Bagaimana Judo Memberi Yushin Okami Kepercayaan Diri
Yushin ”Thunder” Okami tidak selalu menjadi kompetitor pemberani yang tidak memiliki keraguan dalam menghadapi salah satu tantangan terberat dalam seni bela diri campuran.
Atlet ikonik bela diri campuran Jepang ini – yang akan kembali beraksi dalam laga divisi welterweight melawan James Nakashima dalam ajang ONE: DAWN OF HEROES – telah bertanding melawan para petarung terbaik dunia selama lebih dari satu dekade.
Pesaingnya waktu itu termasuk pegulat, atlet pencetak KO atau spesialis submission terbaik, dimana ia memiliki keyakinan diri untuk melawan mereka terlepas dari kenyataan bahwa ia diunggulkan atau tidak.
Tetapi, pola berpikirnya sungguh berbeda saat ia masih kanak-kanak dan tinggal di Prefektur Kanagawa. Ia tidak memiliki kepercayaan diri, yang berarti bahwa ia enggan untuk keluar dari zona nyamannya.
“Sewaktu saya kecil, saya sedikit pemalu,” katanya.
“Saya tidak dapat menantang diri saya sendiri, Saya takut menantang diri saya untuk melakukan hal-hal baru.”
“Baik baseball, sepak bola, judo, budō, atau kendo, bahkan ketika saya ingin mencoba semua ini saat kecil, sulit bagi saya untuk menjadikan ‘keinginan’ ini menjadi sebuah aksi nyata. Seberapa inginnya saya melakukan semua hal itu, saya terlalu takut melakukannya.”
“Saya sangat nyaman berada disekitar mereka yang telah saya kenal sejak lama, tetapi jika saya masuk ke kelas baru atau berada di lingkungan yang baru, saya sangat pemalu.”
“Melihat kembali semuanya, saya mungkin kurang memiliki kepercayaan diri, yang saya kira menjelaskan mengapa saya sangat pemalu.”
Perjalanannya untuk mengatasi rasa takutnya dimulai saat ia terjun untuk pertama kalinya ke dalam judo saat ia beranjak remaja.
Selagi ia mempelajari kemampuan baru dan mempraktekkannya, ia mengembangkan pola pikir yang lebih positif dan mengumpulkan keberanian untuk memasuki berbagai kompetisi. Setelah ia terjun, ia mulai menerima kesuksesan dan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajarannya.
Ia tidak lagi takut gagal dan hal ini juga membantunya untuk mendorong keyakinan dirinya di luar sasana.
“Saya menemukan judo saat berada di sekolah menengah atas,” jelasnya.
“Saya berteman, dengan mereka yang berlatih bersama saya, dan merasakan kesenangan saat menang dan frustrasi saat kalah. Dengan mengalami semua perasaan ini, saya merasa mencapai sesuatu.”
“Hasilnya, saya memupuk kepercayaan diri, menemukan olahraga yang saya hormati, serta memiliki teman baru. Mengalami perasaan yang saya rasakan di judo membawa saya mengembangkan keyakinan diri saya dan mengijinkan saya untuk menjadi lebih terbuka.”
Kecintaannya pada judo datang dari pengetahuan bahwa ia dapat bertahan melalui segala hal yang tidak mungkin, bekerja keras mengasah kemampuan, dan kembali untuk menaklukkan mereka.
“Saya meremehkan judo,” tambahnya.
“Saya menyadari betapa berbeda hal berikut: menonton dan melakukan. Itu hanya membuat saya ingin mencoba lebih keras – untuk lebih banyak berlatih dan menjadi lebih baik.”
“Saya merasa bersemangat ketika menapaki jalur menuju puncak. Saya menerima banyak pukulan keras pada awalnya, tetapi saya sudah terpincut.”
Tiap jam latihan memberinya kesempatan untuk mengasah kemampuannya dan ia tidak lagi takut menempatkan dirinya di luar zona nyamannya dan berlatih dengan rekan sparring yang lebih berpengalaman demi meraih loncatan besar dengan kemajuannya.
Perasaan yang ia rasakan saat menang adalah sesuatu yang segera menjadi pendorong utama dalam perjalanan Yushin.
“Saya melanjutkan judo karena saya dapat melihat diri saya sendiri berkembang. Saya menjadi lebih baik dengan berlatih, dan saya mampu mengalahkan lawan yang sebelumnya menaklukkan saya,” tambahnya.
“Kebahagiaan yang datang saat menang adalah sesuatu yang tidak dapat saya alami dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya melanjutkan ini karena saya sadar bahwa untuk merasakan hal itu lagi, saya harus terus berlatih untuk menjadi lebih baik.“
Semangat juang yang baru ditemukannya ini terbukti saat babak final turnamen di sekolahnya, saat ia mendapatkan kesempatan untuk melakukan semua yang ia telah pelajari selama tiga tahun.
Walau banyak yang meragukan, ia maju dengan penampilan terbaik dalam karir atlet muda ini saat itu.
“Saya berhadapan dengan seorang lawan yang jauh lebih baik dari saya, dan semua orang menyangka bahwa saya akan kalah,” kenangnya.
“Tetapi, saya merasa yakin, dan terlepas dari spekulasi apapun, saya dapat menang. Bahkan saat ini, kejadian itu adalah titik balik bagi saya, dan mengalahkan lawan tersebut adalah saat-saat yang membanggakan bagi saya.”
“Itu menunjukkan bahwa usaha apapun akan terbayar, dan itu memberi saya kepercayaan diri yang besar.”
Saat ini, selagi ia mempersiapkan diri untuk memasuki Mall Of Asia Arena di Manila, Filipina dan menghadapi James Nakashima pada hari Jumat, 2 Agustus nanti, ia akan membawa pemikiran yang sama ke dalam pertarungannya.
Walaupun lawannya tersebut masih tak terkalahkan dan memiliki rekor 11-0, delapan tahun lebih muda, atau salah satu calon penantang gelar Juara Dunia ONE Welterweight, “Thunder” mengetahui kemampuannya dan telah bekerja keras untuk tampil dan mengangkat tangannya pada akhir pertandingan.
Manila | 2 Agustus | 19:00 WIB | DAWN OF HEROES | TV: Periksa daftar tayangan lokal untuk siaran global | Tiket: http://bit.ly/oneheroes19