Friday Flashback: Alain Ngalani Menembus Panggung Dunia
Alain “The Panther” Ngalani menggantung sarung tinjunya dan menjalani hidup yang menyenangkan setelah ia pensiun dari kompetisi dalam olahraga tarung.
Namun, hal tersebut berubah saat ONE Championship masuk ke dalam kehidupannya dan menyalakan semangatnya kembali pada tahun 2013.
Dengan sebuah tawaran dari organisasi bela diri terbesar di dunia, spesialis striking kelahiran Kamerun ini beralih ke disiplin yang baru dan menjaga antusiasme itu selama tujuh tahun terakhir ini.
“Saya mengambil istirahat selama beberapa tahun. Saya tidak berencana berlaga kembali. Saya baik-baik saja, sampai saya terpincut dengan atmosfer bela diri campuran,” sebutnya.
“Saya selalu menonton olahraga ini sekilas. Saya tidak benar-benar tertarik saat itu, namun setelah melihat ONE Championship, saya mengincar mereka.”
“Saat saya mendapatkan telepon dari mereka dan ditawari sebuah kontrak, saya merasa bersemangat. Saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Itu adalah sebuah keputusan fantastis karena dari situ, apa yang terjadi sangatlah luar biasa. Saya tidak dapat mengharapkan sesuatu yang lebih.”
- Friday Flashback: KO Yang Mengubah Karier Leandro Ataides
- Friday Flashback: Mitch Chilson Kenang Debutnya Di Meja Komentator
- Friday Flashback: Kilas Balik Debut Sempurna Reinier De Ridder
Setelah sebuah karier yang luar biasa dalam disiplin stand-up, dimana Ngalani meraih empat gelar Juara Dunia dalam disiplin kickboxing dan Muay Thai, ia pun mempersiapkan debutnya dalam dunia bela diri campuran.
Ia bersiap menghadapi atlet elit asal Mesir, Mahmoud Hassan, dalam ajang ONE: CHAMPIONS & WARRIORS di Istora Senayan, Jakarta, Indonesia pada tanggal 13 September 2013.
Itu adalah malam yang mengubah sang Juara Dunia yang sedang menikmati masa pensiunnya menjadi seorang kompetitor yang berkomitmen dan berdedikasi.
“Hal ini seluruhnya mengarah pada sebuah laga dengan Mahmoud,” kata atlet berusia 43 tahun ini. “Ia adalah pria yang besar, kuat dan berkeyakinan tinggi. Saya teringat [berdiri] berhadapan dengannya saat penimbangan badan. Itu sangat panas, dan ia berjanji akan ‘menghabisi’ saya.”
Saat “The Panther” memasuki Istora Senayan pada hari pertandingan, semangat ini kembali pada dirinya – namun kali ini, ia berada dalam sebuah tingkatan yang sangat berbeda.
Hal ini adalah sebuah panggung yang masif dengan penonton yang sangat kuat, namun warga Hong Kong yang karismatik ini memang siap menghadapi momen-momen ini.
“Saat saya masuk ke dalam arena, itu sangat penuh dan besar, tidak seperti apapun yang saya pernah lihat sebelumnya,” aku sang raksasa ini.
“Sebagai seorang atlet, kami mengalami hal ini — ketegangan akan melanda, dan anda mengalami semangat, ketakutan, antisipasi dan ekspektasi. Itu hanyalah perasaan yang cukup luar biasa.”
“Saya benar-benar bersemangat. Itu adalah laga pertama saya bersama ONE. Saya ingin menang, namun saya tidak hanya ingin menang. Saya ingin menang dengan cara yang spektakuler.”
“Setidaknya, itu selalu menjadi cara saya – untuk tampil luar biasa, sedikit ekstra, serta untuk menikmati penampilan saya dan bersenang-senang. Itulah pemikiran saya pada saat itu.”
Dengan dukungan dari para penonton di ibukota Indonesia, “The Panther” hampir seperti meledak saat memasuki ke Circle dengan gerakan salto dan sebuah salto ke belakang, saat ia sedang mencoba untuk memberi semangat yang sama pada para penonton.
Saat laga dimulai, Ngalani tidak membuang waktu. Ia menyarangkan beberapa tendangan rendah keras, dan saat waktu tersisa 31 detik, sebuah tendangan memutar dari dirinya mencetak kemenangan.
Serangan itu menjadi salah satu sorotan terbaik dari berbagai laga sampai saat ini, dimana hal itu menunjukkan pada dunia apa yang dapat dilakukan oleh “The Panther.”
“Saya sangat yakin saat saya masuk ke sana. Saya sangat tenang saat itu. Tidak ada rasa takut, rasa marah, tidak ada. Saya merasa baik,” ingatnya.
“Saya mencoba [kekuatannya] dengan sebuah tendangan rendah. Lalu, saya melemparkan tendangan rendah kedua dan ia menyerang balik dengan pukulan straight kanan, maka saya mundur.”
“Penempatan dan jarak saat itu sangat sempurna — tendangan memutar ini harus dilontarkan. Maka saya melontarkannya dan merasakan koneksinya. Saya mengetahui bahwa saya hanya harus mengikutinya, maka saya masuk, melanjutkan serangan dan menyelesaikannya.”
Sebagai debut yang sempurna dalam disiplin dan rumah barunya ini. Ngalani sangat berbahagia, dimana saat dirinya mengetahui laga itu berakhir, ia mengekspresikan emosinya pada para penggemar.
“Saya memberikan penghormatan pada penonton. Tidak pernah sebelumnya dalam laga kickboxing saya dimana saya menghormati penonton dengan cara itu,” akunya. “Saya hanya bereaksi. Itu semuanya tentang momen, atmosfer, perasaan yang saya miliki, serta bagaimana saya dapat mengekspresikan perasaan saya saat itu.”
Kini, tujuh tahun kemudian, Ngalani menjadi seorang figur yang telah menetap cukup lama di dalam “The Home Of Martial Arts,” dan menjadi salah satu atlet terpopuler dalam organisasi ini.
Kerjasama yang sukses ini diawali dari malam pertama itu di Jakarta, dimana “The Panther” masih menganggapnya sebagai salah satu momen paling definitif dalam karier bela dirinya.
“Saya rasa ini adalah salah satu laga paling mengesankan bagi saya – tidak hanya karena laga itu sendiri, namun secara keseluruhannya,” sebutnya.
“Dalam laga pertama saya, saya harus tampil mengesankan. Saya mengalahkannya dalam beberapa detik, mencetak sebuah impresi fantastis, serta rekaman kemenangan itu masih menjadi sorotan, maka saya sangat bersyukur untuk laga itu dan penampilan saya.”
Baca juga: Friday Flashback: Kemenangan Spektakuler Dalam Debut Demetrious Johnson