Egi Rozten Berbagi Tentang Motivasinya Meraih Mimpi
Atlet bela diri campuran Indonesia Egi Rozten telah melewati masa lalu yang keras sebelum menjadi salah satu atlet berbakat dalam ONE Championship, dimana saat ini ia sekali lagi menulis lembaran baru dalam kehidupannya dengan menikahi Shierra, seorang wanita yang dikenalnya pada tahun 2012 di Bali.
Sempat terlibat dengan geng motor, Egi kemudian mencari jati diri di dalam dunia bela diri.
Ia tidak pernah menduga bahwa pertemuannya dalam sebuah pertandingan Muay Thai lokal akan mengubah kehidupannya.
Egi Rozten sends the home crowd into a frenzy with a stunning knockout of Eddey Kalai at 3:15 of Round 1!Watch the full event LIVE & FREE on the ONE Super App 👉http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast
Posted by ONE Championship on Saturday, November 17, 2018
Pertemanan yang berlanjut selama empat tahun ini berubah pada tahun 2016, saat keduanya mulai berkencan dan akhirnya memutuskan membina rumah tangga bersama.
“Seperti biasa, saya harus membagi waktu antara latihan dan waktu untuk istri. Saya harus pintar membagi [waktu] latihan dan untuk keluarga,” sebut Egi.
Tentunya, diantara mereka yang turut merasakan kebahagiaan pasangan baru ini, ada pula yang mempertanyakan bagaimana prestasinya setelah ia menikah.
“Saya sih tetap terfokus [pada pertandingan]. Sekarang apa lagi, harus lebih dapat membagi waktu [antara] latihan dan istri saya. Karena kalau berlatih, pasti saya tinggal [istri saya] di rumah, kadang saya ajak juga.” jelasnya.
Egi pun meyakini bahwa prestasinya sebagai seorang atlet tidak akan terganggu, karena sang istri akan menjadi sumber energi dan motivasi yang besar.
“Dia selalu mendukung. Ia selalu mengingatkan tentang] waktu istirahat dan juga latihan. Dia juga mengingatkan untuk menjaga kondisi. Terkadang bawel sedikit,” kata Egi menjelaskan.
Beberapa atlet memiliki alasan tersendiri untuk terjun ke dalam dunia bela diri, antara lain membuat diri mereka menjadi lebih kuat, menjadikan bela diri sebagai landasan untuk berjuang melalui kesulitan, hingga memang memilih dunia ini sebagai profesi.
Tetapi tidak bagi Egi. Ia mengaku bahwa memasuki dunia seni bela diri adalah bagian dari pencarian jati dirinya, dan ia memiliki kegigihan tersendiri untuk bertahan melalui perjalanan yang sulit – yang juga menjadikannya seorang atlet yang tak dapat diremehkan di dalam divisinya.
Egi, yang tumbuh di Purwakarta, Jawa Barat bersama kakek dan neneknya sejak bayi karena perceraian orang tuanya, mengerti kerasnya hidup lewat kehidupan jalanan – dimana ia kerap terlibat perkelahian masal.
Bahkan, Egi sempat dilarikan ke rumah sakit karena ia terluka dalam perkelahian jalanan – yang ternyata cukup fatal. Seiring usianya yang semakin matang, petualangan Egi mencari jati diri pun berlanjut.
Ia sempat terpukul saat kedua kakek nenek yang membesarkannya meninggal dunia saat ia berusia remaja.
Sadar bahwa ia tak dapat mengandalkan orang lain untuk bertahan hidup, Egi pun mempelajari tinju saat ia berada di sekolah menengah umum dan berkompetisi di ajang amatir demi mendapatkan penghasilan.
Beberapa tahun kemudian, ia pun bertransisi ke dunia bela diri campuran. Kini, Egi telah mengemas dua kemenangan bersama ONE Championship – yang seluruhnya ia dapatkan melalui KO.
Kredibilitas yang Egi dapatkan sebagai seorang atlet, ditambah dengan sorotan yang diterimanya sejak terjun ke panggung bela diri dunia bersama ONE, telah membuat hidupnya lebih baik.
Selain sibuk menjadi pelatih bela diri, ia mengatakan bahwa ia pun mengajar di salah satu perguruan tinggi di Jakarta selama tidak melatih.
“Yang pasti, jika ada kemauan pasti ada jalan. Sekarang sudah banyak tempat untuk berlatih dan menyalurkan keterampilan bela diri,” kata Egi pada anak-anak muda yang ingin mencoba dunia bela diri apapun.
“Yang pasti, saya pribadi ingin lebih baik lagi dalam karir, pastinya kemenangan.”