Cara Sinsamut Klinmee Ikuti Keluarga Untuk Jadi Petarung Muay Thai Sensasional

Sinsamut Klinmee Liam Nolan ONE159 1920X1280 39

Sinsamut Klinmee memasuki arena ONE Championship dengan sepasang KO mengejutkan pada awal tahun ini, dan pada Sabtu, 22 Oktober nanti, ia dapat membawa mimpinya itu menjadi kenyataan.

Malam itu, bintang baru Thailand ini melawan Regian Eersel demi gelar Juara Dunia ONE Lightweight Muay Thai perdana di ONE Fight Night 3, dan setelah bertumbuh dewasa di keluarga yang berisi para juara dalam olahraga tarung, ia dapat menambahkan sabuk prestisius ini ke dalam koleksi mereka.

Simak bagaimana “Aquaman” memulai perjalanannya dalam olahraga tarung dengan dikelilingi oleh kehebatan dan akhirnya mendapatkan kesempatan masif ini untuk merebut sabuk emas di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia.

Muay Thai Mengalir Dalam Darahnya

Masa kecil dan Muay Thai itu terjadi secara beriringan bagi Sinsamut.

Terlahir di Pattaya, Thailand, keluarganya menjalankan sebuah sasana, yang berarti pria muda ini melihat berbagai petarung berpengalaman di tengah sesi latihan mereka setiap harinya.

“Saat saya masih kecil, saya selalu melihat anggota sasana kembali setelah berlari setiap paginya,” kenangnya. “Saya melihat mereka berlatih setiap pagi. Saat saya kembali dari sekolah, saya masih melihat mereka berlatih.”

Selain menjalankan sasana itu, keluarga Sinsamut adalah kekuatan besar di sirkuit Thailand, yang melahirkan berbagai juara dari stadion terkenal seperti Lumpinee dan Rajadamnern.

Dengan bibit seperti itu, kehidupan di dalam ring nampak menjadi takdir bagi atlet baru ini.

Pria berusia 26 tahun itu menjelaskan:

“Saudara dekat saya, seperti semua paman saya, adalah Juara Muay Thai. Semua paman saya itu adalah petarung Muay Thai terkenal. Anda mungkin pernah mendengar nama Yokthai Sit-Or, Rambaa Somdet dan Tappaya Sit-Or. Kami punya Juara Dunia [Tinju] WBC dan WBA di keluarga kami.”

“Saya mengagumi mereka dan selalu bermimpi menjadi seperti mereka. Saya selalu bersemangat untuk menyaksikan mereka bertarung.”

Berkompetisi Di ‘Seni Delapan Tungkai’

Sinsamut berlatih sejak usia 4 tahun, namun ia mulai menjadi lebih serius di bawah bimbingan ayahnya beberapa tahun kemudian.

Atlet muda Thailand ini juga telah diberitahu oleh ibunya, bahwa jika ia menginginkan mainan baru, ia harus berusaha mendapatkannya. Maka, ia masuk ke dalam ring.

“Pertarungan pertama saya terjadi di sebuah bar di Pattaya saat saya berusia 7 tahun. Saya mendapat 100 baht (sekitar Rp40.000) untuk laga itu, serta tips dari para turis,” kata Sinsamut.

“Hanya dalam satu laga, saya dapat membeli sepeda keren yang menarik perhatian teman-teman saya di sekolah. Saya sangat bangga pada diri saya sendiri.”

Lebih dari segalanya, Sinsamut terdorong oleh kakanya, Sudsakorn Sor Klinmee.

Sudsakorn adalah kompetitor Muay Thai berprestasi dengan usia 10 tahun lebih tua, dan ia menjadi sumber dukungan dan kasih sayang yang keras bagi adiknya itu.

Bahkan saat adiknya itu kehilangan motivasi setelah berjuang untuk mendapatkan laga tingkat tinggi di Thailand karena divisinya yang lebih berat, Sudsakorn tetap menjaganya di jalur yang benar.

Sinsamut berkata:

“Tentu saja, kakak saya selalu menjadi inspirasi yang hebat bagi saya. Dialah alasan mengapa saya masih bertarung hari ini. Banyak teman saya yang memulai di waktu yang sama seperti saya sudah berhenti, tetapi saya belum berhenti karena kakak saya selalu mendorong saya untuk maju.”

Karier Militer Di Thailand Dan Perubahan Jalur Ke Tinju

Pada usianya ke-21, Sinsamut masuk ke dalam angkatan bersenjata Thailand. Ia ingin terus berkompetisi di “seni delapan tungkai” selama berkarier di militer, tetapi posturnya yang lebih besar kembali menjadi halangan bagi tujuannya itu.

Namun, itu juga membuka jalur yang baru bagi atlet berbakat ini, serta membantunya memperlengkapi diri dengan beberapa persenjataan dan pengalaman tambahan.

“Pada awalnya, saya ingin bertarung dalam Muay Thai, namun tak ada divisi bagi saya, maka saya memutuskan untuk beralih ke tinju,” kata Sinsamut.

“Latihan di barak menjadikan saya jauh lebih kuat dan tak kenal menyerah. Mereka mengajarkan saya untuk tetap disiplin dan terfokus. Setelah saya menang berkali-kali, angkatan darat mengirim saya bergabung dengan kamp tinju.”

Setelah memenangkan gelar tinju nasional di Lumpinee Stadium, Bangkok, Sinsamut mendapatkan kesempatan beradu dengan para striker kelas dunia di kompetisi International Military Sports Council pada 2019 lalu.

Bahkan, terdapat berbagai atlet Olimpiade di arena itu, dan warga Pattaya ini mendapatkan keyakinan tambahan dari turnamen itu, dengan mengetahui bahwa ia dapat bertahan melawan petarung elite dalam olahraga tarung yang baru.

“Aquaman” berkata:

“Saya pergi untuk berkompetisi di Wuhan, Tiongkok. Di sana, saya bertarung melawan beberapa kompetitor yang adalah petinju Olimpiade. Walau saya terelliminasi di babak perempat final, saya sangat bangga mendapatkan kemenangan atas dua atlet Olimpiade di berbagai kompetisi.”

“Itu cukup hebat bagi saya.”

Kesempatan Rebut Sabuk Emas Kejuaraan Dunia

Terlepas dari perjalanannya dalam tinju, gairah utama Sinsamut masih tetap ada dalam Muay Thai, dan ia melihat kebangkitan luar biasa dari berbagai divisi stand-up di ONE Championship.

Dengan pemikiran tersebut, ia mengirimkan pesan ke akun media sosial organisasi ini untuk mencoba menarik perhatian mereka.

Lalu, dua tahun kemudian – dalam debutnya di ONE atas striker legendaris Nieky Holzken – Sinsamut membuktikan bahwa organisasi ini memang tepat untuk memberinya kesempatan dengan mencetak KO atas pria Belanda ini dengan cara mengejutkan.

“Saya sangat bersyukur pada [CEO ONE] Chatri Sityodtong untuk memilih saya. Saya bahkan tidak tahu mengapa ia memilih saya. Tetapi, saya dapat berkata itu jelas menjadi sebuah berkat,” kata Sinsamut.

“Saya hanyalah atlet kecil yang bermimpi bertarung di atas panggung dunia seperti ONE. Setelah dengan sabar menunggu, mimpi saya akhirnya menjadi kenyataan. Saya tak pernah berhenti bermimpi.”

Setelah menambahkan penyelesaian lainnya atas Liam Nolan ke dalam catatannya, Sinsamut memiliki kesempatan untuk membawa pulang mahkota yang paling diincar itu bagi keluarganya.

Menghadapi Juara Dunia ONE Lightweight Kickboxing dominan seperti Eersel – yang ingin menjadi penguasa dua disiplin – atlet baru asal Thailand ini merasa siap untuk mewujudkan impiannya itu dan menambahkan warisan dari mereka yang datang sebelum dirinya.

Ia menambahkan:

“Bertarung dengan ONE adalah mimpi pertama saya yang menjadi kenyataan. Maka, sejak saat ini, ini waktunya bagi saya untuk memiliki tujuan yang baru dan lebih besar.” 

“Sebelumnya, saya tak yakin jika saya cukup bagus untuk diterima ONE, karena saya belum pernah memenangkan [gelar Kejuaraan Dunia]. Tetapi, saya mengira bahwa walau saya bukan seorang juara, saya akan merebut sabuk itu dari seorang juara demi menjadi juara.”

“Dan, saya harus menjadi Juara Dunia ONE.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9