Jadi Cornerman, Adrian Mattheis Mengenang Peran Krusial Sosok Di Sudut Arena

Adrian Mattheis DC 1113

Selama tahun 2020, Adrian “Papua Badboy” Mattheis banyak meluangkan waktu sebagai cornerman – yang membuatnya memetik berbagai pelajaran baru dari sudut arena.

Tahun 2020 terasa berbeda bagi sang Juara Turnamen ONE Strawweight Indonesia. Di tengah tertundanya panggilan untuk berlaga akibat berbagai keterbatasan selama masa pandemi global, atlet Tigershark Fighting Academy itu melakoni peran lain sebagai cornerman bagi rekan-rekannya.

Menjadi cornerman memang bukan hal baru bagi atlet kelahiran Ternate, Maluku Utara itu. Namun, pengalaman tersebut tetap memberinya sebuah sensasi baru.

“Wah, di dunia olahraga kombat, saya sudah sering jadi cornerman. Pertama kali, saya jadi cornerman teman sendiri, Andryawan, waktu ajang amatir. Itu tahun 2017, waktu saya masih taruna,” kenang Adrian.

Baru-baru ini, Adrian kembali menjadi cornerman bagi dua rekannya yang berlaga di liga lokal OPMMA. Melihat rekannya berlaga dari sisi corner membuat Adrian bisa mengamati gameplan dan juga membayangkan strategi untuk menjatuhkan lawan.

“Setidaknya kita belajar juga. Melihat kembali pencapaian teman-teman saat kita latihan. Biasanya dulu kayak gini. Buat mereka, tanding supaya tidak lupa dengan apa rencana kita. Kekuatan kita untuk lawan musuh kita,” ujarnya dengan logat Timur yang khas.

Selain mengamati pergerakan atlet di atas arena, kehadiran dan pesona khas Adrian sebagai cornerman juga menghadirkan energi positif.

“Jadi kita kasih energi positif buat teman-teman, toh. Kalau Adrian, peran cornerman itu penting buat atlet kayak kita, kan,” jelasnya.

“Kita tuh hanya bisa bermain, tapi cornerman yang bisa lihat kita punya posisi keseluruhan. Jadi mereka mengerti posisi gitu loh.”



Mundur ke belakang, Adrian mengenang momen saat melawan Eddey “The Clown” Kalai dalam ajang ONE: GLOBAL SUPERHEROES pada 2018 silam. Saat itu, Adrian mengaku berlaga tanpa didampingi cornerman.

Di tengah situasi sulit, sosok superstar Filipina Rene “The Challenger” Catalan yang juga pernah menjadi salah satu lawannya, malah berperan menjadi cornerman dadakan. Alhasil, laga itu dimenangkan Adrian lewat kuncian rear-naked choke pada ronde pertama.

“Saya waktu lawan Eddey Kalai enggak punya cornerman, dia [Rene Catalan] yang jadi cornerman saya,” kenang Adrian.

Sebagai atlet, Adrian menyadari betul peran cornerman dalam jalannya sebuah pertandingan. Pengalaman menjadi cornerman membuat Adrian semakin memahami pentingnya posisi tersebut.

“Bukan penting lagi, tapi penting sekali, kakak,” jawab Adrian.

“Jadi teman-teman biasanya suruh Adrian jadi cornerman, karena mereka selalu tertarik dengan Adrian. Maksudnya Adrian kalau fight itu jangan takut-takut, harus nikmati itu permainan. Nikmati, masuk ke ring itu harus joget-joget.”

Seorang atlet memang dituntut untuk siap dan fokus dalam setiap pertandingannya. Yang tak kalah penting, juga harus rileks. Prinsip tersebut diterapkan benar oleh Adrian dalam setiap penampilannya di atas Circle.

“Kita bertarung hanya di atas ring, di bawah kita jadi saudara. Menang kalah tergantung doa siapa yang Tuhan jawab, itu saja. Saya latihan, lawan saya juga latihan. Kita beri tontonan yang baik buat masyarakat, gitu saja,” pungkasnya.

Baca juga: Adrian Mattheis Sebut ‘Little Giant’ Jadi Ancaman Baru Di Divisi Strawweight

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9