Christian Lee Tinggalkan Kehidupan Normal Demi Mimpinya
Mungkin tak ada remaja lain yang mencintai seni bela diri lebih dari sosok Christian “The Warrior” Lee (8-1).
Penantang divisi featherweight berusia 19 tahun ini berlatih tanpa henti di sasana milik keluarganya United MMA, menghabiskan berjam-jam untuk mengasah kemampuannya, serta secara rutin terbang ke Singapura – di Evolve MMA – untuk belajar di bawah bimbingan pada Juara Dunia.
Bahkan dalam waktu senggangnya, ia lebih suka menganalisa video laga daripada pergi ke konser musik, atau melakukan aktivitas hiburan lainnya seperti remaja lain yang seumur. Ia memiliki dedikasi luar biasa dan terobsesi pada kariernya.
“Saya menemukan gairah saya. Bangun pada pukul 5 pagi untuk berlari bukanlah sebuah beban bagi saya, karena saya mengetahui mengapa saya melakukannya dan saya mencintai apa yang saya lakukan. Saya tidak menganggap ini sebagai pekerjaan, karena saya suka melakukannya,” ia menjelaskan.
“Sekitar 90 persen waktu saya, saya mempelajari berbagai laga. Itulah yang saya lakukan sepanjang hari. saya menonton sebanyak mungkin laga semampu saya, serta mempelajari teknik banyak orang. Banyak yang bertanya apa yang saya lakukan di luar kompetisi, tetapi di waktu senggang, saya masih mencoba menyerap seni bela diri sebisa mungkin.”
Tradisi Keluarga
Lee telah tertanam dalam budaya bela diri sejak ia dapat berjalan. Bersama kakak perempuannya, Juara Dunia ONE Women’s Atomweight Angela, mereka mulai berlatih saat balita.
Orang tua Lee, Ken dan Jewelz, memiliki sabuk hitam dalam berbagai disiplin dan menjalankan tiga dojo seni bela diri di tanah kelahiran mereka, Vancouver, Kanada. Awalnya, pasangan ini hanya mempelajari dasar-dasar pukulan, tendangan dan menjatuhkan diri.
Namun, beberapa tahun setelah keluarga ini berpindah ke Hawaii, hampir 14 tahun yang lalu, Ken menerapkan beberapa elemen strategis dari tinju, Brazilian jiu-jitsu dan beberapa disiplin lainnya ke dalam latihan mereka. Setidaknya, ia ingin memperlengkapi anak-anaknya dengan kemampuan mempertahankan diri.
Apa yang dimulai sebagai latihan pertahanan diri segera beralih ke dalam keinginan untuk berkompetisi. Lee dan kakaknya berpartisipasi dalam berbagai turnamen grappling dan striking lokal, namun juga ingin mencoba kemampuan mereka di tingkat nasional, atau jika memungkinkan, di panggung dunia.
Ini membawa mereka ke pankration, sebuah disiplin lain yang juga ditekuni sang ayah. Lagipula, Ken berada dalam dewan penasehat di Kanada untuk membawa olahraga ini masuk ke Olimpiade Musim Panas 2004 di Athena, Yunani.
Dua bersaudara ini mengalami kesuksesan dengan sangat cepat. Mereka memenangkan Turnamen Nasional AS dalam divisi mereka, serta terbang ke Athena pada November 2012, dimana mereka berpartisipasi dalam kompetisi internasional. Lee memenangkan sebuah gelar Kejuaraan Dunia, sementara kakaknya meraih dua gelar.
Inilah saat mimpi mereka dalam seni bela diri mulai menjadi kenyataan.
“Setelah momen itu, ini benar-benar memastikan bahwa inilah yang ingin saya lakukan,” jelas Lee. “Saya teringat mengatakan pada orang tua saya, ‘Ayah, ibu, saya ingin menjadi seniman bela diri profesional.’ Saya masih berusia 14 tahun saat saya mengatakannya, dan dengan dukungan orang tua saya, mimpi saya menjadi kenyataan.”
Menjalani Mimpi Seorang Remaja
Sementara banyak. remaja lainnya menghabiskan masa sekolah menengah atas mereka untuk memikirkan karier ke depannya, Lee memasuki Mililani High School dengan determinasi untuk menjadi seorang seniman bela diri profesional, dimana ia memiliki segala kemampuan yang dibutuhkannya untuk memungkinkan hal tersebut.
Melanjutkan perjalanan mereka dengan tujuan baru, ayah Lee melatih kedua bersaudara ini setiap hari di United MMA, dengan harapan mereka dapat meraih tujuan mereka bersama-sama.
Saat Lee memasuki tahun terakhirnya, mimpinya hampir tercapai. Ia dan Angela terbang ke Singapura pada Agustus 2015, menjalani uji coba untuk Evolve Fight Team dan berhasil masuk.
Segera, ia menandatangani kontrak bersama ONE Championship dan mencetak debut profesionalnya di ONE: SPIRIT OF CHAMPIONS pada bulan Desember, melawan veteran Australia David Meak.
“Laga profesional pertama itu sangat di luar akal bagi saya,” kenangnya. “Saya sangat bersemangat dan pada dasarnya, segala sesuatunya berhenti. Saat saya mengetahui tentang laga saya, segala sesuatu terhenti dan saya terfokus sepenuhnya pada laga itu.”
ONE debut, ONE win, under ONE minute 🕐
ONE debut, ONE win, under ONE minute 🕐Bangkok | 9 December | TV: Check local listings for global broadcast | PPV: Official Livestream at oneppv.com | Tickets: http://bit.ly/onewarriors17
Posted by ONE Championship on Tuesday, December 5, 2017
“The Warrior” bangun pada pukul lima, jauh sebelum waktu sekolah untuk lari pagi, mengangkat beban setelah sekolah usai, serta berlatih sampai waktu tidur di malam hari. Siklus ini berulang sampai ia mencetak debutnya. Seluruh kerja keras itu terbayar, terutama saat ia hanya membutuhkan 29 detik untuk mencetak TKO pada ronde pertama.
Lee berlaga empat kali lagi, sembari menyelesaikan semester akhirnya di sekolah. Karena ia selalu berada dalam pemusatan latihan, ia melewatkan hampir tiap acara sekolahnya, serta harus menyelesaikan berbagai tugas sebelumnya untuk tetap dapat lulus.
“Saya akan mengetahui bahwa saya memiliki sebuah laga yang akan datang, lalu saya akan bertanya pada guru-guru saya apakah saya dapat menyelesaikan seluruh tugas saya untuk satu bulan ke depan. Saya melakukan semua itu, lalu terbang untuk laga saya dan kembali,” kenangnya.
“Dukungan yang saya dapatkan dari guru-guru, kepala sekolah dan seluruh anggota fakultas saya sangatlah luar biasa. Seluruh guru saya akan menonton laga-laga saya. Seluruh dukungan itu sangat baik.”
Pelajaran Yang Diterima
Prospek dalam divisi featherweight ini lulus dari sekolah menengah atas di bulan Mei 2016, namun pelajaran terbesar bagi dirinya terjadi di luar ruang kelas. Sebenarnya, itu terjadi di Cotai Arena, Makau, Tiongkok, saat ia menghadapi Martin “The Situ-Asian” Nguyen di ajang ONE: HEROES OF THE WORLD bulan Agustus di tahun yang sama.
Dalam laga itu, Lee kalah serangan. Dan, walau ia mampu mengejutkan lawannya sejenak, ia terpukul oleh sebuah hook kiri kuat yang menjatuhkannya. Hal itu membawa Nguyen menempatkan dirinya, serta rekor sempurnanya, tertidur melalui sebuah kuncian guillotine choke.
Tak ada seorang pun yang senang mengalami kekalahan. Namun, setelah refleksi diri yang sangat dibutuhkan, jelas bahwa Lee cukup kelelahan dari kesibukannya dalam sekolah dan pemusatan latihan. Ia tidak berada dalam kondisi pikiran terbaiknya malam itu, dan kini, ia bertumbuh sebagai seorang seniman bela diri.
“Saya merasa bahwa saya bertumbuh dewasa karena kekalahan tersebut,” ia memulai.“Itu mengizinkan saya untuk menjadi seorang seniman bela diri yang lebih baik, dimana saya jelas merasakan perubahan yang saya ciptakan dalam permainan, gaya berkompetisi dan latihan saya. Itu jelas akan terbayar dalam jangka waktu yang panjang.”
A KOlossal finish 👊
Posted by ONE Championship on Sunday, December 10, 2017
Faktanya, itu memang telah terbayar. “The Warrior” menampilkan kesabaran saat ia kembali berlaga melawan “The Werewolf” Wan Jian Ping di bulan April 2017, dimana ia mampu memanfaatkan waktu dengan baik sebelum ia mematahkan lawannya secara sistematis sebelum meraih kemenangan TKO pada ronde pertama.
Ia mengikuti pencapaian tersebut dengan sebuah penampilan menarik lainnya melawan atlet Malaysia Keanu Subba di bulan Agustus. Walau Lee tetap tenang, ia mempertahankan naluri pemburunya dan mampu mengamankan sebuah kuncian armbar yang mengakhiri laga pada ronde ketiga.
Akhirnya, ia menutup tahun 2017 dengan kemenangan terbesar diawal kariernya. Pada bulan December, ia berlaga melawan mantan Juara Dunia ONE Lightweight Kotetsu “No Face” Boku dan mencetak KO atas sang veteran Jepang dengan bantingan spektakuler pada ronde pertama. Dengan kemenangan itu, ia mengimbangi rekor penyelesaian terbanyak dalam sejarah ONE Championship, di angka delapan.
Tantangan Berikutnya
Pada hari Jumat, 9 Maret, ia dapat menjadi pemegang rekor satu-satunya dengan mengalahkan Juara dua divisi DEEP Kazunori Yokota di ajang ONE: VISIONS OF VICTORY. Gelaran ini akan mengambil tempat di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Ia sangat cepat, ia eksplosif, dan saya mengetahui bahwa saat kami masuk ke sana, ia akan ingin menjatuhkan saya,” kata Lee terkait Yokota. “Saya tidak meremehkannya dengan cara apa pun, maka saya akan masuk dan menjatuhkannya, sama seperti yang saya lakukan atas Boku.”
“The Warrior” adalah pemenang yang terbukti di dalam arena, serta telah menjadi salah satu penantang teratas dalam divisinya. Hal paling luar biasa adalah bahwa ia belum sampai di kondisi terbaiknya.
Namun, seluruh kesuksesan dirinya dan kakak perempuannya ini tak akan mungkin terjadi tanpa kasih sayang serta dukungan keluarga mereka. Jika bukan karena bimbingan dan sokongan mereka, seluruh mimpi ini mungkin tak akan tercapai.
“Saya sangat meyakini bahwa ikatan keluarga yang kami miliki adalah yang membawa kami ke puncak dengan sangat cepat,” sebut Lee.
“Sulit mencoba tampil sebagai seniman bela diri profesional, terutama saat usia muda. Namun, dengan ikatan erat keluarga yang kami miliki, saya merasa siapa pun dalam keluarga ini dapat melakukan segala sesuatu, karena saat seseorang dalam keluarga melakukan satu hal, semuanya ada di belakangnya.”
“Ikatan keluarga inilah yang menjadikan kami sangat sukses.”