‘Kami Dipukuli Setiap Waktu’ – Tayfun Ozcan Gunakan Masa Kecil Yang Sulit Sebagai Motivasi
Tayfun Ozcan menolak untuk membiarkan trauma masa kecil mendefinisikan siapa dirinya.
Sebaliknya, kickboxer peringkat #5 featherweight ONE ini menggunakan masa kecilnya yang sulit itu sebagai inspirasi luar biasa – tak hanya untuk menjadi Juara Dunia, tapi juga sebagai figur ayah yang tidak pernah ia miliki.
Jelang laga berikutnya melawan penantang #2 Marat Grigorian di ONE Fight Night 2 pada 1 Oktober, Ozcan mengungkap perjuangannya untuk bertumbuh dewasa di bawah asuhan ayah yang kasar.
Striker Turki ini berkata:
“Situasi saya sangat berbeda karena ada beberapa anak di dalam rumah saya, dan ayah saya adalah seorang alkoholik. Kami tidak punya uang. Saya tak punya foto saat bayi, tak ada. Foto pertama dari saya adalah saat saya berusia 4 tahun.”
“Satu-satunya hal yang kami miliki di rumah adalah berkelahi dan narkoba. Hanya ada hal negatif di rumah, dan kami dipukuli setiap waktu.”
Saat ayah Ozcan tidak memperlakukan anak-anaknya dengan cara yang salah, ia sepenuhnya tidak berada di sana. Hal ini membuat “Turbine” dan saudara-saudaranya harus berjuang demi diri mereka sendiri untuk melewati ujian dan kerasnya kehidupan di garis kemiskinan.
Kini, setelah ia tumbuh dewasa, pria berusia 31 tahun ini dapat menyadari seberapa buruknya kehidupan masa kecilnya itu.
Ozcan berkata:
“Saat anda masih anak-anak, anda membutuhkan seorang ayah untuk berbicara pada anda. Anda membutuhkan seorang ayah yang mau berlatih dengan anda. Anda membutuhkan seorang ayah yang pergi ke sekolah bersama dengan anda.”
“Anda membutuhkan seorang ayah saat anda mengalami hari yang buruk di sekolah, yang mengajar anda bagaimana cara menjadi kuat secara mental. Tetapi, saya tak memiliki semua itu.”
Awalnya, Ozcan gemar bermain sepak bola, tetapi karena kesulitan yang dialami oleh keluarganya, ia tak mampu membayar biaya keanggotaan klub itu.
Mencari sebuah sarana lainnya, atlet muda ini kemudian mencoba kickboxing, tetapi ia segera menemukan permasalahan yang sama.
Beruntung, pelatihnya menyadari kesulitan itu dan menawarkan diri untuk melatihnya tanpa biaya – sikap yang pada akhirnya mengubah kehidupan “Turbine” selamanya.
Ozcan mengenang:
“Pelatih itu datang pada saya dan berkata bahwa dirinya melihat saya sangat berbakat. Ia berkata pada saya, ‘Tayfun, saya tahu ayahmu, saya tahu situasimu.’ Semua orang Turki tahu satu sama lain, maka ia sudah mengetahui tentang saya.”
“Ia berkata pada saya, ‘Kamu tak harus membayar hutang-hutang itu. Berlatih sebaik mungkin, dan saya akan melatihmu.’”
“Itulah yang menyelamatkan saya. Karena jika ia berkata saya harus membayar, saya takkan dapat berlatih kickboxing lagi.”
Patahkan Lingkaran Penganiayaan
Daripada bergumul dengan kemarahan yang mengarah pada ayahnya itu, Ozcan menggunakan pelajaran dari masa kecil yang menyakitkan demi menjadi orang tua yang jauh lebih baik.
Perwakilan Siam Gym ini berkata:
“Tanpa memiliki seorang ayah di sisi anda, saya kira anda akan banyak kehilangan. Semua yang saya lewatkan itu, saya memberinya pada anak saya sekarang. Dan, saya merasa ini seperti menyembuhkan saya.”
“Saya merasakan sakit dan bekas luka yang ditinggalkan ayah saya. Tetapi saat saya memberi pada anak saya, saya merasa seperti saya disembuhkan. Itu membuat saya jauh lebih baik.”
“Anda dapat memberi saya apa pun yang anda inginkan. Anda dapat memberi saya mobil, anda bisa memberi saya pakaian. Tetapi satu hal yang saya inginkan bersama saya adalah seorang ayah. Saya tak pernah memilikinya, maka itulah mengapa saya ingin memberi hal itu pada anak saya.”
Kini, saat ia sudah menikah dan menjadi seorang ayah, Ozcan akhirnya memiliki kehidupan penuh cinta yang ia impikan sebelumnya.
Ini adalah kehidupan yang dapat ia jalani karena kesuksesannya dalam disiplin kickboxing.
Dan, dalam sebuah perputaran yang ironis, kesulitan “Turbine” di rumah memberinya motivasi untuk berlatih lebih keras lagi, yang pada akhirnya memberi stabilitas yang tak dimilikinya sebagai seorang anak.
Ia menambahkan:
“Anda tahu, seluruh waktu dimana saya pergi berlatih itu, saya selalu berpikir saya menginginkan rumah yang indah bagi diri saya. Saya menginginkan keluarga yang indah.”
“Setiap kali saya pergi ke sasana, saya bertanya pada Tuhan, tolong beri saya keluarga bagi diri saya. Saya menginginkan mobil supaya saya dapat mengendarainya untuk berlatih. Saya tak ingin lagi harus tertekan.”