Kota Di Georgia Dan Mentor Yang Mengasah Davit Kiria

Giorgio Petrosyan Davit Kiria FISTS OF FURY 1920X1280 1

Setelah terhenti dalam debutnya di atas panggung dunia, Davit Kiria ingin meraih penebusan dalam penampilan keduanya. Kali ini, ia berencana melakukannya dalam turnamen kickboxing terbesar dunia di ONE: FIRST STRIKE.

Pada hari Jumat, 15 Oktober ini, striker Georgia itu akan melawan Enriko “The Hurricane” Kehl dalam babak perempat final ONE Featherweight Kickboxing World Grand Prix. 

Juara Grand Prix ini akan meraih sabuk emas prestisius dan kesempatan melawan Juara Dunia ONE Featherweight Kickboxing yang pertama. 

Sementara seluruh hadiah tersebut membakar semangat Kiria, ada sesuatu yang lebih diinginkan oleh pria berusia 33 tahun itu: menjadi panutan bagi para pemuda di kota kelahirannya, Zugdidi.

Dimana Banyak ‘Mimpi Kecil’ Tercipta

Kiria mungkin telah meninggalkan kota kelahirannya itu untuk mendapatkan kesempatan berlatih yang lebih baik, namun itu tak berarti ia telah kehilangan akarnya.

Kickboxer ini lahir di negara Eropa timur bernama Georgia pada tahun 1988, di dalam kota Zugdidi, tepat di antara Laut Hitam dan kaki Pegunungan Egrisi.

Pada akhir tahun 1980an, Zugdidi perlahan berubah menjadi kota yang ada saat ini – rusak, terkorupsi dan penuh dengan kekurangan.

“Uni Soviet menjajah area berjarak lima kilometer dari rumah saya,” kata Kiria. “Itu menyebabkan banyak kesulitan – tak ada listrik, tak ada kehidupan sosial. Walau saya terkadang bersekolah, itu adalah komunitas yang sulit, sangat miskin.”

Di era tersebut, warga Zugdidi tak memiliki akses ke kebutuhan vital seperti makanan berkualitas, pakaian yang layak, dan terkadang tempat bernaung. Terlebih lagi, negara itu sepenuhnya hidup dalam kemiskinan, dimana tak ada kemungkinan untuk melihat kemajuan ekonomi.

Ayahnya, yang sempat mengamankan posisi di perusahaan kereta api milik negara, kehilangan pekerjaannya dan harus bekerja di pasar basah untuk menjual ikan. Ibunya, yang juga tak dapat menemukan pekerjaan, tetap tinggal di rumah dan memasak apa pun yang dapat dibeli sang ayah.

Walau ia tak memiliki banyak hal saat bertumbuh dewasa, Kiria jelas memiliki satu hal.

“Tetangga,” katanya. “Kami memiliki satu sama lain, dan kami melakukan hal positif dari nol, seperti bermain di jalanan sepanjang hari.”

“Para tetangga sangat ramah, dan kami sangat dekat satu sama lainnya. Lingkungan saya adalah kehidupan saya. Saya tak mengetahui banyak hal lainnya.”

Dalam lingkungan tersebut, sulit bagi Kiria muda untuk melihat lebih jauh dari apa yang dialaminya setiap hari.

“Saya banyak bermimpi saat saya masih kecil,” lanjutnya. “Namun saat anda masih kecil dan tidak memiliki informasi mau pun kesempatan, maka mimpi anda tetaplah kecil.”

Bertemu Dengan Mentornya

Kiria mencoba mengekspresikan seluruh aspirasi tersebut melalui sepak bola, namun ia segera menyadari bahwa dirinya tak menyukai olahraga tim. Suatu hari, ia melewati rumah seorang tetangga dan melihatnya melatih karate kepada sekelompok anak-anak.

“Maka, saya mulai berlatih,” katanya. “Dan kini, saya ada di olahraga tarung, dalam seni bela diri, sampai sekarang.”

Faktanya, ia telah berkecimpung selama 24 tahun sejak itu. Namun adakah yang lebih impresif dari komitmennya terhadap seni bela diri berdasarkan fakta bahwa ia mendedikasikan diri pada satu pelatih, Bachuki Partsvania.

“Saya memiliki orang tua, namun saya menganggapnya orang tua saya juga. Ia adalah pria yang membimbing hidup saya, ia memberi saya inspirasi untuk melakukan segala yang saya lakukan sampai hari ini. Yang saya lakukan, dan mengapa saya melakukan itu, itu semua karena Bachuki,” tambah Kiria.

“Ia membawa saya ke Belanda untuk pertama kalinya pada tahun 2007, ke sasana Golden Glory. Dan kami memulai karier kickboxing profesional saya di sana.”

Dan, bantuan pelatihnya itu pun berlanjut di luar kanvas. Selama ia ada di Belanda, Kiria bertemu seorang wanita yang ia sukai. Mereka mulai berkencan, dan pria asal Georgia ini ingin membawa hubungan itu ke tingkatan berikut.

Tetapi, ia khawatir bahwa perbedaan dalam budaya dan tradisi akan menjadi permasalahan, maka ia pun meminta saran dari sang pelatih.

“Bachuki berkata bahwa saya harus mengikuti hati dan perasaan saya, serta mempercayai perasaan tersebut. Dan tentu saja, saya mendengarnya, dan [kini] saya sangat berbahagia. Kami sekarang memiliki dua anak,” kata Kiria.



Untuk Anak-Anak

https://www.instagram.com/p/CSbcwnsKAZQ/?utm_source=ig_web_copy_link

Adalah kedua anaknya yang tetap ada di pikirannya saat ia bersiap memasuki turnamen terbesar dalam kariernya di kickboxing.

Dan sementara ia akan sangat ingin mengalahkan Kehl, maju ke babak semifinal, serta memenangkan Grand Prix ini beserta sabuk perak itu, ada alasan yang lebih dalam mengapa ia maju berkompetisi.

“Ini tak hanya bagi diri saya dan mendapatkan gelar Juara Dunia. Semua hal ini mendatangi anda, perhatian mendatangi anda, namun ini bukanlah satu-satunya yang saya inginkan,” kata Kiria.

“Saya ingin membagi [kesuksesan saya] dengan keluarga dan mereka yang ada di sekeliling saya, dan mimpi saya adalah untuk menjadi yang terbaik dalam bisnis ini, untuk menciptakan sesuatu yang dapat menolong generasi selanjutnya. Saat saya dapat melakukan itu, saya akan menjadi pria paling berbahagia di negara ini, di muka bumi.”

Atau, setidaknya, tanah kelahirannya Zugdidi, karena itulah dimana segalanya dimulai bagi Kiria. Walau ia telah pergi sangat jauh dari lingkungan masa kecilnya itu ke ibukota Georgia, Tbilisi, ia baru-baru ini sempat kembali pulang.

Memberi Kembali Bagi Kota Yang Membesarkannya

https://www.instagram.com/p/CTOwisjK5NQ/?utm_source=ig_web_copy_link

Saat pandemi COVID-19 menghantam Georgia, Kiria terpaksa menutup sasananya di Tbilisi dan kembali ke Zugdidi untuk berlatih di sasana rumahan. Ia membawa pelatih dan rekan-rekannya ke sana, dan mereka hidup di rumah yang sama sejak saat itu.

Namun, bukan pelatih dan rekan-rekannya yang memberi motivasi bagi Kiria. Itu adalah perasaannya saat berada di Zugdidi yang mulai memicu semangat.

“Itu sangatlah emosional dan menyenangkan saat ini, untuk bersiap di kota kelahiran saya, karena selama lima sampai enam tahun terakhir, saya belum pernah melakukan persiapan di sini,” katanya.

“Seluruh perhatian yang sebelumnya saya dapatkan, saya merindukan itu. Kini, mereka yang ada di lingkungan saya – teman-teman dan penggemar saya – mereka tahu saya akan segera menjalani laga, dan saat mereka melihat saya di sini, mereka mengucapkan semoga beruntung.”

“Mereka menyemangati saya, mereka memanggil saya dari mobil mereka. Saya memiliki tanggung jawab besar untuk memenangkan laga ini karena semua orang berharap bahwa saya akan menang.”

Masa Depannya Di ONE

Pada Februari lalu, Kiria mencetak debutnya bersama ONE melawan kickboxer teratas divisi featherweight Giorgio “The Doctor” Petrosyan, yang akan menghadapi penantang peringkat kedua Superbon dalam laga utama ONE: FIRST STRIKE demi gelar Juara Dunia ONE Featherweight Kickboxing perdana.

Walau ia membawa laga sampai akhir, atlet Georgia ini harus mengakui keunggulan Petrosyan. Kini, di penampilan keduanya, ia memiliki kesempatan menebus dirinya dengan mengalahkan Kehl dan maju ke babak semifinal.

Jika ia melakukan itu, ia akan bertemu dengan pemenang dari laga perempat final lainnya – salah satu di antara penantang peringkat keempat Sitthichai “Killer Kid” Sitsongpeenong atau atlet peringkat kelima Tayfun “Turbine” Ozcan. Dan setelah itu, jika segalanya berjalan dengan baik, memasuki babak final.

Kiria jelas tak akan melihat di luar Kehl untuk saat ini, namun ia juga tetap melihat mereka yang telah membentuk dirinya. Karena, sama seperti mereka membantunya menciptakan kehidupan yang lebih baik, warga Georgia itu ingin mengembangkan kehidupan anak-anak yang kini bermain di jalanan kota itu.

“Mimpi saya selalu untuk mewakili sesuatu yang positif. Bahwa yang saya wakili untuk diri saya sendiri adalah sangat penting bagi saya,” kata Kiria.

“Saya memiliki banyak tanggung jawab dalam hidup ini, terutama di negara saya dan kota kelahiran saya, karena bagi generasi yang baru ini, saya harus menjadi contoh.”

Baca juga: Di Luar Circle, Enriko Kehl Pertaruhkan Hidup Bagi Orang Lain

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9