Bagaimana Stamp Fairtex Memulai Pencarian Sabuk Emas Bela Diri Campuran
Hari Jumat, tanggal 16 Agustus, Stamp Fairtex akan memulai pencariannya demi merebut gelar Juara Dunia dalam tiga cabang olahraga bersama ONE Championship.
Atlet berusia 21 tahun dari Pattaya, Thailand ini telah meraih sabuk emas dalam disiplin Muay Thai dan kickboxing di divisi atomweight, dimana saat ini ia akan mengincar gelar dalam disiplin bela diri campuran, yang dimulai dari sebuah pertandingan di ajang ONE: DREAMS OF GOLD melawan Asha “Knockout Queen” Roka.
Kesuksesan Stamp dalam dua disiplin striking tidak mengejutkan, karena ia telah mulai berlatih Muay Thai pada usianya yang ke-5. Tetapi, seperti yang dikatakan orang-orang terdekatnya, ia memiliki kemampuan yang cukup untuk terjun ke dalam disiplin yang menggabungkan beberapa seni bela diri tersebut di dalam ONE Circle.
Wanita kelahiran Rayong ini mencoba disiplin yang baru bagi dirinya ini saat ia direkrut oleh tim Fairtex di Pattaya.
Walaupun ia sudah tidak bertanding selama beberapa tahun karena tidak memiliki lawan di provinsi asalnya, kemampuan Muay Thai miliknya masih terpatri dalam dirinya – dan ia hanya harus mengasahnya supaya menjadi lebih tajam.
Kemampuan yang dimilikinya memberi dasar yang kuat bagi tantangan barunya ini, tetapi ia harus mempelajari banyak hal untuk memiliki kemampuan dalam ground game, atau pertarungan bawah. Untungnya, ia memiliki naluri bertarung yang alami.
“Saat kami menaruh dirinya dalam seni bela diri campuran, [hanya] dalam waktu tiga minggu ia dapat mempelajar banyak hal,” kata Prem Busarabavonwongs, Direktur dari Fairtex Training Center.
“Ini adalah bakat tersembunyi, menurut saya, karena ia adalah petarung yang menyukai clinch. BJJ dan seni bela diri campuran sangat cocok dengannya, dan sangat membantunya karena ia mengetahui berbagai teknik clinching, maka ia juga jatuh hati pada [disiplin] ini.”
Bakatnya menarik perhatian tim dari serial Rich Franklin’s ONE Warrior Series (OWS) – acara yang dirancang ONE Championship untuk menjadi rumah bagi petarung berbakat baru di dunia.
Stamp pergi ke Bangkok pada bulan Desember 2017 untuk mencoba masuk ke dalam jajaran atlet bela diri campuran, dimana ia segera menunjukkan kemampuannya.
“Saya rasa ia menciptakan kesan yang besar, tidak hanya bagi saya, tetapi bagi seluruh tim kami,” jelas Direktur OWS, Jonathan Fong.
“Dalam hal striking [bagian dari ujicoba], ia segera menonjol. Ia dapat memukul pad [tinju] itu selama empat menit atau empat jam, dan kami masih akan menontonnya. Hanya ada suara pukulan, seluruh sasana berhenti, dan semua mata tertuju pada anak perempuan ini.”
“Pada titik tersebut, kami mengetahui bahwa kami sudah memiliki sesuatu, lalu ia melanjutkan ke sesi grappling bersama pelatihnya. Anda dapat melihat ia masih sangat baru, tetapi ia tetap dapat bergerak dengan baik.”
“Kami mengetahui belakangan bahwa ia baru saja memulai latihan bela diri campuran, terutama jiu-jitsu, selama empat bulan. Maka kami mengatakan pada pelatihnya, ‘Sparky [Jason Burnworth], kami tidak peduli jika ia tidak mengenakan sarung [tinju] beberapa bulan ke depan, dan hanya terfokus pada grappling – tingkatkan kemampuan gulat dan jiu-jitsu-nya, dan perempuan ini akan menjadi seorang superstar.’”
Jonathan menjelaskan bahwa tim-nya sangat tertarik untuk segera menguji Stamp, maka saat ia menjalani debut bela diri campurannya dalam acara OWS 2, mereka sangat tegang.
Ia tidak mengecewakan saat menjatuhkan atlet asal India, Rashi Shinde, hanya dalam waktu 19 detik dengan sebuah tendangan tinggi – yang merupakan serangan keduanya dalam kontes tersebut.
Walaupun ini menjadi sorotan besar dalam acara di Singapura ini, Jonathan mengakui bahwa ia memiliki keraguan tersendiri – pertama, karena ia ingin melihat bagaimana permainan bawahnya berkembang, serta ia mengetahui bahwa para penata tanding dalam ONE Super Series sedang mengincar bintang yang bersinar ini.
“Saya melihat Rich dan mengatakan, ‘Bro, saya pikir mereka akan mengambilnya,’ dan pada saat itu, kami tidak dapat menghentikannya,” tambah Jonathan.
Tentunya penyelesaian luar biasa tersebut meyakinkan mereka untuk merekrutnya, dimana ia segera terjun ke dalam pertandingan co-main event dari ajang ONE: KINGDOM OF HEROES, dimana ia segera mendapatkan kesempatan untuk memperebutkan gelar Juara Dunia ONE Atomweight Kickboxing.
Tangannya terangkat malam itu di Bangkok, dimana pada bulan Februari ia kemudian menambahkan sabuk emas Muay Thai – yang kemudian ia pertahankan pada bulan Juni.
Dari luar, nampaknya Stamp telah menyingkirkan rencananya dalam dunia bela diri campuran, tetapi segera setelah ia menerima pertandingan perebutan gelar kedua dalam ajang ONE: CALL TO GREATNESS, ia menyampaikan keinginannya untuk mengejar “Unstoppable” Angela Lee dan merebut gelar Juara Dunia ONE Women’s Atomweight.
Hal ini juga ditambah dengan fakta bahwa ia tidak pernah berhenti berlatih dengan para pelatih grappling-nya di belakang layar – bahkan ketika ia sedang menghadapi berbagai pertandingan ONE Super Series melawan para striker Juara Dunia yang cukup berbahaya.
“Ia mempertahankan sabuknya, tetapi ia masih harus berlatih BJJ dan bela diri campuran setidaknya dua kali seminggu agar ia tidak melupakan gerakan-gerakannya. Ia masih belajar,” jelas Prem.
“Jika anda ingin yang terbaik, jika anda ingin memiliki tiga sabuk, itu yang harus anda lakukan. Anda tidak dapat hanya mengatakan, ‘Baik, saat ini saya bertanding, tunggu, saya akan membuang [kemampuan] bela diri campuran saya.’ Ini bukan cara yang benar untuk melihatnya.”
Ia sangat yakin tentang kesempatan atletnya untuk meraih kesuksesan di Impact Arena, tetapi ia juga telah memperingatkan Stamp tentang beberapa hal.
Karena statusnya sebagai superstar, ia memiliki target di pundaknya, dimana tiap pesaingnya akan berlatih lebih keras untuk mengalahkannya – demi meraih popularitas dan julukan sebagai wanita pertama yang mengalahkan Stamp dalam “The Home Of Martial Arts.”
Tetapi, karena kemampuan dan aplikasi yang ia lakukan di atas kanvas, Prem percaya bahwa ia memiliki tiap kesempatan untuk mempertahankan rekor tak terkalahkan di ONE itu.
“Ia [harus] tetapi belajar dan mendorong dirinya sendiri, dimana inilah [hal] terbaik yang dimiliki Stamp – ia tidak akan pernah menyerah dalam berlatih. Ia mendengarkan saran kami, dan apapun yang kami minta dirinya lakukan, ia akan melakukannya tanpa keraguan,” tambahnya.
“Ia membuat lingkungan berlatih ini sangat menyenangkan. Saya rasa ia layak meraih semua [kesuksesannya], dan ia masih Stamp yang sama [walau merebut dua gelar Juara Dunia]. Sejak hari pertama saya bertemu dengannya, ia memang sangat rendah hati.”
Terdapat sebuah pernyataan dari CEO OWS, Rich Franklin, yang tetap akan melihat dari dekat dan menunggu bagaimana Stamp dapat memenuhi ekspektasinya Jumat ini.
“Saat saya menemukan Stamp, saya percaya bahwa ia satu hari nanti dapat menjadi juara bela diri campuran,” kata pria yang tiga kali menjadi Juara Dunia ini.
“Ia membutuhkan waktu untuk berkembang. Ia adalah salah satu atlet yang, diatas kanvas, masih harus memperbaiki beberapa hal, tetapi saya tahu wanita ini berbakat menjadi bintang saat saya melihatnya.”