Kisah Perjuangan Adrian ‘Papua Badboy’ Mattheis Taklukkan Jakarta
Sebagai ibu kota negara, Jakarta memang menawarkan sejuta peluang. Maka tak heran banyak perantau yang ingin menguji nasibnya di kota ini.
Banyak yang berhasil namun tidak sedikit juga yang gagal, dan cerita tentang kesuksesan seorang perantau selalu menjadi kisah yang menarik untuk di telaah.
Salah satu cerita merantau yang menarik untuk diketahui ialah kisah Adrian “Papua Badboy” Mattheis. Pria yang tumbuh besar di Pulau Cendrawasih ini bisa dibilang sukses beradaptasi dan menaklukkan Jakarta dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Inilah aksi perjuangan perdana Adrian Mattheis di ONE!Adrian juga ingin membuktikan ia layak menjadi yang terbaik. 👉 https://t.ly/yjiE
Posted by ONE Championship Indonesia on Sunday, August 16, 2020
“Kalau kau tidak menghargai kau punya hidup, berarti kau punya hidup kemungkinan besar tidak akan sukses,” urainya dengan logat Indonesia Timur yang kental.
Bagi Adrian, rasa percaya diri dan kerja keras tiada henti menjadi kiat suksesnya dalam menaklukan kota yang dulu dikenal dengan nama Batavia ini.
- Adrian Mattheis Berbagi Harapan Tentang Kembalinya ONE Championship
- 9 Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Rudy Agustian
- Hari Ini 4 Tahun Silam: Stefer Rahardian Cetak Dua Kemenangan Dalam Satu Malam
Berkat hal tersebut, atlet asal sasana Tigershark Fighting Acaemy ini mampu mencapai prestasi gemilang di dunia seni bela diri campuran. Bahkan, bisa dibilang, ia meraih hal itu dalam kurun waktu yang cukup singkat – hanya lima tahun semenjak mulai berkecimpung di dunia bela diri pada 2015 silam.
Prestasi Adrian dalam seni bela diri campuran merupakan salah satu yang terbaik di bumi pertiwi. Ia merupakan Juara Turnamen ONE Strawweight di Jakarta pada 2016 lalu usai mengalahkan dua lawan dalam satu malam.
Raihan tersebut pula yang membawanya pada pentas utama ONE Championship. Namun, prestasinya tak berhenti sampai di situ – ia juga menciptakan beberapa catatan ciamik di divisi strawweight.
“Saya datang kesini tidak gampang, semuanya butuh perjuangan,” jelas “Papua Badboy.”
Pria berusia 27 tahun ini telah meraih sembilan kemenangan di divisinya, dengan delapan diantaranya diraih lewat penyelesaian. Adrian juga boleh berbangga karena ia merupakan peraih kemenangan tercepat di divisinya usai menaklukkan Rustam Hutajulu hanya dalam waktu 22 detik.
Namun, sebelum mampu meraih hal tersebut, ternyata ada rintangan lain di luar ring yang harus ia taklukkan.
“Awal berlatih bela diri ada beberapa teman di Sekolah Perikanan yang mengolok-ngolok saya. Mereka menyindir saya dengan mengatakan ‘awas ada pendekar lewat.’ Tapi saya tetap percaya diri dan tidak mengacuhkan omongan tersebut serta tidak berhenti berlatih serius,” kenangnya.
Selain satire yang kerap ia terima pada tahun pertamanya di Jakarta, tidak jarang atlet pemegang rekor profesional 10-6-0 ini merasa tidak percaya diri dalam berbicara dengan logat Timurnya.
Sehingga kala itu, ia kerap hanya berbicara dengan sesama kawan yang berasal dari Indonesia bagian Timur. Namun, lambat laun, ia menyadari bahwa hal tersebut harus diubah.
Dimulai dengan memakai logat Timurnya yang kental dalam berbicara dengan siapa saja yang temuinya, “Papua Badboy” malah mendapat reaksi positif yang tidak disangka sebelumnya. Tidak jarang, banyak lawan bicaranya yang mengikuti logat kentalnya tersebut ketika bertutur dengannya.
https://www.instagram.com/p/CErH8JTBjVq/
“Semenjak berbicara dengan logat asli saya, banyak teman-teman yang senang dan malahan mereka mengikuti logat berbicara saya,” akunya sambil tertawa.
Jalan Adrian masih panjang, dan ia memiliki pesan khusus bagi teman-teman perantau yang tengah berjuang meraih mimpi masing-masing.
“Jangan pernah ragukan kemampuan diri sendiri, selalu bekerja keras dan percaya semua ada jalannya. Terapkan prinsip itu di Jakarta, niscaya akan sukses kawan!” pungkasnya.
Baca juga: Adrian Mattheis Berbagi Arti Julukan ‘Papua Badboy’