Kemenangan Terbaik Atlet Bela Diri Campuran Thailand Di ONE
Thailand mungkin dikenal memiliki para Juara Dunia kickboxing dan Muay Thai, namun dalam beberapa tahun terakhir negara ini telah terwakili dengan baik di atas panggung dunia dalam disiplin olahraga tarung yang lain – bela diri campuran.
Para striker elite yang menyebut Thailand rumah mereka telah bertransisi dari disiplin stand-up itu ke cabang yang merupakan perpaduan dari berbagai seni bela diri ini, serta membawa kemampuan yang lebih beragam ke arena ONE Championship.
Sementara atlet Thailand seperti Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai Rodtang “The Iron Man” Jitmuangnon telah melihat kemungkinan bertransisi ke dalam bela diri campuran, beberapa pejuang terbaik negara ini telah membuktikan bahwa mereka dapat melawan yang terbaik di dalam Circle.
Berikut ini, mari kita simak lima kemenangan terbesar dari para seniman bela diri campuran Thailand.
Dejdamrong Menjadi Penguasa Divisi Strawweight
Full Fight: Dejdamrong Sor Amnuaysirichoke vs Roy Doliguez
What a war! Will 'Kru Rong' be on song on 26 May? TV: Check local listings for global broadcast | PPV: Official livestream at oneppv.com | Tickets: bit.ly/oneheroes
Posted by ONE Championship on Thursday, May 11, 2017
Dejdamrong Sor Amnuaysirichoke mendominasi skena Muay Thai di Bangkok beberapa tahun yang lalu. Ia berkali-kali menjadi Juara Dunia Lumpinee Stadium dan adalah salah satu nama terbesar dalam olahraga tersebut, lalu ia memperluas cakupannya dalam olahraga tarung ke seni bela diri campuran.
Setelah meraih empat kemenangan besar di atas panggung dunia, pria Thailand yang berdiam di Singapura ini menantang petinju Filipina Roy “The Dominator” Doliguez demi gelar Juara Dunia ONE Strawweight dalam ajang ONE: WARRIOR’S QUEST pada bulan Mei 2015, serta mencetak sejarah malam itu di “Kota Singa.”
Kedua atlet ini terlibat dalam sebuah kompetisi grappling di stanza pertama, namun Dejdamrong mengendalikan aksi tersebut – terutama dalam dua menit terakhir, saat ia mengamankan posisi atas dan menyarangkan serangan ground.
Walau Doliguez sempat menunjukkan kemampuan grappling-nya, perwakilan Evolve ini jelas unggul. Ia menghabiskan beberapa ronde berikutnya mendominasi pertukaran grappling, menyerang dari posisi atas dan menghujani rival Filipinanya dengan serangan saat aksi berlanjut di ranah stand-up.
Pada ronde terakhir, Dejdamrong berlanjut menampilkan kemampuan striking superiornya. Atlet Thailand itu dengan cerdas menghindari serangan atlet Filipina itu, mendaratkan serangan balik dan segera menendang dan memukul lawannya.
Saat laga berakhir, para juri memberi Dejdamrong sebuah keputusan mutlak untuk kemenangannya. Sebagai tambahan, ia juga meraih gelar Juara Dunia ONE Strawweight dan mencetak sejarah sebagai Juara Dunia Thailand pertama dalam dunia bela diri campuran.
‘The Smiling Assassin’ Cetak KO Atas Robin Catalan
Pongsiri “The Smiling Assassin” Mitsatit juga mengikuti jejak Dejdamrong.
Setelah karier yang sukses dalam Muay Thai, yang memberinya gelar Juara Thailand Utara, warga Chiang Mai ini beralih ke bela diri campuran dan mencetak sembilan kemenangan beruntun.
Terlepas dari sedikit kemunduran, ia kembali ke jalurnya dengan sebuah kemenangan impresif pada ronde pertama atas Robin “The Ilonggo” Catalan pada bulan Mei 2019.
Awalnya, Mitsatit mengalami kesulitan. Atlet Filipina lawannya itu menangkap tendangan ke arah kaki dan mencoba menyeretnya ke atas kanvas. Walau “The Smiling Assassin” berputar dan mempertahankan keseimbangan luar biasa untuk mementahkan takedown itu, Catalan meraih punggungnya, memasukkan hook-nya, serta mulai mengincar kuncian rear-naked choke.
Atlet Thailand itu berhasil lolos dari usaha tersebut, namun “The Ilonggo” menyesuaikan diri dan mengancam dengan kuncian heel hook. Mitsatit dengan cerdas melakukan roll, serta mampu keluar dari posisi yang berbahaya untuk kembali ke atas kedua kakinya.
Setelah penghentian waktu sementara setelah sebuah serangan lutut tak disengaja ke arah selangkangan, kontes strawweight ini berlanjut. Segera, Catalan merenggut rivalnya asal Thailand itu dan memburunya ke arah dinding Circle untuk sebuah takedown.
Namun “The Smiling Assassin” mampu menyesuaikan posisinya, dan ia mengunci lawannya dalam posisi clinch sebelum menghujaninya dengan serangan lutut. Salah satu serangan itu mengenai ulu hati atlet Filipina itu, yang merontokkannya ke atas kanvas dan mengakhiri laga di Bangkok tersebut pada ronde pertama.
- Rodtang Menjadi Mentor Bagi Adik Stamp Dalam Muay Thai
- Robin Catalan Incar Penebusan Bagi Keluarganya Melawan Dejdamrong
- Rika Ishige Ungkap Keinginannya Hadapi Atlet Indonesia
Kemenangan 21 Detik Shannon Wiratchai
Saat ia harus melawan seorang debutan promosional Rahul “The Kerala Krusher” Raju pada bulan Maret 2018, Shannon “OneShin” Wiratchai sangat ingin menikmati waktunya – tetapi pastinya bukan waktu yang lama.
Pionir bela diri campuran Thailand mengejutkan lawan asal India yang tinggal di Singapura ini dengan sebuah KO hanya dalam waktu 21 detik memasuki laga divisi lightweight mereka di ajang ONE: IRON WILL, yang membuat para penonton tuan rumah di Bangkok bersorak.
Setelah bel pembuka, “The Kerala Krusher” maju dan mendesak Wiratchai yang masih sedikit bersantai.
Saat Raju maju dengan pukulan liar dari tangan kanan, pria Thailand berkuda-kuda southpaw ini dengan tenang menghindari serangan dan melihat celah. Ia menyerang balik dengan sebuah hook kanan sempurna, yang segera menjatuhkan atlet India tersebut.
Kemenangan KO dalam waktu 21 detik ini memberi pahlawan tuan rumah sebuah kemenangan empatik dan ia masih memegang rekor KO tercepat kedua dalam sejarah divisi lightweight ONE.
‘Tiny Doll’ Cetak Pencapaian Baru
Pada bulan Oktober 2018, Rika “Tiny Doll” Ishige kembali membuktikan kembali bahwa terlepas dari ukuran tubuhnya yang kecil, ia sangat mampu menghentikan perlawanan dari atlet kuat.
Bintang Thailand itu berlaga melawan Bozhena “Toto” Antoniyar dalam ajang ONE: KINGDOM OF HEROES di Bangkok, dan sementara ia menang, itu tidak datang dengan mudah.
Bozhena Antoniyar, yang dua kali menjadi Juara Tinju Nasional Myanmar, menggunakan pukulan kerasnya sejak pertandingan dimulai. “Toto” datang dengan cross dan hook kiri yang keras, dan bahkan saat atlet Thailand itu mengincar clinch, ia menyingkirkannya ke samping untuk berlanjut menyerang dengan pukulannya.
Walau atlet Myanmar ini mendaratkan beberapa tendangan ke arah kaki, Ishige mulai membaca penempatan waktunya. Hanya semenit berlalu pada ronde pertama, “Tiny Doll” melihat sebuah tendangan datang dan segera masuk dengan double-leg takedown.
Ishige meraih posisi mount dan, saat “Toto” mencoba melakukan sweep untuk melarikan diri, ia mengamankan kuncian rear-naked choke.
Bozhena Antoniyar mencoba berguling keluar dari kuncian tersebut, namun “Tiny Doll” mencengkeram dengan kuat. Lalu, dengan wajah rivalnya berhadapan dengan kanvas, pahlawan lokal ini melepaskan pukulan dan siku ke arah kepala yang akhirnya memaksa wasit menghentikan laga.
Bersama kemenangan impresifnya ini, TKO ini menjadi penyelesaian keempat dari Ishige bersama ONE Championship – yang terbanyak dari seorang atlet dalam divisi atomweight wanita.
Stamp Taklukkan ‘Knockout Queen’
Stamp Fairtex mungkin adalah Juara Dunia ONE Atomweight Kickboxing dan Muay Thai, namun pada bulan Agustus 2019, ia juga membuktikan dirinya sebagai seniman bela diri yang menjanjikan.
Striker ini menghadapi bintang India tak terkalahkan saat itu, Asha “Knockout Queen” Roka, dalam laga bela diri campuran pertamanya di atas panggung dunia, dan menjadi penampilan yang hampir sempurna dari awal sampai akhir laga.
Ini adalah laga epik dari dua gaya striking, karena Roka – seorang Juara Tinju Nasional India – menyarangkan pukulan keras di dalam jarak serang, sementara perwakilan Fairtex itu menggunakan kemampuan Muay Thai miliknya untuk menyerang balik dengan lutut dan pukulan kanan kuat.
Pada akhirnya, Stamp menyapu lawannya ke atas kanvas dan mengerjakan tugasnya. Atlet Thailand itu melepaskan rangkaian serangan bawah dari posisi mount, serta bahkan mencoba kuncian armbar dan guillotine choke.
Pada ronde kedua, atlet India itu menyerang lebih tajam. Ia maju ke depan dengan pukulan straight dan mundur dengan cepat, tetapi akibat dari serangan lutut, pukulan dan tendangan rendah Stamp ke arah paha tumpuannya mulai terasa.
Walau “Knockout Queen” memulai dengan baik pada stanza terakhir, Stamp menariknya ke posisi clinch, menyerangnya dengan lutut, serta menjegalnya ke atas kanvas. Atlet Thailand ini beralih ke posisi mount, melepaskan ground and pound keras yang memaksa lawannya itu memberi punggungnya.
Dari posisi tersebut, striker Thailand ini mengamankan kuncian rear-naked choke dan merebut submission pertama dalam karier bela diri campurannya.
Baca juga: Stamp Fairtex Siap Hadapi Ritu Phogat Dan Itsuki Hirata