Gairah Dalam Seni Bela Diri Membawa Juan Cervantes Tampil Di Panggung Dunia

Juan Cervantes faces Santino Verbeek at ONE: IMMORTAL TRIUMPH in Ho Chi Minh City, Vietnam

Tidak mudah menjadi seorang profesional dalam disiplin Muay Thai di Inggris, dan atlet terbaru dalam divisi welterweight ONE Championship Juan Cervantes menyadari hal tersebut.

Atlet berusia 32 tahun ini – yang akan menghadapi Santino Verbeek dalam sebuah laga kickboxing di ajang ONE: IMMORTAL TRIUMPH Jumat, 6 September ini – menghabiskan bertahun-tahun untuk menorehkan namanya di sirkuit domestik demi pendapatan yang mencukupi.

Tetapi, perwakilan sasana Northern Kings di Newcastle tersebut mencintai olahraga ini dan terus berjuang sampai ia menjadi juara nasional dan Juara Dunia demi meraih posisi di atas panggung bela diri dunia.

Menjelang debutnya di Ho Chi Minh, Vietnam, lelaki yang saat ini dikenal sebagai “Number Juan” berbagi bagaimana ia harus memberikan segalanya demi menggapai puncak.

Menemukan Semangat Kompetisi

Juan lahir dari ibu berkebangsaan Inggris dan ayah yang berasal dari Meksiko di Mexico City, Meksiko.

Saat ia berusia enam bulan, orang tuanya kembali ke Inggris dan menetap di Bristol, dimana mereka merawat sebuah keluarga yang cukup besar.

“Saya yang tertua dari enam anak – Saya memiliki dua adik lelaki dan tiga adik perempuan. Saya sangat beruntung memiliki masa kecil yang baik. Saya yang tertua, maka saya [selalu mendapatkan] makanan yang pertama,” katanya sambil tertawa.

Saat Juan kecil harus masuk ke sekolah menengah, sebuah beasiswa memberinya kesempatan masuk ke sekolah asrama.

Orang tuanya harus berpikir lama dan keras untuk melihatnya pergi, tetapi standar edukasi yang buruk di kota mereka hanya berarti bahwa mereka harus mempertaruhkan keadaan finansial mereka. Hal itu terbayar saat anak mereka ini menyukai waktunya di sana.

“Itu juga saat-saat yang berbahagia. Hal terbaik tentang itu adalah aktivitas ekstrakulikuler yang saya terima. Saya terlibat dengan olahraga dan musik,” katanya.

“Saya menyukai rugby, saya merasa ini memberi saya persaingan secara fisik. Saya cukup lemah di sekolah dasar, tetapi saya segera merubah itu melalui latihan saat saya dipaksa untuk bermain rugby ketika berusia 11 tahun!”

“Saya tidak akan mengatakan bahwa saya dirundung terlalu parah, tetapi selama beberapa tahun, saya selalu diganggu. Saat saya memasuki sekolah menengah, saya memiliki sesuatu untuk dibuktikan dan mulai menyukai rugby.”

Seni Bela Diri

Saat Juan pindah ke Newcastle untuk masuk ke universitas, ia mulai kehilangan minat dalam olahraga.

Ia menginginkan tantangan baru, maka ia mulai mempelajari “seni delapan tungkai” dalam kelas untuk pelajar di bawah pria yang masih menjadi pelatihnya sampai saat ini – Juara Dunia Muay Thai Craig Jose.

“Saya selalu menyukai saat saya dapat menangani diri sendiri, maka saya ingin mencoba sesuatu – lebih kepada pertahanan diri dan kebugaran pada awalnya, tetapi saya malah tertarik,” jelasnya.

Segera, ia berlatih di luar kelas di kampusnya dan pergi ke sasana yang dimiliki Jose dengan sebuah tim seniman bela diri, dimana ini membawa pemuda ini ke laga pertamanya.

Atlet asal Inggris ini kemudian menjadi murid terbaik, sehingga saat ia memutuskan untuk membuka sasananya sendiri, ia meminta Juan untuk bergabung dengannya sebagai bagian dari timnya. Ia tidak terlalu bersemangat memulai sebuah karir dari gelar akademiknya, maka ia langsung bergabung.

“Saya merasa saya sangat beruntung – berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Saya meraih [gelar] Master [dalam fisiologi klinis] karena saya ingin tinggal di Newcastle dan tetap berlatih – dan saya seperti tidak mengetahui apa yang ingin saya lakukan,” katanya.

“Saat saya menyelesaikan [studi] itu, Craig membuka Northern Kings dan bertanya apakah saya ingin membantunya.”

Gairah Pendorong

Ibunda Juan adalah seorang dokter, dan ayahnya adalah dosen sejarah di Universitas Bristol. Walau dirinya mengatakan bahwa pilihan karirnya “bukanlah bagian dari rencana mereka,” ia masih mendapatkan dukungan mereka.

“Orang tua saya selalu menekankan nilai dari melakukan sesuatu yang membuat anda bergairah untuk menghidupi diri,” jelasnya.

“Mereka selalu mengingatkan kami bahwa uang bukanlah hal yang terpenting. Lebih penting untuk bergerak dalam jalur yang memberi pemenuhan bagi diri anda.”

Adalah gairahnya yang membawanya melewati beberapa kesulitan dalam awal karirnya. Sebelum ia mendapatkan cukup penghasilan sebagai seorang pelatih di sasana, ia harus bekerja malam sebagai penjaga pintu di beberapa bar di Newcastle.

Ia akan pulang terlambat, tetapi tetap harus bangun pagi untuk berlatih dan menjalani pekerjaannya sebagai pelatih.

“Saya akhirnya bekerja menjadi penjaga beberapa pintu [bar] dan membantu di sasana, lalu mulai mendapatkan [pekerjaan sebagai pelatih], dan perlahan membangun semuanya agar saya dapat berhenti dari menjaga pintu,” ungkap atlet berusia 32 tahun ini.

“Ini semua terbayar pada akhirnya, tetapi ada beberapa saat dimana hal itu memberikan tekanan berat. Pada satu titik, saya berasumsi bahwa Lily [pasangannya yang kini menjadi istrinya] akan meninggalkan saya karena ia mungkin muak melihat saya tidak menghasilkan.”

“Banyak orang mengatakan bahwa ini mungkin terlalu berat, tetapi ini tidak seberat apa yang mereka bayangkan, karena bagi saya, tidak ada pilihan lain.”

Juan memiliki determinasi untuk meraih kesuksesan sebagai seorang atlet Muay Thai profesional. Karirnya membawa pria ini ke Lumpinee Stadium yang sangat terkenal di Thailand, dimana ia menjadi pria Inggris nomor satu dalam divisinya yang memiliki reputasi sebagai pencetak KO spektakuler.

Mencapai Panggung Dunia

Dengan mengamankan posisi teratas di Inggris Raya, Juan mengincar kesuksesan internasional, dan mendadak meraih kesempatan pertamanya berkompetisi demi gelar Juara Dunia bulan November lalu.

Hanya dalam dua minggu waktu persiapan, ia terbang ke tanah kelahiran lawannya di Italia, tetapi pulang dengan gelar Juara Dunia WTKA Muay Thai setelah sebuah penampilan dominan.

Dengan sabuk emas di pinggangnya, serta rekor 31-9-1 yang dipenuhi dengan penyelesaian, organisasi bela diri terbesar di dunia pun memanggilnya.

Ujian pertamanya akan datang saat ia menghadapi Santino Verbeek, dan perwakilan Northern Kings ini berkeras untuk mengeluarkan segala kemampuannya di dalam ring dan membuktikan mengapa ia layak berada di sana dengan kemenangan luar biasa.

“Saya ingin mengetahui bahwa saya akan mengeluarkan segalanya dan melangkah sejauh saya mampu,” katanya.

“Saya memiliki tujuan ambisius untuk menjadi Juara Dunia ONE Championship dalam [disiplin] Muay Thai dan kickboxing, tetapi selama saya melihat kembali saat nanti menua dan mengetahui bahwa saya telah memenuhi potensi saya, saya akan [hidup dengan] tenang.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9