Koyomi Matsushima Menjalani Mimpinya Setelah Lama Berlatih

Koyomi Matsushima DC 2621

Bagi Koyomi “Moushigo” Matsushima, pertandingan perebutan gelar Juara Dunia ONE Featherweight dalam ajang ONE: DAWN OF HEROES adalah puncak dari kerja kerasnya selama ini.

Jumat nanti, pada tanggal 2 Agustus, atlet kelahiran Yokohama ini akan menghadapi atlet paling dominan dalam divisinya, Martin “The Situ-Asian” Nguyen, tetapi latihan yang ia jalani seumur hidupnya membuat atlet berusia 26 tahun ini tidak terpengaruh tantangan di depan matanya itu.

Sebelum pertandingan untuk memperebutkan puncak dari seni bela diri campuran di Mall Of Asia Arena, Manila, Filipina ini, Koyomi berbagi tentang jalur yang harus ia lewati menuju kejayaan, yang dimulai dari dojo karate saat ia masih berusia dini sampai ia berdiri diatas panggung dunia sebagai seorang lelaki dewasa.

Dibesarkan Dalam Lingkungan Seni Bela Diri

Koyomi telah berlatih sejak ia berusia sangat muda, berkat orang tua yang sangat menyukau dunia bela diri. 

Perjalanannya dimulai dari ruang keluarga di rumahnya, dimana ayah dan ibunya selalu menonton acara pertandingan bela diri setiap kali ditayangkan.

“Mereka kurang lebih menonton berbagai disiplin bela diri yang dapat dilihat di televisi, dari mulai kickboxing, shootfighting, daido juku (kudo) dan karate,” katanya.

“Mereka sangat menyukai seni bela diri. Tetapi, mereka tidak pernah berlatih, mereka hanya penggemar olahraga ini. Saya menontonnya karena mereka menontonnya, dan akhirnya ini membawa saya menekuni seni bela diri.

Orang tua “Moushigo” menginginkannya untuk memulai dengan judo, agar ia dapat berlatih ukemi (cara jatuh), tetapi tidak ada tempat belajar di dekat kediaman mereka.

Kemudian, ia didaftarkan dalam kelas karate saat berusia 4 tahun, dan segera setelah ia berjalan memasuki dojo, keinginannya berkompetisi timbul.

“Saya menjalani pertarungan pertama saya ketika berumur 4 atau 5 [tahun],” sebutnya.

“Dalam sebulan, saya bertanding sekali. Awalnya, saya tidak pernah menang. Saya menangis tiap kali saya kalah. Saya kesal.”

Practice And Persistence 

Perjuangan Koyomi muda tidak menjauhkannya dari pelatihannya. Ia bertahan dan menerima nilai-nilai yang dijunjung oleh karate, begitu pula dengan kemampuan fisik yang menyertainya, demi menemukan cara meraih kemenangan.

“Yang saya suka tentang karate adalah bahwa [disiplin] ini tidak selalu tentang menjadi lebih kuat,” katanya.

“Untuk mendapatkan sabuk dalam tingkatan lebih tinggi itu tergantung kombinasi dari mengingat kata (bentuk) dan memperkuat kumite (sparring). Semuanya bukanlah tentang bagaimana menjadi yang terkuat.”

“Pada akhirnya, saya mulai menang. Badan saya memang tidak terlalu besar, maka untuk mengalahkan seseorang yang berbadan lebih besar dari saya dengan tubuh kecil saya ini membuat semua latihan itu sepadan.”

Perasaan saat menang ini medorong dirinya untuk mempelajari seni bela diri lainnya, dan saat ia berada di sekolah dasar, ia kembali ke rencana awal orang tuanya dan mempelajari judo.

“Judo mengajarkan anda teknik grapple dan memberikan anda bobot. Inilah mengapa orang tua saya [waktu itu] ingin saya mempelajarinya,” tambahnya.

Menjadi Profesional

Karate dan judo memberi Koyomi dasar yang kuat dalam teknik striking dan grappling, dimana hal ini juga merupakan dasar kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang seniman bela diri campuran.

Tetapi, sebelum ia menjalani komitmen berkarir menjadi seorang atlet, ia mempertimbangkan sebuah profesi yang lebih konvensional, tetapi hal ini terbukti tidak sesuai dengan dirinya.

“Saya masuk ke universitas, karena mengira akan lebih baik untuk mengejar [karir] bela diri setelah lulus,” katanya.

“Saya mendapatkan beasiswa untuk belajar hukum, tetapi sejujurnya, saya tidak memiliki keinginan untuk mendapatkan pekerjaan dalam bidang itu. Saya bahkan tak dapat membayangkannya.”

“Kedua orang tua saya ingin saya menjadi seorang seniman bela diri campuran – mereka membesarkan saya seperti itu sejak saya masih kecil. Bahkan ketika saya keluar dari sekolah, mereka mendukung saya. Bahkan saat ini, mereka juga banyak membantu saya. Tidak ada kata tidak setuju dalam kamus mereka.”

“Moushigo” memperoleh pengalaman bertanding dalam disiplin kickboxing dan gulat sebelum ia menjalani debut profesionalnya dalam seni bela diri campuran pada tahun 2015.

Penyandang sabuk hitam Kyokushin karate ini memulai karirnya dengan gemilang setelah memenangkan lima pertandingan pertamanya dalam satu tahun, seluruhnya melalui kemenangan KO, dan menjuarai turnamen Shooto welterweight. Setelah empat kemenangan selanjutnya dalam organisasi Pancrase, organisasi bela diri terbesar di dunia pun memanggilnya.

Tingkatan Tertinggi

Koyomi bergabung dengan ONE bulan September lalu untuk menguji dirinya sendiri melawan para atlet terbaik di dunia. 

“Semenjak saya berada di sekolah dasar, saya menyadari bahwa saya ingin menjadi seniman bela diri,” katanya.

“Pertama kali saya menonton ONE, saya melihat banyak petarung kuat, dan merasa ingin bertanding melawan mereka!”

“Ini akan membantu saya menjadi lebih baik dan kuat. Inilah pemikiran saya sebelum bergabung dengan ONE.”

Perwakilan Pancrase ISM Yokohama ini mencetak penampilan awal yang luar biasa untuk kemudian langsung menjadi penantang gelar Juara Dunia saat ia memenangkan pertandingan melawan mantan Juara Dunia ONE Featherweight Marat “Cobra” Gafurov melalui TKO pada ronde pertama.

Selama sembilan bulan, ia harus berada di pinggir ONE Circle karena cedera yang dideritanya, tetapi kemenangannya saat kembali melawan “Pretty Boy” Kwon Won Il bulan Juni lalu mengukuhkan posisi atlet berusia 26 tahun ini sebagai penantang terberat dalam divisinya.

Dijadwalkan menghadapi Martin Nguyen di pertandingan puncak, ia yakin bahwa perjalanan yang dimulainya saat kecil akan berakhir dalam kejayaan.

“Tentunya, tujuan utama adalah sabuk [Juara Dunia], karena pria yang memegangnya adalah yang terkuat,” tambahnya.

“Saya ingin memenangkan sabuk tersebut, apapun pengorbanannya. Waktunya telah tiba.”

Selengkapnya di Fitur

Carlo Bumina ang Mauro Mastromarini ONE Fight Night 30 40 scaled
Masaaki Noiri Tawanchai PK Saenchai ONE 172 90 scaled
John Lineker Alexey Balyko ONE Fight Night 25 42 scaled
Allycia Hellen Rodrigues Cristina Morales ONE Fight Night 20 20
Lito Adiwang Adrian Mattheis ONE Friday Fights 34 29
Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled