Danny Kingad Dan Joshua Pacio Tak Bisa Lepas Dari Esports

Joshua Pacio and Danny Kingad train at Team Lakay

Saat Juara Dunia ONE Strawweight Joshua “The Passion” Pacio dan sahabatnya Danny “The King” Kingad tidak sedang mendominasi lawan-lawan mereka di dalam Circle, mereka dapat ditemukan mengalahkan semua rival mereka dalam dunia virtual.

Dua pasangan terbaik dari Team Lakay ini berbagi semangat yang sama akan seni bela diri campuran, namun secara kebetulan, mereka juga terpukau oleh esports.

Team Lakay's dynamic duo Joshua Pacio and Danny Kingad train in Baguio City

Sama seperti saat mereka berlaga dalam divisi berbeda di bawah bendera ONE Championship, kedua atlet Filipina ini juga menjalani jalur mereka masing-masing saat terkait dengan video game.

Pacio selalu menyenangi genre first-person shooter atau FPS, dan menyebutkan rangkaian permainan Call Of Duty sebagai favoritnya.

Secara kebetulan, ia juga mempelajari permainan ini dari Paman Ray – pria yang sebelumnya memperkenalkan dirinya pada seni bela diri.

“Itu dimulai saat saya masih sangat muda – saya kira saya masih berada di sekolah dasar. Saya juga menemukannya lewat Paman Ray, dan Call Of Duty telah menjadi permainan saya sejak itu,” sebut sang penguasa divisi strawweight berusia 24 tahun itu.

“Saya beralih ke Prince Of Persia dan Assassin’s Creed setelah itu. Saya beralih ke DOTA saat saya berada di universitas, tetapi saya tidak pernah terlalu terfokus pada itu.”



Di sisi lain, Kingad mendapatkan pengalaman pertamanya bermain video game dengan cara klasik. Saat ia masih kecil, atlet flyweight ini sering bermain genre fighting di permainan ding dong.

Segera, ia terpincut oleh permainan first-person shooter berjudul Counter-Strike, yang saat ini dikenal sebagai CS:GO.

Tidak sepenuhnya mengejutkan bahwa “The King” sangat terpincut pada judul permainan itu, karena itu menjadi permainan Local Area Network (LAN) yang populer di Filipina, di awal tahun 2000-an.

“Saya memulai saat masih di kelas 1,” kenang atlet berusia 24 tahun ini.

“Saya sudah tertarik pada video game. Saya memulai dengan permainan fighting seperti Mortal Kombat dan permainan ding-dong klasik lainnya, sebelum beralih ke permainan komputer.”

Team Lakay after practice in Baguio City

Dengan permainan strategi online yang melibatkan banyak pemain kini tersedia di perangkat seluler, kedua sahabat ini akhirnya bertemu dalam sebuah judul permainan – Mobile Legends.

Faktanya, permainan ini menjadi sangat populer di Filipina sampai hampir tiap anggota Team Lakay memainkannya saat ini. Mereka ini termasuk mantan Juara Dunia ONE Eduard “Landslide” Folayang dan Kevin “The Silencer” Belingon.

Ada beberapa saat dimana segala sesuatunya menjadi terlalu kompetitif, tetapi Pacio melihat aktivitas bermain ini sebagai salah satu cara terbaik memperkuat hubungannya dengan rekan satu timnya.

“Kami sangat baik di sini,” kata Pacio. “Kami semua berada di peringkat yang sama, kecuali kuya Eduard dan kuya Kevin, karena mereka baru saja mulai bermain. Ini adalah [pengalaman] bersama yang baik bagi kami.”

Namun, Kingad merasa sahabatnya itu terlalu rendah hati. Ditambah lagi, ia berpikir bahwa “The Passion” sedikit terobsesi oleh Mobile Legends.

“Joshua lebih baik dari saya. Ia memiliki adiksi dengan permainan itu,” Kingad berkata sambil tertawa.

Kedua sahabat ini mungkin saling bertentangan terkait tingkatan kemampuan mereka dalam Mobile Legends, namun mereka sama-sama yakin bahwa hanya ada satu raja esports sejati di ONE Championship, dan pria itu bernama Demetrious “Mighty Mouse” Johnson.

Johnson, yang adalah Chief Brand Ambassador bagi ONE Esports, telah memiliki reputasi sebagai gamer papan atas. Faktanya, ia menaklukkan Kingad dan beberapa atlet lainnya dalam sebuah ajang Street Fighter Challenge saat ONE Elite Retreat 2019 di Phuket, Thailand.

Pacio sendiri tidak yakin dapat mengalahkan “Mighty Mouse” dalam permainan Street Fighter, atau kompetisi video game apa pun.

“Berlaga melawan atlet lain itu adalah ide yang menyenangkan,” sebutnya.

“Saya kira Martin Nguyen juga menyukai esports juga, dan saya akan ingin bermain melawannya. Namun, tentunya, anda memiliki Demetrious Johnson. Saya tidak mengira saya dapat mengalahkannya. Saya rasa ia dapat memainkan apa pun.”

Kingad, yang juga harus mengakui keunggulan Johnson dalam babak Final Kejuaraan ONE Flyweight World Grand Prix bulan Oktober lalu, mengatakan ia memiliki kesempatan lebih baik untuk mengalahkan atlet AS tersebut dalam bela diri campuran, daripada dalam esports.

“Jika saya menghadapi DJ di sana, dalam permainan apa pun, saya benar-benar harus berlatih supaya dapat mencetak hasil yang baik bagi diri saya sendiri. Ia sangat jago,” kata atlet flyweight ini.

“Saya kira saya dapat bermain dengannya selama beberapa waktu, tetapi akhirnya, saya tahu ia akan mengalahkan saya. Ia benar-benar menyukai esports. Saya hanya akan membalasnya jika kami mendapatkan kesempatan laga ulang di dalam Circle.”

Secara keseluruhan, pasangan unggulan Team Lakay ini sangat terfokus pada karier mereka di ONE Championship dan membangun warisan mereka dalam olahraga ini. Petualangan mereka dalam video game hanyalah untuk bersantai, serta sarana lain untuk membuat hubungan bersama rekan satu tim mereka lebih erat di Baguio.

“Itu hanyalah pengisi waktu senggang bagi saya,” kata Pacio. “Saya tidak akan pernah lelah menjalani seni bela diri.”

Baca juga: Bermain Video Game Bantu Martin Nguyen Tetap Berada Di Puncak

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9