Cara Savvas Michael Kembali Lebih Kuat Setelah Cedera Serius
Selama berbulan-bulan, Savvas “The Baby Face Killer” Michael harus mengalami tantangan fisik dan emosional untuk mengatasi cedera berat yang dideritanya tahun lalu, namun bintang ONE Super Series Muay Thai ini akhirnya siap berlaga di ajang ONE: WARRIOR’S CODE.
Pria keturunan Siprus yang berdiam di Thailand ini akan melawan Taiki “Silent Sniper” Naito di Jakarta, Indonesia, hari Jumat, 7 Februari, dimana ia yakin dirinya berada pada posisi yang jauh lebih baik setelah pengalaman yang menantang itu.
Agustus lalu, sikunya terdislokasi di ronde kedua laga melawan Lerdsila Phuket Top Team di ONE: DREAMS OF GOLD, namun ia ingin kembali menampilkan kemampuannya di atas panggung dunia.
“Ini semua adalah pelajaran bagi saya, itu membantu saya membuka mata untuk berbagai hal,” jelas Michael.
“Sebelumnya, mentalitas saya hanya untuk mengejar sabuk [emas], namun saya hanya ingin berbahagia karena saya ada di dalam arena dan menampilkan kemampuan saya.”
Cedera serius yang dialami Michael terjadi di rumah keduanya, Bangkok, saat ia tersapu ke atas kanvas oleh teknik sweep oleh sang legenda Thailand dan mendarat dengan posisi aneh.
“The Baby Face Killer” dengan cepat mengetahui bahwa sesuatu yang serius terjadi, dan saat ia mengetahui besarnya kerusakan yang dialami, ia beralih ke dunia yang gelap. Namun, saat ia mengosongkan pikiran, ia mengevaluasi ulang perilakunya dan mulai bergerak ke arah yang tepat.
“Saat saya mendarat, rasa sakitnya tak tertahankan, namun saya sejujurnya patah hati karena segera mengetahui bahwa itu adalah sesuatu yang serius,” kenangnya.
“Bukanlah hal yang besar untuk kalah dalam laga seperti, tetapi seluruh perjalanan yang harus saya lewati untuk pulih. Saya terdampak keras pada awalnya. Dalam dua minggu pertama, anda tak dapat berbicara pada saya. Saya sangat kesal dan marah.”
“Namun, setelah dua minggu itu, saya mulai melihatnya kembali dan segera menerima berbagai pelajarannya. Saya melakukan banyak hal yang tak seharusnya saya lakukan, maka jika melihat ke belakang saat ini, saya tidak senang terkait bagaimana itu terjadi, namun itu membuat saya lebih kuat.”
- Perebutan Gelar Antara Petchmorakot Vs. Jamal Yusupov Di Jakarta
- Jamal Yusupov Berharap Kalahkan Legenda Lain Di Jakarta
- Reinier De Ridder Ramalkan Kemenangan Submission Atas Leandro Ataides
Michael kembali ke Siprus untuk berada di sekeliling keluarga dan teman-temannya, serta beristirahat dari Muay Thai. Di sana, ia memulai menu rehabilitasi yang intens, termasuk dua sesi fisioterapi per hari.
Perubahan mentalitasnya memungkinan pemulihan tersebut, serta determinasi yang didapatkannya dari seni bela diri, serta dukungan orang-orang terdekatnya.
“Saya sangat sedih awalnya dan hanya memikirkan hal-hal negatif, namun saya lalu mengatakan pada diri sendiri bahwa itu tak akan mencapai apapun. Saya harus menjadi positif,” jelasnya.
“Saya harus berada jauh dari olahraga [itu] selama beberapa waktu dan kembali ke zona nyaman saya bersama keluarga dan teman-teman, serta para dokter yang saya kenal sejak kecil… saya melakukan fisioterapi setiap hari, terkadang dua kali sehari, tak hanya untuk menyembuhkan itu, namun juga mencoba membuatnya bergerak kembali.”
“Tangan saya tak dapat diregangkan selama hampir sebulan setengah, dan itu mulai membuat saya khawatir, namun saya tetap bertahan dan itu mulai pulih. Ini adalah sebuah pemulihan yang sulit namun cukup cepat, karena tim terbaik yang saya miliki di rumah.”
Sementara ia menjalani pemulihan, waktu istirahat Michael dari kesibukannya berlatih dan berkompetisi juga memberinya waktu untuk mengevaluasi kembali beberapa hal dalam kehidupan profesional dan pribadinya.
Kecintaannya pada “seni delapan tungkai” bertambah kuat, walau ia mengetahui dirinya harus melakukan beberapa perubahan saat ia kembali ke Bangkok supaya ia dapat kembali pada kondisi terbaik.
“Masa istirahat itu sangat membantu saya. Saya sedikit berpesta di rumah, namun saya menyadari bahwa itu bukanlah diri saya, dan itu bukanlah sesuatu yang membuat saya bahagia. Itu menjadikan saya lebih menghargai kehidupan saya di Thailand karena saya merindukannya,” kata pria berusia 22 tahun ini.
“Namun tubuh saya sangat lelah dan saya tidak mendengarkan itu. Di Thailand, itu hanya berlatih, bertanding, berlatih, bertanding. Saya bahkan menghubungi ibu saya sebelum laga dan berkata saya tidak mengetahui bagaimana saya akan dapat menjalani [jadwal] yang saya rencanakan.”
“Jika saya merasa seperti itu lagi, saya hanya akan berkata pada manajer bahwa saya membutuhkan istirahat, mengambil satu atau dua minggu berlibur, pulang dan mengisi ulang energi saya.”
“Saya juga melihat sisi sebenarnya dari banyak orang di sekitar saya. Beberapa orang hanya mencintai anda saat menang, namun ibu saya, semua orang di sasana, fisioterapis saya, serta dua sahabat saya, mereka selalu ada bersama saya. Kini saya kembali, saya menjaga lingkaran saya tetap kecil dan saya rasa itu lebih sehat bagi saya.”
“The Baby Face Killer” telah kembali, tersegarkan dan lebih termotivasi dari sebelumnya untuk membawa hati dan jiwanya ke dalam apa yang menjadi gairahnya ini.
Ia memiliki tugas berat melawan Naito, Juara Shoot Boxing Super Bantamweight, di Istora Senayan, namun itulah yang ia inginkan.
“Saya senang bahwa saya melawan seseorang yang akan tampil dengan baik di ONE, yang sedang menang. Saya ingin kembali ke sisi terdalam, maka ini bagus bagi saya,” tambah Michael.
“Saya kira ia bagus, namun saya belum melihat sesuatu yang terlalu menakutkan dari dirinya. Kami merancang game plan untuk memadukan semuanya. Saya akan mencoba lebih cepat, tidak bergaya Thailand. Saya juga mempelajari itu dari laga bersama Lerdsila – dengan tidak memanaskan diri pada ronde pertama dan menunggu ronde-ronde berikutnya seperti di stadion Thailand.”
“Saya ingin membawa [aksi] langsung ke hadapannya.”
Baca juga: Petchmorakot: ‘Gelar Ini Harus Tetap Bersama Masyarakat Thailand’