Geje Eustaquio Ingin Didik Generasi Juara Dunia Berikutnya Di Filipina
Mantan Juara Dunia ONE Flyweight Geje “Gravity” Eustaquio telah mencapai puncak dalam dunia bela diri campuran, dimana ia kini ingin membantu orang lain untuk dapat mencapai hal yang sama.
Atlet berusia 30 tahun – yang akan menghadapi Yuya “Little Piranha” Wakamatsu dalam ajang ONE: DAWN OF HEROES hari Jumat ini, 2 Agustus – memiliki hasrat untuk menurunkan ilmunya.
Sebelum dirinya menjadi salah satu bintang ONE Championship, warga asli Baguio ini berlatih untuk menjadi guru.
Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan dari University of Cordilleras – dan kemudian meraih gelar Magister dalam Pendidikan Olahraga – maka ia diharapkan mengejar karir dalam bidang tersebut.
Expect Geje "Gravity" Eustaquio to go ALL OUT in his ONE Flyweight World Grand Prix alternate bout against ultra-tough Japanese warrior Yuya Wakamatsu!🗓: Manila | 2 August | 5PM | ONE: DAWN OF HEROES🎟: Get your tickets at 👉 http://bit.ly/oneheroes19📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp 👨💻: Prelims LIVE on Facebook | Prelims + 2 Main-Card bouts LIVE on Twitter
Posted by ONE Championship on Monday, July 22, 2019
Namun, setelah satu tahun menjalani pekerjaan ‘tradisional’ sesuai harapan ayah dan ibunya, ia memutuskan menekuni hasratnya yang lain.
“Saya didorong orang tua saya untuk menerapkan apa yang telah saya pelajari, dan saya melakukan itu,” katanya.
“Setelah satu tahun itu, saya tiba pada sebuah pemikiran bahwa saya suka mengajar, tetapi saya juga menyukai seni bela diri. Pada akhirnya, saya perlu mengatur waktu dengan bijak.”
“Kini saya masih muda dan kuat, saya dapat melakukan keduanya, tetapi saya harus menemukan keseimbangan. Sementara saya berada pada usia yang tepat, saya harus terjun ke seni bela diri terlebih dahulu karena saya tak akan dapat melakukannya pada tingkatan yang saya inginkan saat saya berusia 40 tahun ke atas, tetapi saya masih bisa mengajar saat itu. ”
Sementara ia dilatih untuk menjadi salah satu atlet terbaik dunia di bawah pengawasan pelatih kepala Team Lakay, Mark Sangiao, Eustaquio menyadari dirinya dapat menggabungkan dua gairah hidupnya dengan menjadi instruktur para calon atlet baru.
“Gravity” bertanya kepada pelatih utamanya apakah dirinya dapat ikut melatih di sasana, dimana bantuan yang ia tawarkan itu ternayata diterima dengan sangat baik.
Meski upaya sang pejuang Filipina untuk meraih sabuk emas di ONE membutuhkan fokus yang besar, ia terdorong mencurahkan sebagian waktunya bagi siapapun yang ingin mempelajari keterampilan baru.
Dilihat dari kacamatanya, seni bela diri dapat mengubah kehidupan – terutama di kalangan komunitas yang memiliki latar belakang kurang mampu.
Former ONE Flyweight World Champion Geje "Gravity" Eustaquio's road to redemption must go through the young and hungry Yuya Wakamatsu on 2 August! Who you got? 🗓: Manila | 2 August | 5PM | ONE: DAWN OF HEROES🎟: Get your tickets at 👉 http://bit.ly/oneheroes19📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp 👨💻: Prelims LIVE on Facebook | Prelims + 2 Main-Card bouts LIVE on Twitter
Posted by ONE Championship on Sunday, July 21, 2019
“Kami semua memulai dari nol, dan kami harus menjaganya sebagai sebuah siklus, sehingga akan ada orang lain yang bisa menjadi seperti kami,” katanya.
“Mereka akan membuktikan kepada dunia bahwa tidak ada yang mustahil. Terlepas dari segalanya, terlepas dari kemiskinan, serta apa pun kisah mereka, pada akhirnya anda akan menjadi seseorang yang akan menentukan nasib dan masa depan anda sendiri.”
“Inilah yang ingin kami lakukan – itulah visi yang saya pelajari dari Coach Mark, dan saya berharap generasi selanjutnya dapat melanjutkan hal ini juga.”
Meski beragam cerita dan latar belakang murid-muridnya dapat menjadi tantangan tersendiri, ia menemukan kepuasan saat melihat mereka berkembang dan mencapai tingkatan lebih tinggi.
Di antara generasi atlet yang telah diasuh dan menerapkan visinya, terdapat semifinalis ONE Flyweight World Grand Prix Danny “The King” Kingad – yang juga akan berlaga pada tanggal 2 Agustus di Mall Of Asia Arena, Manila, Filipina – serta Juara Dunia ONE Strawweight Joshua “The Passion” Pacio.
Eustaquio mengakui dirinya tak dapat langsung menilai bahwa mereka ditakdirkan untuk meraih kejayaan saat mereka pertama kali tiba di sasana. Namun, saat dirinya melihat bagaimana mereka menerapkan apa yang diajarkan dalam latihan, potensi mereka menjadi sangat jelas.
“Setelah menghabiskan setahun bersama mereka, itulah saat anda melihat potensi mereka menjadi Juara Dunia – karena sikap dan pemikiran mereka, serta bagaimana mereka tampil,” ia menjelaskan.
“Seperti yang kami katakan di Team Lakay, ‘ Juara tidak dilahirkan, mereka ditempa’. Kami tidak meyakini bahwa saat anda pergi ke sasana dan menampilkan bahwa anda berkemampuan tinggi, anda akan secara otomatis menjadi Juara Dunia. Kami selalu mencari sikap, karena sikaplah yang benar-benar menjadikan seseorang sebagai juara.”
Geje Eustaquio will need his full wushu arsenal against knockout artist Yuya Wakamatsu on 2 August!
Geje "Gravity" Eustaquio will need his full wushu arsenal against knockout artist Yuya Wakamatsu on 2 August! 🗓: Manila | 2 August | 5PM | ONE: DAWN OF HEROES🎟: Get your tickets at 👉 http://bit.ly/oneheroes19📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp 👨💻: Prelims LIVE on Facebook | Prelims + 2 Main-Card bouts LIVE on Twitter
Posted by ONE Championship on Friday, July 19, 2019
Lebih dari seluruh kesenangan dan kesibukannya membentuk para atlet elit, Eustaquio bertekad menurunkan pengetahuannya untuk mendidik banyak orang terkait nilai-nilai seni bela diri.
Caranya melihat hal ini adalah bahwa akan lebih baik jika semakin banyak orang yang merangkul nilai kedisiplinan, kehormatan dan respek.
“Saya telah memberikan contoh-contoh ini, saya telah mengalaminya dan saya kira komunitas ini membutuhkannya,” tambahnya.
“Ini bukan hanya tentang pendidikan – saya meyakini bahwa jika tiap orang memiliki nilai-nilai bela diri dalam diri mereka, dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali.”
Salah satu kunci kesuksesannya sebagai instruktur adalah melalui seluruh metode yang diterapkannya – yang tercipta lewat pengalaman pribadinya sebagai seorang murid, pendidikannya di universitas, serta waktu yang ia lewati di ruang kelas.
Segala sesuatu yang dijalaninya telah membantu menciptakan metode mengajar tersendiri demi memberi kesempatan untuk menyerap pengetahuan yang dapat mengubah hidup orang yang berlatih bersamanya.
“Saya bukan tipe guru yang kaku, saya sebenarnya cukup demokratis,” jelasnya.
“Cara saya mengajar, sebisa mungkin, adalah untuk memastikan para murid menikmati kelas saya, dimana mereka dapat keluar ruangan dengan sesuatu dalam pikiran mereka atau mengalami sesuatu dari saya. Itulah tujuan utama saya sebagai seorang guru.”