Kisah Perjuangan Ayaka Miura Dalam Meraih Restu Orang Tua
Awalnya, Ayaka Miura harus mengawali perjalanan kariernya dalam dunia bela diri tanpa restu dari kedua orang tuanya. Namun renjana serta tekadnya untuk sukses mampu membuat mereka luluh.
Jelang laga menghadapi Tiffany “No Chill” Teo dalam ajang ONE: KING OF THE JUNGLE pada Jumat, 28 Februari, orang tua dari atlet asal Jepang ini mungkin masih tidak sepenuhnya setuju jika anaknya bertarung di atas Circle, namun mereka memastikan akan tetap memberikan dukungan.
Orang tua atlet berusia 29 tahun ini cukup skeptis dengan latihan judo perdana yang anaknya lalui saat remaja, meskipun sang ayah merupakan penggemar berat olahraga kombat tradisional maupun modern. Saking besarnya kegemaran sang ayah, Miura pun turut tertarik.
Ibunya berharap Miura berhenti, karena khawatir akan bahaya yang mungkin timbul. Kedua neneknya pun turut mendesaknya untuk berhenti, namun Miura tak bergeming.
“Meskipun menyarankan saya untuk berhenti, mereka tahu saya tidak akan berhenti,” tutur Miura.
Saat ia tumbuh dewasa dan mendapatkan pekerjaan di sebuah klinik berkat pelatihan memijat tulang tradisional ala Jepang bernama sekkotsu, takdir mempertemukannya dengan seorang seniman bela diri yang datang berkunjung untuk mendapatkan perawatan.
Meskipun menyadari betul olahraga tersebut bisa mengakibatkan cedera, Miura merasa tertarik dan memutuskan untuk menggali keterampilannya agar bisa mendalami olahraga yang digandrungi pasiennya. Keluarganya tentu akan lebih merasa khawatir jika mengetahui Miura tengah tertarik mendalami olahraga yang melibatkan striking serta grappling. Namun rasa khawatir tersebut tak membuatnya mundur.
- Ayaka Miura Bertekad Jadi Yang Pertama Kalahkan Tiffany Teo Lewat Kuncian
- Kartu Awal ONE: KING OF THE JUNGLE – 5 Pertanyaan Yang Akan Terjawab
- Pulih Dari Cedera, Tiffany Teo Tak Gentar Berduel Ground Dengan Ayaka Miura
“Saya tertawa dan menutupinya. Saya tetap berlatih seni bela diri,” tuturnya.
“Saya tinggal sendirian, jadi tak peduli apapun yang mereka katakan, saya akan tetap berlatih juga.”
Kegigihan atlet asal Tribe Tokyo MMA ini terbayarkan, dan ketika tiba waktunya untuk menjalani debut profesional, ia mampu meyakinkan ibu serta ayahnya bahwa ia serius dalam meniti karier sebagai atlet.
Faktanya, meski terus menerus menolak, kedua orang tua Miura menonton laga perdananya pada bulan Mei 2014 dalam sebuah acara lokal yang terkenal sebagai kawah candradimuka bagi para talenta baru. Namun tetap saja, menyaksikan anaknya bertanding bukan merupakan hal yang mudah bagi sang ibunda.
“Saya ingin menunjukkan pada mereka seberapa keras saya telah berlatih – saya ingin meyakinkan mereka bahwa saya tidak sedang bermain-main,” tuturnya.
“Kedua orang tua saya menghadiri debut profesional saya. Mereka ada di arena, namun hanya ayah yang menonton – ibu terus menerus menundukan kepalanya. Ibu tak mampu menonton!”
Sang ibunda terus menyaksikan Miura berlaga di Jepang, namun tetap tak tega menyaksikan anaknya terpojok dalam sebuah laga. Ia bahkan tak mau membahas hal tersebut.
Namun ia tetap mendukung pilihan karier yang diambil Miura lewat caranya sendiri, seperti halnya sang suami dalam setiap kemenangan yang anaknya raih.
“Mereka menyelamati saya, namun saat pulang ke rumah, segalanya kembali normal,” jelas Miura.
“Kami tidak banyak bercerita tentang seni bela diri. Kami bercerita tentang hal sehari-hari. Kami sangat jarang membicarakan laga-laga saya.”
Hal yang sama berlaku dalam sesi latihan – Miura tak membahas sesi latihan keras yang diterapkan oleh pelatih kepala Tribe Tokyo Ryo Chonan.
“Kami tak membahas soal latihan. Jika iya, ibu akan memarahi pak Chonan,” jelas atlet asal Tokyo ini.
“[Pelatih saya] sangat tegas. Jadi jika ibu menyaksikan saya latihan, kemungkinan besar dia akan sangat kaget.”
Mereka mungkin terkejut, namun akan merasa terkesan juga karena kerja keras Miura terbayarkan dalam kompetisi. Dan raihan tersebut mampu menciptakan sebuah rekor yang membuka jalan baginya untuk berlaga di ONE Championship.
Pada tahun pertamanya di organisasi bela diri terbesar di dunia ini, ia meraih tiga kemenangan beruntun yang membawanya pada laga menentukan menghadapi Teo. Pemenang laga ini akan menjadi penantang Juara Dunia ONE Women’s Strawweight. Orang tuanya mungkin masih merasa khawatir akan keselamatan Miura, namun mereka juga senang akan prestasi yang diraih anaknya.
“Saat saya pulang ke rumah mereka merasa lega. Mereka kini tidak menentang seni bela diri,” tutur Miura.
Selain itu, ia kini malah mendapatkan dukungan tak terbatas dari orang tuanya, yang dibuktikan lewat ucapan serta hadiah kecil bagi sang anak.
“Terkadang, tiba-tiba saya mendapatkan patch dingin!” tambah Miura.
“Mereka berdua mengirimkan pesan digital, dan mereka juga mengirimkan surat dengan kata-kata penyemangat.”
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Anda Wajib Menyaksikan ONE: KING OF THE JUNGLE