Lerdsila Ekspresikan Kepribadian Lewat Gaya Muay Thai Legendaris

Lerdsila AAA_5501

Pada Jumat, 16 Agustus ini di ONE: DREAMS OF GOLDLerdsila Phuket Top Team akan membawa kembali salah satu gaya Muay Thai yang paling non-konvensional dan menarik ke atas panggung dunia.

Ikon dari “seni delapan tungkai” ini akan berlaga di tanah kelahirannya untuk pertama kali sejak tahun 2014 dalam laga divisi flyweight ONE Super Series bersama Savvas “The Baby Face Killer” Michael, dan dirinya pun yakin akan membawa pertunjukan menarik bagi para penggemar di Bangkok, Thailand.

Lerdsila mungkin berusia 18 tahun lebih tua dari pesaing asal Siprus tersebut, namun ia masih memiliki kecepatan, kelincahan dan kreativitas untuk membingungkan, menghancurkan dan mengalahkan atlet terbaik dunia – termasuk lawannya di Impact Arena ini.

Selama 30 tahun terakhir, pergerakan licinnya, yang dipadukan dengan striking super cepat dan ringan, membuat pria asal Issan ini dijuluki “Mr. Lightning ”dan “The Eel On Rollerskates.”

Terlebih penting, seluruh atribut dalam dirinya memberi kemampuan untuk mengungguli dan mengecoh beberapa lawan terbaik dan paling berbahaya, merebut delapan gelar Kejuaraan Dunia, serta menjadi seorang legenda dalam seni bela diri.

Pendekatan Lerdsila di dalam ring memang sangat alamiah, sebagai perpanjangan dari kepribadiannya yang nakal dan lincah.

“Gaya saya seperti gaya teknikal muay femur yang dipadu dengan elemen kecerdikan. Saya suka mengganggu lawan saya dan merusak konsentrasi mereka,” katanya.

“Kepribadian saya juga seperti itu, saya suka bermain dan bersenang-senang.”

Teknik andalan warga Chaiyaphum ini membuat frustasi lawan-lawannya, tetapi sangat menegangkan untuk disaksikan para penggemar. Saat tendangan melayang ke arah tubuh atau kepalanya, ia memiliki layaknya kemampuan supranatural untuk bersandar mundur hampir sejajar dengan kanvas untuk menyelipkan serangan, serta kembali untuk menyerang balik dengan serangannya.

Namun, master Muay Thai yang rendah hati ini tak pernah menganggap kemampuan tersebut sebagai sesuatu yang luar biasa.

“Tak peduli siapa yang menendang, saya dapat selalu melihat itu datang dan hanya bersandar ke belakang,” jelas pria berusia 38 tahun itu.

“Itu sesuatu yang otomatis bagi saya. Itu membuat saya terkenal, namun saya tak pernah benar-benar memikirkannya, itu keluar secara alami.”

Setelah mencetak nama besar di daerah asalnya, Lerdsila pun mendapat perhatian dari sasana Jocky Gym yang terkenal di Bangkok.

Di sanalah gayanya diasah nyaris sempurna, namun tak hanya melalui instruksi yang ketat. Para atlet di sana – termasuk idolanya, Juara Dunia Rajadamnern Stadium Muay Thai Silapathai Jocky Gym dan peraih medali emas tinju Olimpiade Somrak Kamsing – didorong untuk mengikuti arus.

“Sebagian besar petarung di Jocky Gym memiliki gaya yang sama. Kami cepat, cerdik dan kompleks,” jelasnya.

“Kami banyak melakukan sparing di sana, dan itu selalu menyenangkan. Kami tak pernah terlalu serius berlatih, dan pemilik sasana selalu sangat baik.”

“Melakukan sparing dengan petarung yang lebih tua tua dan lebih berprestasi di sasana membuat saya lebih baik. Saya menjadikan mereka panutan dan belajar banyak.”

Sebagai bakat muda dari para atlet terhebat sepanjang masa ini, Lerdsila membawa bakatnya ke ibukota Thailand dan kariernya pun mencapai tingkatan baru.

Media Thailand memberinya julukan berkesan saat ia menari di sekitar rivalnya dan meraih kemenangan, sementara seluruh stadion itu sarat dengan para penggemar yang ingin melihatnya beraksi.

Pendekatannya terhadap arena kompetisi juga membantunya selalu kuat dan berada dalam kondisi puncak sampai hari ini – walau ia telah menjalani 225 laga dan memasuki tiga dekade dalam kariernya.

Sementara beberapa tubuh rekan-rekannya hancur setelah perjuangan seumur hidup, Lerdsila tetap bergerak seperti seorang pria yang setengah dari usianya, dimana ia pun masih tetap berjiwa muda. Hal ini memberinya penampilan energik dengan catatan rekor sempurna 3-0 di “The Home Of Martial Arts” sejauh ini.

“Gaya saya itu bagus untuk jangka panjang. Saya tak menerima banyak serangan keras dalam karier saya, dan saya masih merasa sangat baik,” katanya.

Meski Lerdsila adalah salah satu atlet paling menarik dan paling menghibur di luar sana, ia bersikeras bahwa tak ada yang istimewa tentang caranya mengembangkan gayanya.

Tetapi, hal ini juga tidak berarti semua orang dapat menirunya, karena ia berkata bahwa siapa pun dapat menemukan kesuksesan dengan bekerja keras menyempurnakan apa yang mereka kuasai.

“Anda harus melakukan apa yang menjadi sisi terbaik anda di dalam ring. Saya hanya bagus di sini – itu sangat alamiah bagi saya,” katanya.

“Setiap orang akan memiliki bakat mereka sendiri. Anda harus mengikuti bakat alami anda. Jika anda memiliki pukulan yang sangat keras, maka anda harus terfokus pada hal itu. Jika anda cepat dan gesit, gunakan itu untuk keuntungan anda.”

Special Banner For ONE Championship Merchandise

Selengkapnya di Fitur

Saemapetch Fairtex Abdulla Dayakaev ONE Fight Night 31 30 scaled
Zebaztian Kadestam Roberto Soldic ONE Fight Night 10 33
Samingdam Looksuanmuaythai Akif Guluzada ONE Friday Fights 85 20 scaled
Carlo Bumina ang Mauro Mastromarini ONE Fight Night 30 40 scaled
Masaaki Noiri Tawanchai PK Saenchai ONE 172 90 scaled
John Lineker Alexey Balyko ONE Fight Night 25 42 scaled
Allycia Hellen Rodrigues Cristina Morales ONE Fight Night 20 20
Lito Adiwang Adrian Mattheis ONE Friday Fights 34 29
Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52