Laga Terbaik Tahun 2017 Di ONE Championship
Dibutuhkan kemampuan, keberanian dan ratusan jam penuh dedikasi untuk meraih kesuksesan berlaga di dalam arena ONE Championship.
Sementara berbagai laga ONE berakhir dengan cara dramatis melalui penyelesaian ronde pertama yang spektakuler, terdapat beberapa contoh dimana pertarungan itu berakhir penuh, dimana para atlet ini menguji kemampuan mereka selama 15 menit atau 25 menit penuh dalam laga Kejuaraan Dunia.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa para penggemar memang terbawa oleh emosi, dan itu seringkali memberi aksi yang paling menarik. Beruntung, terdapat beberapa laga yang mewakili semua itu pada tahun 2017, saat para pejuang ini beraksi demi diri mereka, tim mereka, negara mereka dan para penggemar.
LAGA TERBAIK: Aung La N Sang Vs. Vitaly Bigdash II
Superstar Myanmar Aung La N Sang memasuki laga utama ONE: LIGHT OF A NATION dengan penuh dendam dan incaran gelar Juara Dunia. Pada akhir Juni, di Thuwunna Indoor Stadium, Yangon, negara itu sontak bergembira saat “Burmese Python” mencetak kemenangan mutlak atas pemegang gelar yang sebelumnya tak terkalahkan, Vitaly Bigdash, dan merebut gelar Kejuaraan Dunia ONE Middleweight.
Bigdash sebelumnya mengungguli Aung La N Sang di ONE: QUEST FOR POWER pada Januari lalu, tetapi di laga ulang itu, “Burmese Python” membalikkan keadaan. Dengan penonton yang dengan penuh semangat bersorak mendukung pahlawan mereka, Aung La N Sang memberi penampilan tak terlupakan, dimana ia melukai sang juara pada ronde pembuka dan hampir mencetak penyelesaian TKO.
Tetapi, pria Rusia itu sepertinya bertahan dari serangan awal itu, dan keduanya beraksi keras selama sisa pertandingan itu. Tetap saja, pahlawan Myanmar itu meraih keunggulan selama lima ronde laga mereka untuk merebut kemenangan mutlak di kartu penilaian para juri.
Setelah keputusan juri itu, Aung La N Sang pun memegang sabuk kejuaraannya, Myanmar pun memiliki Juara Dunia pertama dalam olahraga apa pun, dan ONE Championship mendapat bintang terbesarnya.
#2 Amir Khan Vs. Adrian Pang
Pencetak KO asal Singapura Amir Khan memegang catatan rekor untuk penyelesaian KO terbanyak dalam sejarah ONE Championship, namun ia tak dapat menambah korban lainnya ke dalam daftar itu saat dirinya menghadapi petarung kuat Australia Adrian Pang di ONE: IMMORTAL PURSUIT.
Daripada mencetak penyelesaian cepat, laga ini menjadi adu kekuatan niat, dimana pendekatan Pang yang tak kenal takut beradu sempurna dengan gaya serangan balik Khan.
Laga ini berlanjut sampai akhir, dengan keduanya yang sempat meraih kesuksesan selama mereka beraksi, tetapi secara keseluruhan, adalah Khan yang meraih keunggulan, mencetak poin secara konsisten ke arah Pang sementara ia menghindari serangan terkeras dari pria Australia itu.
Penilaian juri akhirnya berpihak pada Khan, namun kedua atlet itu meninggalkan arena malam itu dengan kebanggaan tersendiri setelah pertempuran keras selama tiga ronde.
#3 Christian Lee Vs. Keanu Subba
Saat petarung featherweight teratas, Christian “The Warrior” Lee dan Keanu Subba, berhadapan di ONE: QUEST FOR GREATNESS, penggemar dan pengamat mengharapkan pertarungan cepat antara sepasang atlet muda paling menarik ini di ONE. Mereka pun sama sekali tidak mengecewakan.
Keduanya beradu serangan keras dalam laga menegangkan, namun adalah Lee yang menjadi lebih kuat saat pertarungan ini berlanjut, dimana akhirnya sebuah submission ronde ketiga menjadikannya sebagai penantang gelar potensial.
Setelah dua ronde penuh aksi menarik, atlet Singapura ini menekuk Subba ke atas kanvas pada ronde ketiga dan mengincar penyelesaian. Awalnya, ia mengamankan triangle choke, tetapi Subba bertahan dengan baik.
Tak gentar, Lee bertransisi ke armbar, memaksa pria Malaysia itu untuk mengakui kekalahan, serta menunjukkan bahwa “The Warrior” adalah petarung berbahaya bagi siapa pun dalam divisi featherweight.
#4 Ma Hao Bin Vs. Hexigetu
Bintang Tiongkok “The Southern Eagle” Ma Hao Bin memiliki seluruh elemen yang dibutuhkan untuk menjadi superstar pada tingkatan yang berbeda. Ia menunjukkan sekilas potensi ini dalam laga menarik melawan “The Wolf Of The Grasslands” Hexigetu di ONE CHAMPIONSHIP: SHANGHAI pada September lalu.
“The Southern Eagle” memprediksi kemenangan submission ronde kedua, dan ia membuktikan janjinya.
Ia menghentikan Hexigetu dalam laga flyweight mereka, berkat guillotine choke, dengan 10 detik tersisa pada ronde kedua. Di awal, perbedaan itu nampak nyata. Itu adalah ritme kacau dari Hexigetu melawan ketenangan dan kemampuan teknis alami dari Ma.
Terlepas dari perbedaan sembilan tahun di antara keduanya, Ma nampak sebagai veteran yang masih berusia 23 tahun, karena ia tetap tenang dan memilih serangannya.
Juara Turnamen ONE Changsha Bantamweight ini meraih percobaan takedown kedua yang sukses di ronde tersebut, tetapi Hexigetu meraih keunggulan dari manuver tersebut. Ia tetap aktif, menggunakan posisi full guard untuk menyerang Ma yang berada di posisi dominan.
Pria yang berasal dari pedalaman Mongolia, Tiongkok itu hampir menyelesaikan laga dengan kuncian kimura untuk membalikkan keadaan dan mendarat di posisi high mount. Namun, ketenangan Ma membawa laga ini memasuki ronde kedua.
Saat itu, Ma menampilkan bakat seni bela dirinya secara penuh. Juara Gulat Nasional Tiongkok ini menggunakan teknik grappling elite untuk memberi celah, saat ia menghindari percobaan takedown sebelum mengamankan guillotine choke untuk memaksa lawanny tap out.