Kisah Pengorbanan Kenta Yamada Untuk Meraih Sukses

Kenta Yamada DC 9892

Di usia muda, Kenta Yamada sudah dihadapkan pada sebuah pilihan berat – berhenti dari pekerjaan atau mengubur mimpi menjadi seorang atlet bela diri profesional.

Namun, setelah melalui puluhan laga dalam satu dekade terakhir, pilihan yang ia ambil untuk meninggalkan kehidupan ‘normal’ berbuah hasil.

Atlet asal Tokyo ini menjadi salah satu atlet terbaik Jepang dalam ranah Muay Thai, kickboxing dan shootboxing, yang membawanya pada satu tempat tertinggi di dunia bela diri, ONE Championship.

Jelang laga krusial menghadapi “The Million Dollar Baby” Sangmanee Sathian MuayThai dalam ajang ONE: A NEW TOMORROW, atlet berusia 31 tahun ini mengungkapkan cerita tentang pengorbanan yang telah ia lakukan demi mengejar kejayaan dalam dunia bela diri.

Kehidupan Keluarga Di Masa Kecil

ONE Super Series bantamweight Kenta Yamada

Yamada mengalami masa kecil yang bahagia bersama orang tua dan kakak laki-laki dan perempuannya di Takasaki, Gunma – sebuah area di bagian utara Tokyo yang terkenal akan pegunungan dan pemandian air panas alami.

“Saya anak bungsu dan semua anggota keluarga saya menjaga dan memanjakan saya, walaupun kakak laki-laki saya sesekali berlaku kasar,” tuturnya sambil tertawa.

Awalnya, ia aktif bermain baseball, namun pengalaman yang ia dapatkan tidak selamanya mulus.

“Saya mulai [mengenal olahraga] lewat baseball karena kedua kakak saya juga bermain itu. Saya bermain baseball sejak kelas 2 SD sampai SMA,” beber Yamada.

“Saat itu [latihannya] sangat ketat, sangat disiplin, dan tradisional. Anda tidak bisa minum sambil latihan. Dan akan ada hukuman bagi yang melanggar. Saya tak menyukainya! Satu-satunya hal yang saya suka adalah karena saya bisa bareng sama teman-teman.”

Terlepas dari itu semua, masa latihan yang keras telah membantunya membentuk pola pikir yang kompetitif dan terbukti krusial saat ia menemukan olahraga yang sesuai dengan minatnya.

Yamada mulai jatuh hati pada seni bela diri ketika menyaksikan K-1 World Grand Prix di Televisi pada awal tahun 2000an, dan bertekan untuk mengikuti jejak langkah para atlet yang dia saksikan.

Mendalami Kickboxing

Kenta Yamada kicks Deividas Danyla

Takasaki memberi banyak kesempatan bagi Yamada untuk mengejar hasrat menggebu yang ia miliki. Dan ia pun bertekad untuk mengejar karier dalam olahraga kombat, dan hal itu memberinya keberanian untuk mencoba hal-hal baru. 

“Kini, ada banyak sasana kickboxing di berbagai penjuru negeri, namun saat itu sangat jarang,” jelasnya.

“Saya mempertimbangkan tinju dan Kyokushin karate, dan saya mencoba keduanya, namun hanya tinju yang memperbolehkan memukul wajah, dan saya benar-benar ingin menendang.

“Kehidupan seni bela diri saya berawal dari boxing, namun saya selalu ingin berlaga dalam kickboxing karena saya suka [kompetisi] K-1. Saya berlatih tinju selama empat sampai lima bulan, dan ada sebuah sasana kickboxing tak jauh dari tempat saya.”

Lagi-lagi, latihan yang ia jalani memaksanya untuk bekerja keras. Namun hasilnya, Yamada kini tak pernah memiliki masalah kedisiplinan dan selalu rela melakukan apapun untuk mengembangkan diri.

Ia juga merasa tertantang saat K-1 memperkenalkan sebuah divisi baru yang memberi kesempatan bagi atlet kelas ringan untuk berkompetisi. Sebelumnya, K-1 dikenal karena divisi heavyweights.

“Ketika saya beralih dari SMP ke SMA, K-1 MAX populer sekali ,” tuturnya.

“Bayarannya cukup tinggi. Sejak saat itu, saya ingin mencari nafkah sebari kickboxer. Saya pikir, okelah, mungkin saya bisa.”

Pilihan Yang Mengubah Hidup

Kenta Yamada in his ONE debut against Petchmorakot Petchyindee Academy

Orang tua Yamada menginginkan anaknya memiliki gelar sarjana, dan setelah lulus dari Universitas Dokkyo dengan gelar di bidang ekonomi, ia mulai menjalani kehidupan ‘normal’ dan bekerja di industri real estate.

Ia mencoba membagi waktu antara bekerja dan seni bela diri, namun hal itu membuatnya tak bisa fokus di keduanya. Hal itu memaksanya untuk mengorbankan salah satu.

“Saya menjalani keduanya setengah hati. Saya telah menghabiskan waktu untuk kuliah selama empat tahun, namun saya tak yakin dengan apa yang seharusnya saya kejar, karena saya tidak fokus pada satu karier,” tuturnya.

“Contohnya, ketika saya kalah dalam sebuah pertarungan, saya menyadari bahwa saya kurang berlatih dan saya mulai mencari alasan. Dalam bekerja, saya pun tidak menunjukkan komitmen penuh, dan hal itu menimbulkan berbagai masalah.

“Baik kerja atau latihan tak berjalan dengan baik, jadi saya mengambil resiko untuk berhenti bekerja dan memulai kehidupan baru dengan berlatih. Hal itu terjadi di tahun 2014.”

Meskipun ia telah menikmati kesuksesan sebelumnya, keputusannya untuk fokus dalam mengejar karier di bidang olahraga telah membawanya pada level yang baru.

Inspirasi Menjadi Juara Dunia

Kenta Yamada celebrates his win at ONE: FOR HONOR

Koleksi gelar mulai dari juara WBC Muay Thai Jepang, juara NJKF dalam dua divisi, dan gelar Krush kicboxing serta raihan lebih dari 50 kemenangan telah membuat Yamada menjadi salah satu atlet ternama di negaranya, sekaligus membuatnya layak berada di ONE Super Series.

Tak lama setelah menandatangani kontrak untuk berlaga di panggung global ONE, ia mengalami sebuah peristiwa yang mengubah hidupnya saat anaknya lahir pada bulan Maret lalu.

“Meski baru beberapa bulan, [menjadi seorang ayah] telah memberi saya rasa tanggung jawab yang lebih besar. Tak akan lama lagi anak saya akan menyaksikan saya berlaga, jadi saya ingin meraih kemenangan demi anak saya,” tuturnya.

Beberapa bulan kemudian, atlet berusia 31 tahun ini meraih kemenangan perdana di organisasi bela diri terbesar di dunia saat menghadapi Deividas Danyla. Ia pun bertekad untuk meraih hasil yang lebih baik di panggung dunia.

“Sebagai seorang petarung yang dikelilingi oleh berbagai atlet kelas dunia dan bersaing dengan deretan petarung terbaik di dunia, sekaligus disaksikan di lebih dari 100 negara memberi saya motivasi luar biasa,” tuturnya.

“Saya bertekad untuk terus menang dan menjadi seorang Juara Dunia. ONE merupakan organisasi besar di berbagai dunia saat ini, dan kehadirannya terasa semakin kuat di Jepang. Saya ingin membuatnya masif di sini. Saat ini, kehidupan saya bersama ONE selalu mengasyikan!”

Baca juga: Perjalanan Sangmanee Sathian MuayThai Menjadi Idola Di Usia Remaja

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9