Kairat Akhmetov Tak Akan Menyerah Demi Gapai Mimpi Besar

Kairat Akhmetov VID_1657

Mantan Juara Dunia ONE Flyweight Kairat “The Kazakh” Akhmetov siap menjalani misi barunya untuk sekali lagi meraih sabuk emas ONE.

Hari Jumat, 25 Desember, dinamo asal Kazakhstan ini akan berhadapan dengan bintang Korea Selatan “Ottogi” Dae Hwan Kim dalam laga pendukung utama ajang ONE: COLLISION COURSE II, yang sebelumnya direkam di Singapore Indoor Stadium.

Akhmetov, yang kini menempati peringkat ketiga dalam divisi flyweight, ingin meraih kemenangan ketiga beruntunnya di atas panggung dunia dan memastikan sebuah laga perebutan gelar Juara Dunia pada tahun 2021 nanti. Walau ia sempat kehilangan arah di masa lalu, ia selalu kembali menjadi sosok yang lebih kuat.

Akar Yang Kuat

Kairat Akhmetov Macau Fight 3 37 2.jpg

Walau Akhmetov kini memiliki catatan rekor profesional luar biasa, 26-2, ia mengalami sedikit kesulitan untuk menyadari potensinya saat masih muda. 

“The Kazakh” memang sangat sangat natural, namun ia harus mengembangkan bakat alaminya itu. Hal itu berarti ia harus mengalami beberapa kemunduran dan mengandalkan dukungan keluarganya. Di saat itulah, ia baru dapat berkembang pesat.

Dibesarkan di Taldykorgan, sebuah pusat administrasi di kawasan Almaty, Kazakhstan, Akhmetov menikmati masa kecil yang menyenangkan, walau orang tuanya masih menanamkan nilai-nilai moral yang kuat bagi anak-anak mereka. Mereka juga memiliki ekspektasi yang sangat tinggi.

“Saya mempelajari bahwa keluarga saya akan selalu menjadi yang pertama,” katanya. “Orang tua saya mengajarkan segala sesuatu dan membesarkan saya dengan baik. Ayah saya sangat keras, namun ibu saya lebih halus. Mereka melakukan banyak hal bagi masa depan saya.”

Akhmetov juga memiliki kakak lelaki yang lebih tua, yang menjadi salah satu inspirasi awal bagi dirinya.

“Saya memiliki satu kakak lelaki, dan ia selalu menjadi panutan saya,” kata atlet berusia 33 tahun ini. “Ia ingin saya meraih kesuksesan dalam hidup dan selalu mendukung saya. Ia mempengaruhi saya dengan keyakinan dan determinasinya.”

Kairat Akhmetov Macau Fight 3 34 2.jpg

Selama masa remajanya, Akhmetov terlibat dalam beberapa olahraga bersama teman-temannya, termasuk sepak bola dan rugby. Ia juga menyaksikan ajang bela diri di televisi dan bermimpi untuk dapat menjadi atlet elit di dalam arena tersebut.

Namun, kehidupannya baru berubah pada saat ia menginjak usia 12 tahun, saat kakaknya itu membawanya mengikuti sebuah kelas gulat. Akhmetov muda jatuh cinta pada disiplin grappling ini, dan setelah mempelajari beberapa dasar-dasarnya, ia diterjunkan lebih dalam lagi.

“Saya menjalani kompetisi pertama saya saat berusia 12 tahun,” kenangnya. “Saya cukup bagus. Setelah itu, saya jatuh cinta pada Gulat Grego-Romawi. Keluarga saya sangat senang dengan itu.”

Ini membuat ayahnya sangat bangga, karena sang kepala keluarga itu adalah mantan Juara Amatir Gulat Grego-Romawi. Kini, anaknya juga mengikuti jejaknya itu.

Mengatasi Berbagai Halangan

Kairat Akhmetov 063_SB_ONE_050817_Macao_DSC_5147.jpg

Akhmetov akan segera mengetahui bahwa menjadi juara, baik dalam tingkatan amatir maupun profesional, bukanlah sesuatu yang mudah. Ia bahkan sempat mengalami kemerosotan.

Kompetisi gulat di Kazakhstan memang terkenal sangat keras. Saat itu, ada periode dimana ia akan kalah dan merasa dirinya tak akan mungkin meraih tingkatan yang lebih tinggi lagi.

Hal itu jelas membuatnya frustrasi, dan seperti banyak orang lainnya, sempat terbersit pemikiran untuk berhenti bahkan sebelum ia memulai kariernya.

“Saya mengalami berbagai kekalahan dan berpikir untuk berhenti,” akunya.

“Namun, karena kegigihan saya selama bertahun-tahun, saya selalu tetap mengejar tujuan saya. Tentu, semua atlet dalam olahraga amatir, saat mereka gagal, mulai berpikir untuk mengakhiri karier mereka. Yang dapat mengatasi kesulitan ini akan mampu melihat hal positif tentang kekalahan.”

Akhmetov berdeterminasi untuk menjadi jauh lebih baik lagi. Ia ingin menjadi hebat, dimana keluarga dan pelatihnya membantu untuk mencocokkan berbagai elemen demi membantunya mencapai hal tersebut. Atlet muda Kazakhstan ini mulai menghadiri kamp gulat di kota dan negara berbeda, dimana itulah saat cahaya terang itu mulai terlihat.

Kairat Akhmetov IMG_8303.jpg

Pada tahun 2002, ia menjadi Juara Pemuda Gulat Grego-Romawi Kazakhstan, dimana ia melanjutkannya dengan memenangkan Kejuaraan Pemuda Gulat Grego-Romawi Asia. Ia membawa segala sesuatunya ke tingkatan berikut pada tahun 2008 saat ia dilatih oleh idolanya Aset Imanbaev, seorang peraih medali Olimpiade dari Kazakhstan dan pegulat berprestasi.

Hal itu membawanya ke sebuah momen luar biasa dalam kehidupan dan karier Akhmetov, saat ia merebut gelar nasional pada tahun 2009.

“Saya paling bangga saat memenangkan Kejuaraan [Gulat Grego-Romawi] Kazakhstan,” katanya. “Setelah itu, saya selalu yakin pada diri sendiri. Pencapaian itu memberi saya keyakinan besar.”

Akhmetov mencetak prestasi yang sama dua kali lagi, pada tahun 2010 dan 2011.



Misi Yang Terpenuhi

Kairat Akhmetov IMG_5436

Tetapi, pada tahun 2010, ia kembali ke mimpi masa kecilnya dan mulai mencoba berlatih di dalam arena seni bela diri campuran. Ia bahkan mencetak debut profesionalnya pada bulan Mei di tahun yang sama dan meraih kemenangan dalam waktu 48 detik melalui kuncian rear-naked choke. Ia melanjutkannya dengan sebuah kemenangan cepat lain, beberapa bulan kemudian.

Kedua kemenangan itu memberinya alasan lebih untuk meninggalkan satu-satunya olahraga yang dikenalnya dengan baik – wrestling – demi mimpinya saat kecil.

Akhmetov juga mengambil beberapa keputusan bijak. Ia menyebut sasana Alash Pride sebagai rumahnya saat itu, namun ia juga memiliki sesi latihan rutin bersama pelatih terkenal Greg Jackson di Jackson Wink MMA Academy, Albuquerque, New Mexico.

Berkat dedikasi dan kekuatan mentalnya yang dibangun melalui Gulat Grego-Romawi, ia mencetak penampilan sempurna. Saat ia tiba di ONE Championship, Akhmetov telah memiliki catatan rekor profesional 22-0, setelah mendominasi kawasan Eropa Timur.

“The Kazakh” mendapatkan laga Kejuaraan Dunia ONE Flyweight dalam debut promosionalnya pada November 2015. Ia menjalani lima ronde penuh aksi melawan pemegang gelar saat itu, Adriano “Mikinho” Moraes, dan akhirnya ia mampu merebut sabuk emas itu dari genggaman rivalnya asal Brasil melalui keputusan terbelah (split decision).

Ini menjadi puncak dari mimpi masa kecilnya. Melalui kemenangan itu, Akhmetov membawa rekornya menjadi 23-0, rekor terbaik yang pernah dicapai oleh atlet flyweight manapun pada saat itu. 

“Sejak kecil, saya berlatih seni bela diri dan bermimpi untuk berkompetisi secara profesional, dimana saya senang menjadi Juara Dunia ONE Flyweight,” ungkapnya. “Di Kazakhstan, saya memiliki banyak orang yang mendukung saya dan mengikuti ONE.”

Menjalani Berbagai Ujian

Kairat Akhmetov IMG_3011.jpg

Akhmetov memang selalu dekat dengan keluarganya sejak remaja, namun kini, setelah ia menjadi ayah dari tiga anak, ia memiliki dorongan lebih untuk tampil dalam kemampuan terbaiknya.

“Keluarga adalah motivasi utama saya,” tegasnya. “Mereka membantu secara psikologis dan mental, saya menerima kekuatan dari mereka, serta bekerja lebih keras saat mereka bersama saya.”

Kedekatan keluarga ini jugalah yang memberinya kekuatan untuk mengatasi kemunduran terbesar dalam karier kompetisinya itu, yaitu sebuah cedera punggung yang kambuh kembali hampir empat tahun yang lalu di New Mexico.

Suatu saat, rasa sakit itu tak tertahankan sampai ia mempertimbangkan untuk pensiun. Namun dukungan dari keluarganya mampu menghapuskan keraguan itu, dan membawanya kembali ke dalam kehidupan yang ia cintai.

Menyadari dampak yang diberikan keluarganya ini, “The Kazakh” membawa seluruh anggota keluarganya ke Tiger Muay Thai & MMA in Phuket, Thailand, saat ia berlatih demi laga penyatuan gelar melawan Moraes, yang sebelumnya memenangkan gelar interim dari organisasi ini satu tahun sebelumnya.

“Selama lima tahun, saya pergi ke kamp pelatihan di berbagai negara, dan keluarga saya tinggal di rumah. Saya tidak menghabiskan waktu yang cukup bersama anak-anak saya, dan saya sangat merindukan mereka,” katanya. “Kali ini, saya memutuskan pergi ke Thailand dengan keluarga saya, supaya dapat berlatih keras dengan motivasi saya yang ada di dekat saya.”

Akhmetov mencetak penampilan kembali yang luar biasa di dalam Circle pada Agustus 2017 dan bertemu dengan Moraes dalam sebuah laga penyatuan gelar yang ditunggu-tunggu dalam ajang ONE: KINGS & CONQUERORS. Namun, ia terlihat tak mampu bertahan melawan sang juara asal Brasil itu.

Moraes meraih kemenangan melalui keputusan mutlak, merebut gelar Juara Dunia ONE Flyweight tak terbantahkan, serta memberi kekalahan pertama bagi “The Kazakh” dalam 24 laga.

Kebangkitan Dan Kelahiran Kembali

Kairat Akhmetov ADUX8502.jpg

Walau sulit mengatasi kemunduran sebesar itu, Akhmetov menggunakan kekalahan ini sebagai kesempatan untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Seperti yang selalu ditunjukkannya sepanjang hidup, kemunduran hanya membuatnya jauh lebih kuat.

“The Kazakh” kembali satu bulan setelah kekalahannya itu dan menghadapi Geje “Gravity” Eustaquio dalam laga utama ajang ONE: TOTAL VICTORY.

Akhmetov memiliki keunggulan pada dua stanza pembuka, lalu mencoba meraih penyelesaian pada ronde ketiga.

“Saya menjatuhkannya dan siap mengakhiri laga, namun Geje sangat kuat dan tenang,” kenangnya. “Saya mencoba mengakhiri laga sekali lagi melalui kuncian guillotine choke, namun saya gagal dan ia mengakhiri ronde itu di posisi atas.”

Walau Akhmetov meraih kemenangan mutlak malam itu, Eustaquio – sama seperti Moraes – menyeimbangkan kedudukan saat mereka kembali berhadapan demi gelar Juara Dunia Interim ONE Flyweight empat bulan kemudian.

Kekalahan tersebut membakar semangat “The Kazakh,” dan itu nampak jelas.

Atlet Kazakhstan ini mendominasi “The Southern Eagle” Ma Hao Bin dalam penampilan kembalinya pada September 2018, lalu mematahkan rekor tak terkalahkan milik penantang peringkat kelima Reece “Lightning” McLaren dalam divisi flyweight pada ronde pembuka Turnamen ONE Flyweight World Grand Prix, Maret 2019.

Kairat Akhmetov DC 4833.jpg

Jumat ini, Akhmetov ingin meraih kemenangan beruntun ketiga saat ia menghadapi Kim, mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Bantamweight yang kini beralih ke divisi yang lebih ringan.

Bagi “The Kazakh,” inilah langkah berikut untuk memasuki Kejuaraan Dunia ONE Flyweight. Namun ia tak akan melakukan itu demi memuaskan mimpi masa kecilnya, karena ia kini memiliki tujuan lain dalam hidupnya.

Tujuan itu adalah untuk memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya, serta memberi mereka nilai-nilai yang kuat seperti yang diterimanya saat ia bertumbuh dewasa.

“Saya ingin anak-anak saya sama sekali tak kesulitan,” tegasnya. “Pertama, saya ingin mereka menjadi relijius. Dan seperti ayah saya, saya ingin memberi pendidikan yang baik bagi mereka, serta agar mereka memberi penghormatan bagi yang lebih tua. Saya ingin mereka menjadi jujur dan takut akan Tuhan. Saya ingin mereka melanjutkan perjalanan saya dan meraih tingkatan tertinggi.”

Baca juga: 5 Alasan Untuk Tidak Melewatkan ONE: COLLISION COURSE II

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9