‘Itu Ada Dalam Darah Kami’ – Cara Semangat Juang Bantu Atlet Fenomenal Filipina-Amerika Sean Climaco Raih Kontrak ONE Championship
Sean Climaco adalah striker terbaru yang berbasis di Amerika Serikat dengan impian mencetak nama besar bagi dirinya di ONE Championship.
Petarung berusia 29 tahun ini akan mencetak debutnya dalam aksi flyweight Muay Thai Josue “Tuzo” Cruz di ONE Fight Night 22: Sundell vs. Diachkova, dimana ia mengetahui ini menjadi kesempatan besar bagi dirinya untuk membawa karier itu ke tingkatan yang baru.
Ada titik dimana Climaco mengira ia harus mengabaikan impiannya menjadi atlet profesional, namun ia kini dijadwalkan berkompetisi di atas panggung terbesar itu – langsung di jam tayang utama A.S. pada Jumat, 3 Mei, atau Sabtu pagi, 4 Mei waktu Asia.
Pelajari bagaimana bintang yang sedang naik daun ini mengatasi keraguan, memenangi kontrak bersama organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini, serta meraih kesempatan berkompetisi di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand.
Bertumbuh Besar Idolakan Bruce Lee
Climaco terlahir dan dibesarkan di Fremont, California. Kedua orang tuanya pindah dari Filipina ke Amerika Serikat, dimana mereka menemukan pekerjaan dan memulai keluarga kecil ini.
Masa kecilnya memang cukup normal, dengan film bela diri ikonik yang menjadi bagian penting dalam ketertarikan awalnya.
Climaco mengenang:
“Sebenarnya, orang tua saya dari Filipina. Maka, saya adalah Filipina-Amerika. Saya punya adik bernama Mark.”
“Saat saya kecil, saya sangat suka menonton banyak film bela diri, hal-hal terkait pertarungan, seperti Bruce Lee dan Rocky.”
“Saya dan adik saya juga cukup agresif satu sama lain saat bertumbuh dewasa, dimana kami berkelahi sampai kami terlibat permasalahan.”
Temukan Saluran Yang Tepat
Inklinasi Climaco dan adiknya itu untuk bertarung menjadi tema yang wajar dalam kehidupan mereka, tetapi beruntung, ayah mereka mengetahui cara yang tepat untuk menyalurkan agresi tersebut.
Sebagai penggemar seni bela diri yang tidak memiliki kesempatan yang sama di Filipina, ia awalnya mendaftarkan kedua anak ini ke dalam kelas MMA di American Kickboxing Academy untuk menyalurkan energi mereka secara produktif.
Melihat kembali dorongan ayahnya itu ke sasana, Climaco berkata:
“Ayah saya sebenarnya adalah sosok yang benar-benar membuat saya dan adik saya menekuni itu. Ia berlatih karate dan tinju saat ia bertumbuh dewasa, tetapi itu sesuatu yang tak pernah dapat dilakukannya, seperti saya dan adik saya lakukan sekarang.”
“Kami berdua mulai berlatih bersama. Saya berusia 14 tahun dan ia 11 tahun. Ia menjadi petarung MMA profesional, dan saya petarung Muay Thai pro.”
Bersama dengan para aktor yang ditontonnya di film-film, Climaco juga melihat kesuksesan luar biasa dari legenda Filipina Manny Pacquiao dalam tinju dan menjadikan itu motivasinya.
Faktanya, itu membakar semangat juang Climaco – bagian dari warisan yang diyakininya terjalin dalam DNA-nya:
“Saya mengidolakan Bruce Lee dan Rocky, dan lalu, karena saya orang Filipina, Manny Pacquiao saat saya bertumbuh besar menyaksikannya bertarung. Tapi bukan hanya pengaruh itu yang membuat kami memasuki dunia pertarungan. Saya kira itu ada dalam darah kami juga.”
“Bagian dari Filipina dimana keluarga kami berasal adalah Cebu [City], dan mereka yang berasal dari kota Filipina itu dikenal sebagai petarung dan pejuang.”
“Jika Anda berasal dari bagian Filipina itu, Anda dianggap punya hati dan semangat juang yang kuat.”
Temukan Tujuan Dalam Hidup
Dengan kegemaran dalam striking, Climaco tetap bertahan dengan latihan kickboxing dan Muay Thai selama ia berada di sekolah menengah atas, tapi walau ia mencintainya, itu hanyalah menjadi hobi dalam kurun waktu yang cukup lama.
Namun, saat ia lulus dan tak memiliki tujuan lain dalam pikirannya, ia memutuskan untuk terjun ke dalam dunia ini di bawah bimbingan sang pelatih, Rudi Ott.
Climaco menjelaskan:
“Saya tak terlalu memiliki arah setelah sekolah menengah atas. Saya tak tahu akan melakukan apa dalam hal berkarier. Beruntung, latihan saya masih berjalan. Saya seperti, ‘Baik, saya telah cukup lama melakukan ini. Mengapa tak berjalan sejauh mungkin dengan itu?’”
“Itulah saat saya mulai berkompetisi lebih serius, mendapatkan lebih banyak laga, menjadi lebih aktif, dan sejak itu, dibutuhkan kira-kira lima tahun untuk akhirnya memutuskan waktunya beralih ke pro.”
“Saya berhenti dari sekolah tinggi, menjadi petarung pro. Lalu, saya berhenti dari pekerjaan tetap saya dan mendedikasikan diri sepenuhnya untuk bertarung dan mengajar di sasana, akhirnya menjalani gaya hidup seorang petarung.”
Tentu saja, jalur karier ini memang selalu membawa risiko besar, dengan kesempatan tipis untuk berhasil dan kehidupan petarung yang penuh dengan bahaya.
Hal terburuk itu hampir menjadi kenyataan saat cedera lutut serius menghentikan sementara perjalanan Climaco – tapi saat itulah ketika ONE masuk di saat yang tepat:
“Salah satu halangan terbesar yang saya atasi adalah kembail setelah merobek ACL saya. Saat itu terjadi, saya tidak benar-benar tahu ke mana karier saya akan mengarah. Saya kira saya akan harus berhenti bertarung. Dan siapa yang tahu apakah lutut saya akan dapat menjadi sama seperti dulu?”
“Beruntung, saya mendapat kesempatan berkompetisi di Road to ONE. Itu kebetulan dimulai pada saat yang sama ketika saya kembali siap bertarung setelah merehabilitasi lutut saya.”
“Saya memenangi turnamen Road to ONE untuk A.S. dan kini saya berada di ONE, sesuatu yang bahkan tidak pernah saya lihat setelah saya merobek lutut saya. Saya kira saya sudah selesai.”
Raih Panggung Dunia
Penempatan waktu itu memang sempurna bagi Climaco, karena itu membernya jalur yang sangat dibutuhkannya dalam disiplin ini.
Warga Fremont itu sudah menjadi penggemar ONE, namun saat skena Muay Thai di A.S. tidak menawarkan banyak jalur menuju liga-liga besar, ia mengira semua itu berada di luar jangkauannya.
Memenangi turnamen Road to ONE ini, dengan tiga kemenangan KO, memang mengubah kehidupannya, dan saat ini, petarung Filipina-Amerika itu dapat melihat masa depan yang cerah dalam “seni delapan tungkai”:
“Saya pertama kali mendengar tentang ONE pada 2019. Saat itu, saya baru memasuki tahun pertama karier profesional saya, dan saya kira, ‘Wah, cukup keren bahwa mereka menggelar Muay Thai dengan sarung tangan MMA.”
“Saya tak benar-benar yakin bagaimana saya dapat masuk ke sana, karena itu nampak seperti banyak petarung itu, terutama para petarung pria, adalah atlet internasional. Hampir tak ada petarung Amerika, maka saya tak terlalu melihat diri saya bertarung di ONE sampai Road to ONE, sejujurnya.”
“Saya hanya sangat beruntung mereka menggelar turnamen Road to ONE di sini, di A.S., dan saya bersyukur pada Warriors Cup untuk memasukkan saya ke dalam turnamen itu, karena saya tak mengira saya akhirnya dapat bertarung di tingkatan tertinggi.”
Dengan debut yang akan segera tiba ini, Climaco bersemangat untuk bertarung di antara para superstar striking terelite di dunia.
Banyaknya mata yang akan menyaksikan kartu pertandingan pada 4 Mei nanti akan jauh lebih besar dari segala sesuatu yang pernah dialaminya sebelum itu, dan “The One” sangat ingin memberi penampilan impresif demi membuktikan dirinya layak.
Ia menambahkan:
“Saya sangat bersemangat menguji diri saya melawan yang terbaik di dunia.”
“Tentu, saya berlatih lebih keras dari sebelumnya, tapi itulah yang Anda harus lakukan saat Anda dipanggil untuk bertarung dalam salah satu organisasi terbesar di dunia.”
“Saya hanya mencoba membasahi kaki saya dan menunjukkan pada dunia siapa Sean ‘The One’ Climaco itu.”