Berperan Sebagai Pelatih Turut Tajamkan Kemampuan Egi Rozten
Saat menjadi pengajar bagi orang lain, ada banyak hal yang bisa menjadi pelajaran bagi diri sendiri. Hal itu yang dirasakan Egi Rozten, atlet seni bela diri campuran divisi flyweight kelahiran Karawang, Jawa Barat, yang kini aktif menjalani peran sebagai pelatih kebugaran dan tinju.
Egi telah menjajaki peran tersebut sejak empat tahun lalu, dan setelah menapakan kaki di panggung dunia ONE Championship pada awal tahun 2018 lalu, ia mampu membangun kredensial yang cukup bagi dirinya.
Muridnya datang dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh, bintang seni peran sampai para praktisi “Sweet Science”.
“Saya melatih pertama kali di tahun 2016. Pertamanya ada teman yang ingin dilatih, dari situ saya merasa dapat menyalurkan keterampilan melatih ini,” tutur atlet yang bernaung di bawah IndoGym ini.
“Dari satu-dua orang teman yang berlatih dengan saya, akhirnya menjadi banyak karena pemasaran dari mulut ke mulut. Hingga saat ini murid saya menjadi bertambah banyak. Mungkin juga faktor media sosial, jadi saya semakin dikenal sebagai seorang pelatih.”
Meski disibukkan oleh kegiatan melatih, Egi tidak membiarkan jadwal berlatihnya terganggu. Atlet yang baru saja berlaga dalam ajang ONE: WARRIOR’S CODE pada Februari silam tersebut mengatakan kecerdikan dalam mengatur waktu sangat diperlukan agar semuanya berjalan seimbang.
“Saya biasa mulai melatih pukul 6:30 pagi. Saya harus disiplin karena pukul 9:00 – 12:00, saya harus berlatih bela diri campuran dan grappling. Setelah itu saya beristirahat karena pukul 16:00-18:00 saya harus berlatih striking, dan malamnya saya kembali melatih.”
- Egi Rozten Berbagi Tentang Motivasinya Meraih Mimpi
- Fajar ‘Macho’ Fokus Tingkatkan Kekuatan Untuk Raih Kemenangan Spektakuler Lain
- Langkah Awal Yang Membawa Rudy Agustian Pada Dunia Bela Diri
Namun, aktivitas mengajar tidak berlaku saat Egi telah memiliki jadwal bertanding di “The Home of Martial Arts.” Dirinya mengaku akan menghentikan semua kegiatan mengajar demi fokus mempersiapkan diri jelang berlaga di panggung dunia.
“Kalau ada jadwal bertanding, saya tidak mengajar selama kurang lebih dua bulan. Waktu tersebut saya siapkan hanya untuk berlatih,” tuturnya.
Meski memerlukan waktu khusus untuk mengeksekusi game plan jelang laga terdekatnya, bukan berarti menjadi pelatih akan menurunkan kualitas bertarungnya.
Justru, banyak pelajaran yang bisa ia ambil dari murid-muridnya terkait pergerakan serta antisipasi yang harus ia siapkan.
Dengan banyaknya latar belakang murid yang ia miliki, maka semakin banyak pula referensi yang bisa ia dapatkan, khususnya ketika anak didik yang ia ajar memiliki pengalaman dalam dunia olahraga kombat.
“Untuk murid yang ingin bertanding, mereka ini bisa dibilang berlatih dengan porsi yang sama seperti atlet. Jadi saya harus mempertajam kemampuan mereka, serta saya juga berperan sebagai rekan tanding mereka. Jadi, saya siapkan reaksi mereka agar fokus dan siap dalam menerima serta membalas pukulan di pertandingan mendatang,” ungkap Egi.
“Dengan mengajarkan gerakan detail cara memukul dan memperbaiki gerakan tinju pada murid saya, otomatis saya belajar kembali karena ilmu yang saya ajarkan melatih muscle memory aspek striking saya. Tentunya ini sangat membantu striking saya ketika nantinya kembali berlaga di panggung dunia ONE Championship.”