadaan tidak membaik setelah Park memasuki Sekolah Menengah Atas. Sementara sebagian besar temannya tenggelam dalam buku pelajaran demi mempersiapkan diri mengikuti tes ujian masuk universitas yang sangat sulit, ia masih mengalami kendala untuk terfokus dalam pelajaran.

“Saya hanya tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan sekolah. Saya memutuskan berhenti dan masuk Sekolah Menengah Atas untuk Olahraga,” jelasnya.

“Sekolah tersebut melatih muridnya menjadi atlit Olimpiade. Itu adalah sebuah sekolah elit dan saya berlatih gulat amatir.”

Ia memulai tahun keduanya di sekolah saat berusia 18 tahun, dan teman sekelasnya sebagian besar berusia tiga tahun lebih muda darinya. Tetapi, perbedaan usia ini tidak mengecilkan hatinya.

Ia berhasil dalam lingkungan atletik dan bangun pukul enam pagi setiap harinya, berlatih hingga matahari terbenam dan hanya beristirahat untuk makan.

“Karena saya berlatih keras setiap hari dan menyaksikan seluruh teman saya berkomitmen dalam latihan, saya menyadari perubahan dalam diri saya,” kata Dae.

“Saya menyalurkan seluruh amarah dan kekecewaan saya ke dalam latihan, dan akhirnya menjadi orang yang lebih berbahagia.”

Panggilan Sejati

Dae Sung Park IMGL0547.jpg

Perubahan pola pikirnya mendorong “Crazy Dog” untuk pindah haluan dari cabang olahraga gulat amatir menuju seni bela diri campuran yang ia kagumi sejak kecil.

“Ibu saya memasang TV kabel di rumah ketika saya masih berada di sekolah menengah. Beliau ingin saya belajar berbahasa Inggris dengan menonton drama dan film luar negri,” jelasnya.

“Saya menjadi sangat tertarik dengan program yang menampilkan para petarung di dalam arena. Saya menyadari ini adalah sesuatu yang ingin saya lakukan. Ini terjadi pada tahun 2007, dimana saat itu belum ada banyak sasana seni bela diri campuran di lingkungan saya.”

Tanpa adanya tempat berlatih, ia menemukan sesuatu yang menurutnya sangat dekat dengan olahraga yang ia dambakan dan mulai berlatih Judo – dengan inspirasi dari atlet kelahiran Korea Selatan Yoshihiro “Sexy Yama” Akiyama.

Ia akhirnya menemukan sebuah sasana seni bela diri campuran di kota kelahirannya dan mendedikasikan dirinya untuk mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkannya untuk berkompetisi.

“Saya mendambakan sesuatu yang lebih kuat, dan ingin mengalami sendiri semua yang saya lihat di TV kabel,” katanya.

Langkah Selanjutnya

“Crazy Dog” langsung terjun ke dalam debut profesionalnya, dan kalah oleh lawan yang lebih berpengalaman. Tetapi, setelah itu, ia menang berturut-turut.

Ia tampil tak terkalahkan dalam delapan pertandingan berikutnya, yang membuatnya diperhatikan oleh Vice President ONE Championship Rich Fanklin dan timnya di OWS, saat sedang mencari bintang bela diri Asia berikutnya.

“Crazy Dog” menjadi salah satu dari tiga atlet yang mendapatkan kontrak senilai jutaan dolar bersama ONE Championship saat mengalahkan Eto pada ronde pertama, dan membuktikan dirinya pantas mendapatkan posisinya di panggung dunia dengan kemenangan meyakinkan di penampilan debutnya dalam ajang ONE: PURSUIT OF POWER bulan Juli lalu.

“Pada saat itu saya sangat berbahagia. Tidak ada kata-kata yang dapat menjelaskan perasaan saya,” kata Dae Sung.

Tetapi sisa pertandingannya pada tahun 2018 tidak berjalan sesuai dengan rencana, saat atlet berusia 25 tahun ini terpaksa mundur dari pertandingan berikutnya setelah pemberitahuan mendadak dan harus tersisih selama hampir satu tahun.

Untungnya, Dae Sung dinyatakan sehat dan mampu bertarung kembali. Saat ini, ia yakin dapat kembali sebagai seorang kompetitor yang telah berkembang pesat berkat pekerjaannya di MOB Training Center, Seoul, serta mengalahkan Eto untuk kedua kalinya dan melanjutkan perjalanannya menuju puncak.

“Setelah menghabiskan waktu memikirkan kemungkinan untuk bertarung kembali, saya menyadari bahwa saya ingin menjadi seniman bela diri campuran di ONE selama mungkin,” katanya.

“Tujuan utama saya adalah membawa pulang sabuk juara, tetapi saya tidak terburu-buru. Saya bersedia menghabiskan waktu selama mungkin untuk meraih tujuan saya itu.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9