Bagaimana Rodtang Atasi Ujian Terberat Dalam Kariernya
Sekitar satu tahun yang lalu, Rodtang “Iron Man” Jitmuangnon siap menggantungkan sarung tinju untuk selamanya.
Walau ia kini menjadi salah satu striker sensasional dalam rangkaian ONE Super Series dengan catatan rekor 254-41-10 sebagai Juara Dunia Muay Thai, ia hampir berhenti sebelum mencapai kejayaan itu.
"The Iron Man" Rodtang is BACK to steal the show on 25 January!
"The Iron Man" Rodtang is BACK to steal the show on 25 January!Manila | 25 January | 7:00PM | LIVE and FREE on the ONE Super App: http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast | Tickets: http://bit.ly/oneascent19
Posted by ONE Championship on Sunday, January 6, 2019
Warga Bangkok ini baru saja kembali ke ibukota Thailand itu setelah beberapa tahun berlaga di kawasan Timur Laut, dimana ia berlaga dalam berbagai sirkuit lokal di sana.
Berasal dari Provinsi Phatthalung di bagian selatan Thailand, Rodtang ditarik oleh Jitmuangnon Gym saat ia berusia remaja. Ia meninggalkan rumahnya dengan tiket satu arah untuk mengejar mimpinya di bagian utara Bangkok, Nonthaburi.
Ia menjalani beberapa kompetisi bersama sasana ini, dimana yang paling menjadi sorotan adalah di Channel 7 Stadium, namun kesuksesannya termasuk normal. Manajernya, mendiang Mr. Huan, merasa bahwa anak muda ini tidak menjalani potensi yang ia miliki sepenuhnya, lalu mengirimnya ke kawasan Isaan.
“Mr. Huan mengirim saya ke sasana di Khon Kaen agar saya menjadi lebih kuat dan mendapatkan lebih banyak pengalaman,” kata sang “Iron Man.”
Dengan konsentrasi terbesar dari para atlet dan laga, Isaan menghasilkan lebih banyak juara Muay Thai dibandingkan area lainnya di Thailand, atau bahkan di dunia.
Rodtang menjalani jalur yang sama seperti pejuang Muay Thai lainnya di seluruh Isaan di belakang truk untuk berkompetisi. Saat ia mampu mengakar, ia mulai melepaskan potensinya di depan umum.
Selama itu, ia adalah salah satu striker yang menerima bayaran paling baik di kawasannya. Pendapatannya, bersama tip dari para penjudi, sangat cukup bagi dirinya untuk membiayai keluarga.
Namun, ia tidak hanya teraspirasi oleh uang. Ia ingin menjadi seorang juara.
Pada tahun 2016, ia berkompetisi hampir setiap bulan dan hanya sekali kalah di sepanjang tahun itu. Itulah saat Mr. Huan memanggilnya kembali ke Jitmuangnon dan mengatakan pada dirinya bahwa inilah waktunya untuk mulai berkompetisi di stadion besar lagi – dimana ia dapat mengejar berbagai gelar yang prestisius.
Kehidupan di ibukota itu tidak seperti yang diharapkannya. Terlepas dari keyakinan baru dan pengalaman yang ia dapatkan, Rodtang kalah dalam tiga laga berikutnya.
Ia merasa putus asa dan keyakinannya hancur, namun mentornya tersebut merangkul dirinya dan membantunya menemukan semangat juangnya.
“Saya sangat lelah dan merasa saya tidak dapat melanjutkan,” aku Rodtang.
“Saya berpikir untuk berhenti, tetapi saya tidak memiliki tujuan atau apapun untuk dikerjakan. Saya hanya mengetahui Muay Thai.”
“Adalah Mr. Huan yang datang ke sisi saya – ia memiliki keyakinan pada diri saya. Ia mengatakan pada saya untuk tetap maju dan bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik.”
Kesulitannya datang dari perubahan lingkungan yang drastis. Sirkuit stadion elit di ibukota Thailand itu jauh berbeda dengan laga di daerah pedesaan yang biasa dijalaninya, dalam hal persiapan, tekanan dan kualitas lawan-lawannya.
Namun, dengan sedikit perencanaan dan kerja keras, Rodtang mengatasi seluruh halangan itu untuk meraih kejayaan.
“Itu sangat berbeda di Bangkok, dimana anda harus menimbang berat badan di pagi hari sebelum berlaga. Di Isaan, tidak ada pengurangan berat badan,” jelasnya.
“Saya harus terbiasa dengan stadion lagi.”
“Bersama Mr. Huan, kami mengatasi seluruh kesulitan itu. Saya tidak merubah latihan saya atau apapun itu, saya hanya harus bertahan.”
Dari titik dimana ia hampir saja membiarkan gairah hidupnya hilang, Rodtang beraksi dan mendobrak lawan di dalam ring. Ia akhirnya dua kali menjadi Juara Omnoi Stadium, dan dianugerahi penghargaan “Fight of the Year 2018” di Rajadamnern Stadium.
Serangan kerasnya, semangat juangnya, serta kerendahan hati seorang pejuang sejati juga menarik perhatian ONE Championship, yang menariknya ke dalam liga disiplin striking terbaru — ONE Super Series.
Setelah debut yang menjadi sorotan dimana dirinya mendominasi laga atas Sergio “Samurai” Wielzen di ajang ONE: CONQUEST OF HEROES, gaya keras milik Rodtang menjadikannya favorit para penggemar.
Kini, pria muda yang telah mengatasi berbagai kesulitan dalam karier dan kehidupannya akan bersiap untuk penampilan keduanya bersama “The Home of Martial Arts.”
Kembali beraksi dalam ajang ONE: HERO’S ASCENT, Juara Dunia Muay Thai ini akan menguji kemampuannya melawan Juara WMC Intercontinental Muay Thai Fahdi “The Gladiator” Khaled asal Tunisia.
Rodtang tetap bersyukur sempat memiliki mendiang manajer dan rekan-rekan satu timnya atas dukungan yang ia terus terima dari mereka saat ia mengincar sebuah gelar Juara Dunia lainnya di “The Home Of Martial Arts.”
“Saya tidak akan ada di sini jika bukan karena apa yang Mr. Huan lakukan bagi saya,” sebutnya.
“Saya juga memiliki seluruh sasana di belakang saya untuk mendukung saya juga. Kami seperti satu keluarga besar.”