Laga Terbaik Tahun 2018 Di ONE Championship
Seluruh aksi berlangsung semakin baik di ONE Championship, dan tahun 2018 menjadi tahun terbesar bagi organisasi ini sampai saat ini.
Saat panel kami melihat kembali ke serangkaian laga terbaik tahun ini, permasalah terbesar yang mereka hadapi adalah memilih lima dari daftar yang panjang itu.
Namun, setelah proses yang sangat sulit dan perdebatan panjang, kami akhirnya dapat menyajikan rangkaian resmi laga bela diri campuran terbaik di ONE Championship untuk tahun 2018.
LAGA TERBAIK: Aung La N Sang VS Ken Hasegawa
Di ajang ONE: SPIRIT OF A WARRIOR “The Burmese Python” Aung La N Sang dan Ken Hasegawa mencetak laga Kejuaraan Dunia terbaik dalam sejarah ONE.
Dari bel pembuka, sepasang petarung ini beraksi keras mengadu kemampuan dan niat mereka selama hampir lima ronde penuh.
Aung La N Sang dan Hasegawa berhadapan untuk bertukar pukulan keras, mengincar takedown, dan beraksi dalam scramble menegangkan di atas kanvas dalam laga yang membuat keduanya kelelahan pada akhirnya.
Selama laga berlangsung, aksi itu tak pernah terhenti. Kapan pun salah satu atlet menyambungkan serangan signifikan, lawannya membalas dan terlihat tak ada yang ingin mengalah. Itu berarti laga ini berkembang menjadi pertempuran lima ronde antara dua atlet yang memiliki kondisi fenomenal.
Namun, pada akhirnya, pahlawan tuan rumah itu mencetak momen yang mengakhiri laga. Ia mengumpulkan tenaga untuk sebuah usaha terakhir dan melepaskan uppercut keras yang mencetak KO atas Hasegawa yang kelelahan dan mempertahankan gelar Juara Dunia ONE Middleweight secara dramatis.
Thuwunna Indoor Stadium meledak dengan penuh kegembiraan, dan para penggemar di seluruh dunia dapat menyaksikan laga Kejuaraan Dunia terbesar yang pernah terlihat di “The Home Of Martial Arts.”
Itu adalah demonstrasi terbaik dari seni bela diri pada tingkatan tertinggi, dan kedua atlet elite ini beradu dan mendorong diri mereka untuk mencapai batasan demi hadiah terbesar dalam seni bela diri itu.
Komentator ONE Michael Schiavello menggambarkannya seperti ini: “Apakah kata superlatif yang dapat anda taruh untuk laga seperti Aung La N Sang dan Ken Hasegawa? Luar biasa, mengagumkan, epik, menakjubkan, fantastis, menegangkan, brilian – seluruh kata itu tak cukup menggambarkan seperti apa laga ini.”
Aung La N Sang dengan rendah hati berkata: “Saya tak tahu bagaimana anda memberi peringkat untuk hal seperti itu, tapi bagi saya, itu adalah malam yang menyenangkan, dan saya menyukai laga yang menyenangkan.”
Perkataan itu memang benar, dan pada 31 Maret nanti, keduanya akan kembali bertemu dalam sebuah laga ulang di ONE: A NEW ERA, Toyko, Jepang.
Itu akan menjadi sangat epik.
Runner-Up: Li Kai Wen VS Emilio Urrutia
Bintang Tiongkok “The Underdog” Li Kai Wen dan dinamo asal Amerika Serikat Emilio “The Honey Badger” Urrutia adalah dua petarung featherweight yang paling menarik dan agresif dalam jajaran atlet ONE, maka saat mereka dijadwalkan bertemu di ONE: PURSUIT OF POWER pada bulan Juli, terdapat ekspektasi luar biasa.
Kenyataannya, mereka melampaui itu semua.
Li dan Urrutia melontarkan serangan andalan mereka masing-masing dalam aksi featherweight keras yang membuat para penonton berdiri dari ronde pembuka.
“The Underdog” memulai dengan cepat dan menyulitkan “The Honey Badger” pada awal laga, setelah serangkaian pukulan keras menjatuhkan pria AS berusia 31 tahun itu. Namun Urrutia juga sebaik yang mereka katakan, dan ia membalas kembali dengan tidak hanya bertahan pada ronde tersebut, namun membawa aksi ke arah lawannya saat laga berlanjut.
Namun, pada ronde ketiga, Li sekali lagi menyerang, dan pria berusia 22 tahun ini meraih kesuksesan dengan pukulan kiri keras yang menggoyahkan pria asal Amerika itu. Melihat kesempatan ini, “The Underdog” masuk dan melepaskan kombinasi kuat, menghentikan Urrutia, serta menempatkan kemenangan spektakuler sebagai salah satu laga paling menarik tahun ini.
Runner-Up: Danny Kingad VS Yuya Wakamatsu
Mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Flyweight Danny “The King” Kingad membawa penampilan kuat untuk mengalahkan pendatang baru asal Jepang Yuya “Little Piranha” Wakamatsu di ajang ONE: CONQUEST OF HEROES pada September lalu.
Pria berusia 22 tahun ini membuktikan diri untuk merebut kemenangan dan memastikan dirinya sebagai salah satu penantang teratas bagi gelar yang dipegang oleh rekan satu timnya Geje “Gravity” Eustaquio.
Wakamatsu menunjukkan seberapa berbahaya dirinya sebagai penantang dengan debut luar biasa yang mendesak Kingad sampai batasannya. Penantang asal Jepang ini memberi kesan luar biasa dengan kemampuan tinjunya, saat ia menjatuhkan “The King” pada ronde pembuka.
Nampak bahwa bintang Filipina ini akan terkena penyelesaian, tetapi Kingad menampilkan kegigihan dan niatnya untuk menang dengan melakukan scramble untuk menghindari bahaya sebelum akhirnya membalikkan keadaan atas lawan-lawannya dengan bantuan permainan grappling yang berkembang.
Ia memulihkan diri pada akhir ronde dengan ancaman penyelesaian via rear-naked choke.
Kingad beralih ke tendangan wushu-nya untuk menjaga jarak dari Wakamatsu pada ronde kedua, saat ia mendapatkan keunggulan yang sangat dibutuhkannya dalam kontes ini, dimana ia berlanjut mendominasi ronde terakhir dengan kombinasi tendangan rendah keras dan beberapa percobaan takedown kuat.
Laga tiga ronde ini akhirnya berakhir di kartu penilaian juri, dengan Kingad meraih kemenangan mutlak setelah laga yang berkesan itu di Jakarta.
Runner-Up: Kevin Belingon VS Bibiano Fernandes
Aksi antara Bibiano “The Flash” Fernandes dan Kevin “The Silencer” Belingon tak hanya menjadi sebuah laga antara Juara Dunia versus Juara Dunia. Ini adalah kesempatan bagi Belingon untuk membalas kekalahannya dari pria brasil itu dalam laga Kejuaraan Dunia pertamanya pada tahun 2016.
“The Silencer” melakukan itu, karena ia membawa penampilan terbaik dalam kariernya di ONE: HEART OF THE LION untuk mengalahkan Juara Dunia paling dominan dalam sejarah ONE Championship dan merebut gelar Juara Dunia ONE Bantamweight dalam prosesnya.
Belingon menunjukkan kemampuan striking wushu-nya secara keseluruhan, saat ia menghujani juara bertahan itu dengan serangan, baik dari jarak jauh melalui arsenal tendangannya, dan dari jarak dekat dengan pukulan tajam.
Faktor terbesar dalam laga ini adalah permainan ground dan pertahanan takedown pria Filipina itu yang sangat berkembang, yang membantunya mempertahankan serangan di ground dan melakukan scramble untuk melarikan diri dari kemampuan sabuk hitam Brazilian Jiu-Jitsu kelas dunia milik Fernandes.
Saat Fernandes tak mampu mengamankan submission, Belingon beralih ke teknik wushu untuk memberi perbedaan besar dalam ranah stand-up, saat ia menyambungkan serangkaian teknik spektakuler untuk membantu juri supaya memihak dirinya.
Laga itu berakhir sangat tipis, namun ia meraih keputusan terbelah, atau split decision, setelah penampilan terbaik seni bela diri yang menyeluruh dalam kariernya sepanjang 25 laga itu.
Runner-Up: Eduard Folayang VS Amir Khan
Laga terakhir yang meraih posisi runner-up ini terjadi hanya beberapa minggu lalu dalam gelaran ONE: CONQUEST OF CHAMPIONS, saat superstar Filipina Eduard “Landslide” Folayang kembali ke puncak divisi lightweight ONE dengan aksi seni bela diri luar biasa untuk mengalahkan Amir Khan, penantang asal Singapura.
Dalam sebuah kontes yang melihat keduanya berusaha menempatkan dominasi striking atas satu sama lain, adalah Folayang dengan pendekatan wushu yang membuktikan seberapa efektif kombinasi pukulan dan tendangan spektakuler yang menjadikan Khan di posisi bertahan, serta mengizinkan “Landslide” untuk mengendalikan jarak serang dalam laga ini.
Khan ingin mengincar Folayang, serta menggunakan teknik clinch ala Muay Thai dan striking jarak dekat, namun ia tak memiliki jawaban bagi arsenal serangan milik “Landslide.” Ia dihadapkan dengan spinning back kick, tendangan samping berputar, spinning elbow dan pukulan straight kuat.
Folayang berada dalam zonanya, dan ia tak mau kalah dalam misinya merebut kembali gelar Juara Dunia ONE Lightweight yang terlepas pada tahun 2017, saat ia meningkatkan ritme dalam aksi bela diri terbaik dan terlengkap dalam kariernya.
Hal itu memberinya kemenangan mutlak di kartu penilaian juri dan melihat gelar Juara Dunia ONE Lightweight itu kembali ke tangannya. Jika ia dapat terus menampilkan aksi seperti itu, akan dibutuhkan penampilan luar biasa untuk merebut sabuk emas itu dari dirinya.