Janji Adrian Mattheis Pada Sosok Yang Telah Berjasa Dalam Hidupnya

Adrian Mattheis YK4_6920

Bagi Adrian “Papua Badboy” Mattheis, meraih prestasi tertinggi bukanlah sekadar cara untuk mencapai kepuasan pribadi. Ada nama keluarga yang ingin ia banggakan.

Petarung kelahiran Ternate, Maluku Utara, 26 tahun silam ini menjadi sosok fenomenal dalam kancah seni bela diri campuran. Dengan rekor 10 kemenangan dari 16 laga yang telah ia lalui, Adrian merupakan salah satu atlet dengan rekor kemenangan terbanyak di divisi strawweight ONE Championship.

Ia juga merupakan salah satu atlet terbaik yang terlahir dari rahim ibu pertiwi. Dengan catatan 8 kemenangan lewat penyelesaian di pentas global, “Papua Badboy” berhak menyandang status sebagai salah satu petarung paling berbahaya di divisinya saat ini.

Sifat pejuang memang sudah lama tertanam dalam jiwa Adrian, yang harus dibesarkan saat konflik tengah meruncing di tempat kelahirannya.

Saat masih kecil, kakeknya meninggal dengan luka benda tajam di punggungnya. Ia juga harus menyaksikan sebuah rumah terbakar di depan matanya.

Adrian bahkan harus mengungsi ke Sorong, Papua Barat, saat berusia 6 tahun untuk mencari kehidupan baru bersama keluarganya. Saat itu, sang ayah telah terlebih dahulu merantau sebagai pembuka jalan bagi keluarga serta menopang ekonomi di tengah ketidakpastian.

Konflik kini telah mereda, namun ingatan akan peristiwa tersebut masih terngiang dan turut membentuk mental dirinya. Di tengah turbulensi, ada satu sosok yang menjadi pelindung Adrian kecil – Pengalaman Tempo Misa, yang merupakan kakak kandung dari ibunya.

Sosok tersebut menjalankan peran bapak saat Adrian dan ayahnya terpisahkan oleh jarak dan waktu.



Dua dekade berselang, tepat beberapa hari setelah pergantian tahun, pertemuan dengan sosok yang ia panggil papa akang di tanah kelahirannya itu menjadi momen emosional bagi petarung yang kini tinggal di Jakarta tersebut.

“Kepulangan Adrian ke Ternate membawa cerita duka, karena papa akang meninggal. Adrian memang senang kalau pulang kampung, namun kali ini suasana sedih. Namun keluarga lain bilang kalau mau sedih, bersedihlah secukupnya,” tutur atlet berusia 26 tahun ini.

“Saat melihatnya terkulai lemas, Adrian merasa tidak bisa apa-apa. Mungkin seharusnya Adrian berbuat lebih, tapi ada hal di luar kuasa Adrian.”

Atlet yang kini bernaung di Tigershark Fighting Academy ini memang dekat dengan almarhum, yang menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 6 Januari silam. Almarhum adalah sosok pelipur lara saat rasa takut melingkupi Adrian kecil.

“Beliau dipanggil papa akang karena merupakan anak tertua di keluarga ibu saya, dan jadi sosok yang dituakan. Jadi dulu kalau ingat waktu kecil, biasanya kalau mama tidak kasih uang jajan, papa akang ini yang kasih Adrian jajan,” tuturnya.

Lebih dari pelindung, sosok tersebut juga menjadi orang yang bisa Adrian andalkan saat ia mengalami kesulitan. Bahkan hingga ia kini menjadi dewasa, Adrian tak pernah melupakan jasanya dan selalu meminta restu sebelum melangkah menuju Circle untuk berlaga, termasuk saat Adrian sempat dijadwalkan untuk bertanding dalam ajang ONE: KING OF THE JUNGLE.

“Saat sakit, Adrian pernah minta izin karena akan tanding tanggal 28 Februari. Pesannya hanya satu, agar jaga kesehatan. Sekarang keluarga kita terpisah di mana-mana. Dia pesan agar tetap mengutamakan keluarga. Uang bisa dicari, tapi keluarga tidak. Tidak lama setelah itu beliau meninggal,” tutur Adrian.

Adrian kini tak bisa lagi bertemu sosok pelindungnya di masa kecil, namun ia percaya almarhum tetap menjaganya dari atas sana.

Ia menyadari bahwa orang terdekat adalah yang utama, dan setelah tumbuh dewasa, tiba gilirannya untuk menjaga keluarga serta ayah dan ibunya yang terus menua.

Menjadi pelindung keluarga adalah janji yang ingin ia jaga. Dan kini, setelah mendapati dirinya berada dalam persaingan antar atlet elit dari berbagai penjuru dunia, Adrian memiliki sebuah janji lain yang ia jaga sepenuh hati.

“Adrian pernah cerita pada almarhum untuk membanggakan [keluarga] lewat prestasi di pentas dunia. Ada janji yang ingin Adrian tepati,” pungkasnya.

Baca Juga: Akar Dari Kesuksesan Bersejarah Martin Nguyen

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9