Bagi Putri Padmi, Rumah Itu Bernama Tiger Shark
Menilik pada definisi apapun, terlalu sempit untuk mengartikan rumah hanya sebagai bangunan tempat tinggal.
Ada rasa nyaman di sana, dan juga suasana hangat yang mengizinkan penghuninya untuk menjadi diri sendiri, tanpa rasa takut akan penilaian atas apa yang mereka bisa, ataupun tak bisa.
Memaknai Tigershark Fighting Academy sebagai rumah kedua terasa adil bagi Putri “Ami” Padmi, yang kini menghabiskan sebagian besar waktunya berlatih di sasana yang berada di Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini.
Di tengah kesibukannya sebagai seniman bela diri, pelajar, dan juga pekerja, atlet kelahiran Tuban, Jawa Timur tersebut selalu menyempatkan diri untuk menyapa rumah keduanya, tempat yang menjadi saksi perjalanannya dalam meniti karier di dunia bela diri.
Juara kickboxing nasional ini rela tinggal jauh dari keluarganya agar bisa menggapai mimpi sebagai seorang atlet profesional. “Ami” tidak datang dari keluarga yang memiliki latar belakang bela diri dan ketika pertama kali merantau ke Jakarta, ia tak mengenal banyak orang. Mengendarai sepeda ontelnya, satu yang ia tuju adalah bertemu Zuli Silawanto.
“Ami itu berasal dari Jawa Timur. Di sana dia sempat latihan juga dengan teman saya yang tinggal di Malang. Ketika merantau ke Jakarta, teman saya menitipkan Ami di saya untuk kemudian bisa dilatih di sini,” tutur Zuli, yang merupakan pendiri Tigershark.
Setelah menyelesaikan kuliah di Universitas Brawijaya di Malang, Jawa Timur, “Ami” sempat mencoba untuk merambah beberapa profesi, termasuk menjadi polisi dan pegawai bank. Namun pengalaman serta prestasi yang ia raih dalam kancah bela diri akhirnya membawanya pada satu tempat di dunia olahraga kombat.
- Kisah Putri Padmi, Juara Kickboxing Nasional, Dalam Mendorong ‘Body Positivity’
- Anime Yang Menginspirasi Bintang Bela Diri ONE Untuk Sukses
- Rocky, Film Ikonik Yang Beri Inspirasi Pada ‘The Terminator’ Sunoto
Jakarta mungkin merupakan sebuah kota yang keras, terutama bagi pendatang baru. Namun tangan terbuka dari semua orang di sasana turut membantu ‘Ami’ dalam beradaptasi di ibu kota.
Hari-harinya tak lagi sama. Kini ia berlomba dengan diri untuk terus menjadi versi yang lebih baik, hingga akhirnya mendapatkan satu tempat dipanggung global ONE Championship pada awal tahun lalu.
Menjadi seorang yang berpengaruh dan bisa menginspirasi banyak orang selalu menjadi mimpi yang ingin ia capai. Hal itu pula yang mendorongnya untuk terus mengembangkan diri di dalam maupun di luar dojo.
Selain rutin berlatih sebagai seniman bela diri, ia kini melanjutkan pendidikan magister di Universitas Indonesia. Ia pun mengisi hari-harinya dengan bekerja paruh waktu.
Ada masa dimana penat dan rasa lelah menjadi tak terelakan. Bagaimanapun, menjalani tiga bidang sekaligus bukanlah hal yang mudah. Saat letih menyapa, Tigershark menjadi rumah baginya.
“Dukungan dari rekan setim sangat luar biasa. Mereka mencemaskan hal-hal kecil yang saya sendiri tidak terlalu perhatikan, seperti ‘kamu udah minum vitamin? Ada jas hujan? Pasti kurang tidur? Uang kuliah gimana ada gak?’ Itulah yang membuat saya masih kuat. Hal yang mungkin sepele, tapi membuat hati ini penuh kekuatan,” jelas “Ami.”
“Ami” dikenal sebagai atlet yang memiliki potensi yang bagus. Fisik dan mentalnya cukup prima. Terbukti, dari dua laga yang telah dilalui di pentas global, ia mampu bertahan hingga detik terakhir pertandingan meski harus menghadapi lawan yang lebih berpengalaman, termasuk Colbey Northcutt pada bulan November lalu dalam ajang ONE: EDGE OF GREATNESS.
Ingatan akan Tigershark kini membekas di hatinya. Bahkan, tak ada hari tanpa memikirkan keluarga keduanya.
“Yang terlintas di kepala adalah wajah tertawa teman-teman latihan, bang Zuli saat marah-marah, ingat timbangan, ingat lagu dan jogetnya Adrian, siksaan bang David, Goku (anjing di dojo), dan juga Belang (kucing dojo). Bau sarung tinju, nyamuk kalau malam dan gorengan bude kantin,” ungkap Ami.
“Keluargaku bertambah banyak.”
Baca juga: Mentalitas Juara Dari Sang Ayah Bantu Eddie Alvarez Meraih Sukses