Bagaimana Demetrious Johnson Mengatasi Penganiayaan Masa Kecil
Demetrious “Mighty Mouse” Johnson kecil tumbuh bersama ayah tirinya yang kasar, tetapi ia menemukan pelajaran dari masa kecilnya yang sulit ini untuk menjadi figur ayah, suami dan atlet yang baik.
Legenda bela diri campuran, atau mixed martial arts (MMA), Amerika ini – yang kembali beraksi melawan Tatsumitsu “The Sweeper” Wada dalam ajang ONE: DAWN OF HEROES pada hari Jumat, 2 Agustus di Manila, Filipina – menolak untuk percaya bahwa kekerasan yang ia alami dapat mengubah dirinya.
Sebaliknya, reaksinya terhadap kesulitan tersebut menjadi penyemangat paling kuat dalam kehidupannya.
The ONE thing flyweight legend Demetrious Johnson puts ahead of his martial arts legacy 👨👩👦👦
The ONE thing flyweight legend "Mighty Mouse" Johnson puts ahead of his martial arts legacy 👨👩👦👦🗓: Manila | 2 August | 7PM | ONE: DAWN OF HEROES🎟: Get your tickets at 👉 http://bit.ly/oneheroes19📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp 👨💻: Prelims LIVE on Facebook | Prelims + 2 Main-Card bouts LIVE on Twitter
Posted by ONE Championship on Tuesday, July 16, 2019
“Saya dapat melihatnya sebagai halangan, dan saya dapat melihatnya sebagai sesuatu [yang] negatif, tetapi saya selalu memandang [hal itu] secara positif, dimana itu membentuk saya menjadi pribadi saya [yang baik] saat ini,” kata Demetrious, yang juga akrab dipanggil DJ ini.
Sebagai ayah dari tiga anak, Juara Dunia MMA 12 kali dalam divisi flyweight ini tidak dapat mengenang bagaimana ia diperlakukan saat kecil, tetapi saat ini ia memiliki empati terhadap pandangannya tentang apa yang ia alami pada saat kecil dahulu.
Banyak orang akan menolak orang yang menganiaya mereka, tetapi “Mighty Mouse” menyingkirkan seluruh pikiran buruknya selagi ia mencoba mengerti situasi pada saat itu.
“Saya tidak memiliki niat buruk atau perasaan jelek mengenai seluruh pengalaman saya ketika beranjak dewasa, tetapi jelas bahwa saya mengambil arah yang berbeda dengan anak-anak saya,” tegasnya.
“Saya dapat mengerti darimana ia [ayah tirinya] berasal. Ketika anak-anak menjadi tidak penurut, tidak mendengarkan dan anda menjadi frustrasi, ada jalur yang harus anda ambil untuk menegakkan disiplin.”
“Ayah tiri saya mengambil jalur yang berbeda saat membesarkan kami dan menganiaya kami. Ini adalah pilihannya, dan ia harus hidup dengan [pilihan] itu. Saya dapat berasumsi bahwa ia mengambil langkah ekstrim tersebut karena itulah yang ia tahu – bahwa itu menjadi bagian dari cara orang tuanya membesarkan dirinya, tetapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk menanyakannya.”
Sekarang, setelah bertahun-tahun terpisah dari permasalahannya itu, dan ketika ayah tirinya tidak lagi menjadi bagian hidupnya, “Mighty Mouse” telah memilih untuk mencari hal-hal positif dari pengalamannya – bukan untuk membenarkan alasan dari tindakan itu, tetapi lebih kepada bagaimana ia dapat bertumbuh dari pengalaman itu.
“Melewati penganiayaan seperti itu, jika melihatnya kembali, anda akan berkata ya, itu sangat tidak enak. Tetapi, hal itu membuat saya kuat, membuat saya mendengarkan, dan mungkin tidak beradu mulut,” tambahnya.
Sang kepala keluarga ini beruntung bahwa ia tidak harus belajar dari segala hal yang negatif untuk menjadi orang tua. Ibunya sangat peduli dengan dirinya, dan menjadi contoh ibu yang bekerja keras demi keluarga, dimana kekuatan ditengah kelumpuhan yang dideritanya adalah inspirasi terbesar bagi DJ.
Ayah kandungnya hanya kembali dalam kehidupannya beberapa tahun belakangan ini, tetapi DJ memiliki figur lelaki kuat lainnya untuk dijadikan contoh pada saat ia muda, dan ia dapat belajar dari dekat untuk melihat segala sesuatu yang dapat dicontohnya.
Ia menyadari bahwa perbuatan paling sederhana sekalipun dapat memberikan dampak besar bagi kehidupan orang-orang terdekatnya.
“Saya memiliki banyak teman dan semua dari mereka memiliki ayah, tetapi saya melihat mereka melakukan sesuatu yang berbeda terhadap anak-anak dan istri mereka,” kenang Demetrious.
“Salah satu ayah dari teman baik saya saat itu selalu mencuci piring. Ia mengatakan bahwa jika seorang perempuan menghabiskan seharian untuk memasak makan malam, seorang lelaki paling tidak harus dapat bangkit [dari sofa] dan mencuci piring! [Sejak saat itu] saya selalu mencuci piring sampai sekarang.”
“Saya mengambil pengaruh tertentu yang saya suka dari tiap ayah [sahabat saya], dan hal itu membuat saya menjadi lelaki yang lebih baik.”
Segala sesuatu yang atlet berusia 32 tahun ini pelajari membantunya menjadi seorang atlet yang sukses, suami yang baik dan ayah yang hebat.
Kekerasan seringkali menuai kekerasan lainnya, tetapi seperti dalam karir bela dirinya, arahan moral “Mighty Mouse” membuat dirinya melihat semua karakter negatif disekelilingnya sebagai hal-hal yang harus dihindari.
“[Mengalami penganiayaan] membuat saya menjadi ayah yang lebih baik, karena saya tidak ingin anak-anak saya mengalami hal yang sama,” tutupnya.