Karir Militer Bantu Kesuksesan Saemapetch Fairtex Dalam Disiplin Muay Thai
Kebanyakan pria asal Thailand tidak terlalu berharap untuk dapat bergabung dalam institusi militer melalui proses seleksi acak, namun Saemapetch Fairtex merasa berbahagia dapat melayani negaranya.
Jauh sebelum bergabung dengan “The Home of Martial Arts,” atlet berusia 24 tahun ini – yang akan berhadapan dengan Rafi Bohic pada laga divisi bantamweight ONE Super Series Muay Thai dalam salah satu laga utama ONE: IMMORTAL TRIUMPH – ini adalah anggota dari Tentara Kerajaan Thailand, atau Royal Thai Army.
Meskipun ia harus memenuhi panggilan wajib militer saat ia sedang mengenyam manisnya kesuksesan sebagai penantang baru di kancah Muay Thai, karir militernya tidak menghalangi kesempatannya untuk meraih sukses dalam dunia bela diri.
Justru saat atlet asal Pattaya ini meninggalkan militer, ia kembali dengan berbagai keahlian yang mampu menunjangnya meraih berbagai hal luar biasa bersama organisasi seni bela diri terbesar dunia ini dan mengubah hidupnya.
Setiap bulan April, dilaksanakan proses seleksi acak di negara dengan julukan “The Land Of Smiles” ini. Banyak remaja lelaki di sana berharap mendapat kartu hitam, dibanding dengan kartu merah yang menandakan dimulainya masa bakti mereka selama dua tahun bagi negara.
Namun, meskipun Saemapetch memulai awal kariernya dengan sukses dalam dunia Muay Thai, ia selalu ingin menjadi seorang perwira polisi atau tentara, dan menyambut dengan senang hati saat kesempatan untuk bergabung muncul.
Ia masih ingat saat dirinya mengemasi tasnya dan pergi ke Provinsi Phetchabun, dimana ia akan ditempatkan.
“Saya sangat senang ketika mendapatkan kartu merah. Saya memang ingin bergabung, jadi ini sempurna,” kenangnya.
“Hari itu merupakan kali pertama saya meninggalkan Chiang Rai, tapi saya sudah terbiasa jauh dari keluarga karena saya menetap di sasana sejak berusia 12 tahun.”
“Saya sedikit gugup saat pergi, tapi sekaligus bersemangat karena akhirnya bisa bergabung bersama militer.”
Tak lama setelah tiba, bakat atletik Saemapetch mendapat perhatian dan ia pun terpilih menjadi atlet untuk mewakili kesatuannya, namun bahkan ketika ia belum sempat memulai latihan Muay Thai, ia harus bergabung dengan kamp pelatihan yang wajib dijalani selama tiga bulan seperti rekan-rekannya.
Dia sudah terbiasa dengan latihan yang berat, namun bukan yang seperti ini.
“Tiga bulan pertama, intensitasnya luar biasa. Itu jauh lebih sulit dari latihan apapun yang pernah saya jalani dalam Muay Thai sebelumnya,” kata Juara Dunia MTGP Welterweight ini.
“Tiap hari dimulai pada pukul empat pagi, dan kami belum selesai sebelum pukul 10 malam. Saya rindu rumah dan segala kenyamanannya, namun saya termotivasi oleh keluarga saya untuk meningkatkan kualitas hidup kami.”
Saat kamp pelatihan selesai, Saemapetch dikirim ke fasilitas militer di mana ia melanjutkan pendidikan Muay Thai, mulai berkompetisi dalam tinju, serta mempelajari lebih banyak guna mempersiapkan dirinya menghadapi kehidupan di dunia luar.
Itu adalah saat yang dikenang dengan indah oleh perwakilan Fairtex ini.
“Saya bertemu dengan banyak teman yang masih dekat hingga sekarang. Banyak sekali petarung berkualitas tinggi disana, dimana berlatih dan hidup dengan orang-orang yang berpikiran sama membuatnya sangat mudah. Waktu berlalu begitu cepat,” kenangnya.
“Kehidupan militer mengajari saya banyak keahlian praktis dalam hidup, seperti mengatur keuangan. Hal ini juga mempersiapkan saya untuk kehidupan di luar militer, dan meraih kesuksesan dalam hidup.”
Puncak baktinya pada kesatuannya datang selama Kejuaraan Militer Nasional Muay Thai, saat ia melawan beberapa atlet paling berbakat di negaranya.
Etos kerja luar biasa itu pun, karena Saemapetch memenangkan medali emas pada divisi 63,5 kilogram.
“Petarung dari seluruh penjuru negeri berkumpul. Disana juga ada beberapa Juara Dunia Lumpinee dan Rajadamnern Stadium, dan banyak petarung terbaik Thailand yang hadir disana,” jelasnya.
“Saya sangat senang dapat memenangkan (medali) emas untuk kesatuan militer melawan yang terbaik di negara saya.”
Ketika masa baktinya berakhir, pemuda asal Chiang Rai ini direkrut menjadi anggota tim kompetisi Fairtex Training Center yang terkenal di dunia.
Namun, ia akan selalu mengingat saat dirinya berjuang menjadi seorang tentara, dan bersyukur atas tekad dan etos kerja yang ditanamkan ketika ia mengenakan seragam itu.
“Kedisiplinan adalah hal paling utama di dalam militer – saat anda dijadwalkan pada jam sembilan pagi, anda bahkan harus hadir lebih awal. Hal tersebut benar-benar mendorong saya untuk meraih sukses sebagai seorang petarung, terutama dalam level internasional,” jelasnya.
“Saya merindukan saat saya berada disana, itu menyenangkan. Sekarang, saya cukup berjuang sehingga saya tidak akan kembali. Anda tidak memiliki kebebasan yang sama dengan yang saya miliki sekarang, tetapi saya bersyukur atas pengalaman saya.”