Lito Adiwang Puji OWS Yang Persiapkan Dirinya Memasuki Panggung Dunia

Lito Adiwang at OWS 7

Lito “Thunder Kid” Adiwang adalah pemenang kontrak terbaru dari rangkaian ONE Warrior Series (OWS) yang lolos ke ONE Championship setelah tiga penampilan impresif.

Pada 13 Oktober mendatang, bintang baru asal Filipina itu akan mencetak debutnya di atas panggung dunia melawan Juara Dunia Pancrase Flyweight Senzo Ikeda di ONE: CENTURY PART I.

“Thunder Kid” mungkin menjadi pendatang baru dalam daftar utama atlet ONE, namun ia jauh dari tak berpengalaman dan bertekad membuktikan bahwa dirinya siap menghadapi yang terbaik di dunia.

“Menggunakan metafora jenjang sekolah dasar dari kelas satu sampai enam, saya kira saya berada di kelas lima – saya hampir ada di sana, namun hanya belum benar-benar sampai,” katanya.

“Saya hanya bekerja keras mengasah kemampuan, hanya menunggu untuk sebuah kesempatan yang datang. Saya tak dapat berkata saya adalah petarung lengkap – masih banyak yangharus saya kembangkan – namun saya kira saya memiliki talenta dan renjana untuk ini.”

Pria kelahiran 26 tahun lalu itu memuji pengalamannya bersama OWS sebagai kesempatan sempurna untuk mengasaj kemampuannya dan bersiap sebelum ia memasuki Circle untuk pertama kalinya.

Sebelum memasuki perjalanannya di dalam rumah berbagai calon atlet berbakat di muka bumi milik ONE itu, ia telah berkompetisi di Filipina, Malaysia dan Thailand untuk membangun catatan rekornya dengan harapan untuk dapat berlaga di organisasi bela diri terbesar di dunia ini.

Namun, terlepas dari rekor profesional 6-2, perwakilan Team Lakay itu nampak diabaikan oleh para penata tanding, lalu ia awalnya juga tidak diambil oleh Rich Franklin dan tim OWS saat ia masuk dalam uji coba untuk acara tersebut di Manila, Desember 2017 lalu.

“Banyak dari kami yang tidak terpilih – tim-tim lain yang terpilih daripada kami. Itu adalah kemunduran besar,” katanya.

“Namun, saya kira itu menjadi tantangan bagus bagi kami secara mental. Kami belajar untuk memahami bahwa olahraga ini bukanlah tentang siapa yang terkuat secara fisik, dan jika anda ingin berhasil dalam hidup atau menjadi juara dalam sebuah olahraga, anda harus memiliki ketangguhan mental untuk tak pernah menyerah, apa pun yang terjadi.”

“Itulah yang kami ingin buktikan, karena kami terus berlatih sampai mereka sampai di Baguio dan memilih kami untuk mengikuti program itu.”



Kemenangan Adiwang dalam dua laga awal di OWS sangatlah spektakuler, melalui KO pada ronde pertama.

Lalu, meski awalnya merasa kecewa karena tak dapat menyelesaikan laganya melawan Anthony Do pada Agustus silam, ia melihat berbagai hal positif yang ia dapatkan dari apa yang menjadi penampilan paling lengkapnya.

“Ketiga laga itu, terutama yang terakhir, benar-benar mengajarkan saya banyak hal. Saya melihat berbagai celah dalam permainan saya yang harus saya tingkatkan dan kesalahan yang cenderung saya lakukan,” jelasnya.

“Dalam laga terakhir, saya sangat kecewa saat itu berakhir, karena saya tahu bahwa saya masih mampu melakukan banyak hal tetapi tak dapat menunjukkannya karena kelelahan.”

“Hal terbaik yang saya dapatkan dari itu adalah karena itu tidak berakhir pada penyelesaian mendadak di ronde pertama, saya dapat mencapai banyak hal. Saya dapat belajar banyak dalam laga itu, saya dapat memperlihatkan apa yang dapat saya lakukan, dan saya dapat membuktikan bahwa saya dapat berlaga sampai akhir.”

Atlet berjuluk “Thunder Kid” ini kini bersyukur bahwa ia tak terburu-buru memasuki laga di ‘The Home of Martial Arts’ sebelum mendapatkan kesempatan menerima beberapa bumbu tambahan.

Meski menurutnya itu adalah kemunduran, ia meyakini bahwa pengalaman yang ia dapatkan sejak pertama kali memasuki OWS, Oktober silam, membuatnya menjadi atlet yang jauh lebih baik – dimana kini ia akan mencetak debutnya bersama ONE di ajang terbesar.

“Saya tak melihat ke belakang dengan rasa sesal karena saya tidak dipanggil kala itu, karena saya kira inilah waktu yang tepat bagi saya untuk bergabung dengan liga besar,” tambahnya.

“Paparan yang saya dapatkan karena kegemparan yang mereka bangun bagi laga-laga saya dan kesempatan untuk memperkenalkan diri saya kepada para penggemar sangat tak dapat dipercaya.”

“Saya dikenal secara internasional karena saya berlaga di luar negara saya. Secara lokal, saya tak terlalu dikenal, namun setelah menjadi bagian dari OWS, banyak orang mendadak tertarik pada saya.”

“Saya kira ini dapat sangat membantu mereka yang ingin tampil dengan baik di daftar atlet utama. Saya hanyalah salah satu contoh dari itu. Saya kira jika saya segera bergabung di daftar utama, saya tak akan memiliki pola pikir dan kemampuan yang tepat.”

“OWS dapat menjadi batu loncatan yang hebat, dimana seseorang dapat mengasah seluruh kemampuan itu sampai mereka benar-benar siap untuk kompetisi yang lebih besar.”

Baca juga: Danny Kingad Tak Gentar Jelang Laga Melawan ‘GOAT’

ONE: CENTURY adalah ajang Kejuaraan Dunia bela diri terbesar dalam sejarah dengan 28 Juara Dunia yang tampil dalam berbagai disiplin bela diri. Belum ada organisasi dalam sejarah yang pernah mempromosikan dua ajang Kejuaraan Dunia di hari yang sama.

“The Home Of Martial Arts” kembali membuka babak baru dengan menyajikan beberapa laga perebutan gelar Juara Dunia, tiga babak final Kejuaraan World Grand Prix, serta serangkaian Juara Dunia yang akan melawan Juara Dunia lainnya di lokasi ikonik Ryugoku Kokugikan, Tokyo, Jepang, tanggal 13 Oktober.

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9