Inspirasi Dari Perjalanan Regian Eersel Menuju Gelar Juara Dunia
Penampilan Regian “The Immortal” Eersel yang menakjubkan dalam ONE Super Series telah memberinya perebutan gelar Juara Dunia pada hari Jumat, 17 Mei di Singapura.
Pejuang keturunan Belanda-Suriname ini telah meraih kemenangan beruntun di atas panggung dunia dan mengamankan kesempatan menuju Kejuaraan Dunia ONE Lightweight Kickboxing melawan rekan senegaranya Nieky “The Natural” Holzken di ajang ONE: ENTER THE DRAGON.
Eersel ingin melanjutkan aksi fenomenalnya ini untuk membuktikan dirinya sebagai salah satu striker terbaik dunia dan meraih sabuk emas perdana tersebut.
Sebelum laga pendukung utamanya di Singapore Indoor Stadium ini, mari kita ambil kesempatan ini untuk melihat lebih jauh perjalanan atlet berusia 26 tahun ini menuju puncak.
Dari Iklim Tropis Ke Musim Dingin Di Eropa
How martial arts helped Regian "The Immortal" Eersel avoid a life on the streets and unlocked his true greatness. Singapore | 17 May | 5:00PM | Watch on the ONE Super App: http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast | Tickets: http://bit.ly/onedragon19
Posted by ONE Championship on Sunday, May 5, 2019
Eersel lahir di Suriname, di daerah pesisir timur laut Amerika Selatan. Namun, ia tidak menghabiskan waktu terlalu lama di tanah kelahirannya ini.
Kakek-nenek sang atlet ini membesarkannya saat ia masih kecil, sementara ibunya pergi ke Belanda untuk mempersiapkan kehidupan bagi keluarganya di Eropa, dengan harapan dapat mengamankan masa depan yang lebih baik bagi anaknya ini.
Ia akhirnya pindah ke Amsterdam saat ia berusia 4 tahun, namun transisi itu terasa cukup sulit. Faktanya, ia sempat terkejut mengalami perubahan budaya yang mendadak.
“Bagi saya, itu sangat buruk karena saya datang dari Suriname, yang beriklim tropis dan panas, dan tiba di Belanda saat musim dingin. Saya datang dari 30 derajat [Celsius] ke minus 10,” kenangnya.
“Makanannya dan orang-orang di sana sangat berbeda. Saya terbiasa bermain di luar, di Suriname — di Belanda, anda dapat bermain di luar, tetapi tidak ada hutan. Itu adalah perubahan besar bagi saya sebagai seorang anak.”
Terlepas dari kebutuhannya untuk menyesuaikan diri dengan cuaca, Eersel merasa diterima di area multikultural kota tersebut. Ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya untuk tetap aktif di luar bersama teman-temannya, dan menikmati waktunya sebagai bagian dari komunitas yang beragam.
“Kami tinggal di area dimana terdapat berbagai bangsa. Berada di sana sangatlah normal, dikelilingi oleh semua orang-orang yang berbeda,” sebutnya. “Kami terbiasa bermain di luar, hanya terlibat dalam permainan bersama teman-teman anda. Kami akan bermain sepak bola, petak umpet, serta aktivitas lainnya seperti itu.”
Jalur Menuju Kickboxing
Those crushing Regian Eersel knees 🔥
Those crushing Regian Eersel knees 🔥Download the ONE Super App now 👉 http://bit.ly/ONESuperApp
Posted by ONE Championship on Saturday, August 4, 2018
Dengan sebuah kecintaan akan olahraga sejak ia kecil, Eersel terlibat dengan disiplin taekwondo saat berusia 7 tahun. Namun setelah beberapa kompetisi dan kenaikan tingkat, minatnya berpindah ke hal yang lain.
Kemampuan fisik yang dibutuhkan oleh olahraga rugby menarik perhatiannya, dan ia bahkan mencapai tingkat nasional di Belanda. Tetapi, aspirasinya ini sempat teralihkan sesaat.
“Sekolah saya terbengkalai dan orang tua saya membuat saya terfokus pada hal itu,” sebutnya.
Pada akhirnya, momen tersebut membawanya kembali pada seni bela diri.
Disiplin striking saat itu sudah sangat terkenal di Belanda, dan ia pun melihat atlet-atlet seperti Giorgio Petrosyan, Badr Hari dan Alistair Overeem di televisi. Hal itu memotivasinya untuk mencoba kickboxing dan Muay Thai.
Pencarian di internet memberinya pilihan sebuah sasana yang cukup dekat — Sityodtong Amsterdam — dimana ia dapat melanjutkan misinya, dengan keyakinan bahwa latar belakangnya dalam taekwondo akan dapat berguna.
“Nilai-nilai saya di sekolah kembali naik dan ibu saya mengatakan saya dapat kembali ke olahraga — rugby atau yang lainnya. Saya ingin mencoba kickboxing,” jelasnya.“Saya menemukan sasana kickboxing di lingkungan saya, dan saya masuk [ke sasana] saat saya berusia 15 tahun.”
Eersel ingin segera berkompetisi, namun ia membutuhkan sedikit waktu untuk membangun hubungan dengan pelatihnya dan membuktikan komitmennya. Ini bukanlah suatu permasalahan, karena ia mengetahui bahwa dirinya telah menemukan panggilannya.
Kickboxing adalah sebuah penyaluran bagi “The Immortal” untuk seluruh agresi dan energi di masa remajanya, maka ia tidak melewatkan satu sesi pun. Pada usianya yang ke-16, ia masuk ke dalam ring untuk pertama kalinya dan memulai kariernya di sana.
“Ibu saya sangat senang karena saya kembali berolahraga, namun ia takut saat saya mengatakan saya ingin bertanding,” ungkap Eersel yang meyakinkan ibunya ia diasuh oleh orang-orang yang tepat.
“Mereka [Paul dan Vincent Pengel] telah banyak menginspirasi saya. Saya telah berada di sana selama 11 tahun. Mereka bukan hanya menjadi pelatih saya, tetapi juga teman dan keluarga saya.”
Berada Di Arah Yang Tepat
Kickboxing superstar Regian Eersel connects with a crushing combination to turn the lights out on Anthony Njokuani at 1:03 of Round 2!Watch the full event on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast
Posted by ONE Championship on Friday, February 22, 2019
Daerah dimana Eersel bertumbuh besar adalah lingkungan yang keras di Amsterdam, yang mendapatinya berada di sekeliling obat-obatan terlarang dan berbagai tindak kriminal.
Sangat mudah bagi dirinya untuk tergiur dalam gaya hidup seperti itu, tetapi “The Immortal” tetap terfokus pada latihan dan kariernya yang sedang menanjak.
“Saat saya masih kecil, itu adalah lingkungan yang keras, namun sekarang itu sudah berkembang. Terdapat banyak pecandu narkotika, banyak perampokan dan tindak kriminal lainnya,” katanya.
“Amsterdam itu cukup gila. Hampir tiap jenis obat-obatan sangat mudah didapatkan atau dijual, dan tiap orang memiliki teman yang menggunakannya, atau memiliki koneksi. Sangat mudah untuk berjalan ke jalur yang salah, tetapi Muay Thai memberi saya fokus.”
Adalah kekuatan dari karakter Eersel yang tetap menjaganya pada jalur yang benar, terlepas dari langkah yang mudah untuk memasuki sisi gelap dari kota yang sangat terkenal ini.
Kekuatan itulah yang juga mendorong dirinya meraih kesuksesan menuju Kejuaraan Dunia.
Membangun Warisan Luar Biasa
Eersel berjuang keras di sirkuit amatir Belanda, namun sejak awal dari karier profesionalnya, ia selalu mencari ujian yang cukup berat di seluruh dunia.
Sejak laga profesionalnya yang pertama, striker ini belum pernah berlaga di Belanda.
“Laga profesional pertama saya terjadi di Azerbaijan, dan semuanya bergulir dari sana,” jelasnya.
“Sejak saat itu, saya hanya berlaga di luar negeri — Amerika, Tiongkok, Rusia, bahkan di Suriname. Saat saya mulai berlaga di negara-negara lain dan menghasilkan uang, ibu saya menyadari bahwa ini akan menjadi lebih besar dari yang ia kira.”
Eersel meraih berbagai gelar Juara Dunia, termasuk Kejuaraan Dunia Lion Fight Muay Thai dimana ia mencetak KO atas “Smokin’” Jo Nattawut untuk meraih sabuk di Amerika Serikat.
Petualangannya di seluruh dunia ini membangun pria ini menjadi atlet kelas dunia dan memastikan dirinya berada di kondisi terbaik saat memasuki “The Home Of Martial Arts” pada tahun 2018.
Kini, dengan dua kemenangan dalam rangkaian ONE Super Series dan kesempatan menjadi Juara Dunia ONE tanggal 17 Mei, “The Immortal” akan siap mengalahkan Holzken.
“Saat saya memulai latihan bela diri, saya tidak pernah menyangka saya akan melangkah sejauh ini. Memenangkan sabuk itu adalah segalanya bagi saya,” kata Eersel.
“Saya bukan pria yang meramalkan apapun. Saya hanya mengatakan bahwa saya akan menang – tak peduli bagaimana, KO atau poin. Penggemar akan melihat laga sangat keras yang seimbang.”