Marat Gafurov, Bibit Juara Sensasional
He personifies GRIT, a special blend of persistence & passion.Kuala Lumpur | 18 August | TV: Check local listings for global broadcast | PPV: Official Livestream at oneppv.com | Tickets: http://bit.ly/onegreatness17
Posted by ONE Championship on Monday, August 7, 2017
Memang sangat mudah untuk mengagumi Marat “Cobra” Gafurov. Warga Dagestan berusia 32 tahun ini adalah sang Juara Dunia ONE Featherweight, memiliki rekor tak terkalahkan 15-0, serta memenangkan enam laga beruntun dengan kuncian rear-naked choke andalannya.
Sementara ia memang tak diragukan lagi menjadi kompetitor featherweight terbaik di dunia saat ini, bibit seorang juara yang dimilikinya juga berada jauh di luar arena. Faktanya, ia adalah atlet berbakat yang memiliki kombinasi langka dari bakat alami dan etos kerja bak manusia super, serta telah meraih kesuksesan dalam tiap disiplin bela diri yang pernah dilatihnya.
Walau sebagian besar anak-anak Dagestan yang masuk ke dalam disiplin gulat memulainya pada usia ke-7, “Cobra” sedikit terlambat. Ia tak berlatih bela diri sampai ia remaja.
“Negara saya sangat dikenal atas prestasi gulatnya yang luar biasa, dan anak-anak lelaki diharapkan memulai latihan mereka saat mereka berada di sekolah dasar. Namun saya pertama kali menginjakkan kaki di dojo saat saya berusia 15 tahun,” aku sang Juara Dunia.
Tak ada klub olahraga di desanya, Ishkarty, dimana sang juara masa depan ini dibesarkan oleh kakek-neneknya. Saat itu, ia memang tak bisa berlatih bela diri bahkan jika ia menginginkannya.
Namun, pada tahun 2000, ayah dan ibu Gafurov membawanya ke Makhachkala, ibukota Dagestan. Di sana, ia bergabung dengan Amanat Fight Club – dojo yang terdekat dengan rumahnya.
“Saya memulai dengan wushu-sanda dan berlatih setiap hari, bahkan terkadang menghabiskan sebagian besar waktu luang saya di sini. Itu seperti jatuh cinta. Saya tak pernah merasa cukup berlatih,” kenangnya.
“Orang tua saya mengira saya sudah terlalu tua untuk memainkan seluruh permainan ini, dan sudah saatnya saya memikirkan karier yang serius. Sangat sulit untuk mendengar hal itu, karena yang saya inginkan adalah berlatih dan berkompetisi lebih banyak lagi, namun pada saat yang sama saya tak ingin membuat mereka kesal.”
Jelas, dengan waktu sebanyak yang ia habiskan untuk berlatih, ia harus membuktikan pada orang tuanya bahwa ia tidak membuang waktu. Gafurov muda masuk ke dalam kompetisi apapun di tiap kesempatan dan meraih kesuksesan luar biasa.
Sebagai tambahan, ia membangun dasarnya dan menambahkan lebih banyak disiplin lagi ke dalam kemampuannya. Pada tahun 2005, ia mulai mempelajari Brazilian jiu-jitsu, yang diikuti dengan olahraga tarung tangan kosong ala militer, pankration dan sambo. Namun, adalah “gentle art” yang benar-benar membuatnya terpincut.
“Saat itu, BJJ tidak populer di Makhachkala, karena di Dagestan, tak ada yang menganggapnya mampu mendekati gulat,” akunya. “Namun saya terlalu tua untuk masuk ke dalam sekolah gulat manapun, maka BJJ itu sempurna bagi saya.”
“Cobra” menanjak naik sampai meraih sabuk hitam dan merebut gelar Juara BJJ Dagestan. Pada tahun 2010, ia merebut gelar Juara Dunia FILA dalam grappling dan pankration, serta pada tahun 2011 dan 2012, ia menjadi Juara ADCC Grappling Rusia. Ia bahkan memenangkan Kejuaraan Eurasia dalam cabang bela diri tarung tangan kosong ala militer.
Secara mengejutkan, orang tuanya sangat senang dan Gafurov juga merasa lebih yakin untuk mengejar karier dalam dunia bela diri. Itulah saat ia mengincar kompetisi penuh di dalam arena MMA.
“Saat saya tinggal di desa, saya terbiasa menonton rekaman video laga seni bela diri di Jepang, dan bermimpi saya dapat menjadi salah satu pria kuat itu,” kenangnya.
“Namun saat berbagai promotor besar mulai mengadakan lebih banyak ajang lainnya, dan kemampuan saya bertumbuh, saya mengira mungkin ada karier bagi saya pada akhirnya. Itu seperti mimpi, untuk menjadi atlet, melakukan apa yang saya suka dan meraih kejayaan.”
Satu-satunya permasalahan adalah tak ada banyak sekolah bela diri lokal yang terfokus pada latihan bela diri gabungan, maka Gafurov melanjutkan latihan dalam berbagai disiplin secara individual demi menggapai mimpinya satu hari nanti.
Akhirnya, pada tahun 2010, kesempatan pun tiba. Pria asal Dagestan ini mencetak debut promosionalnya di ajang Challenge Cup, dimana ia mencetak submission atas lawannya melalui kuncian armbar pada ronde pertama. Dari situ, ia bergabung dengan promotor Eropa Timur, M-1, dan dalam laga ketiganya, ia mengalami sebuah terobosan pribadi.
“Saya adalah atlet pengganti pada saat-saat terakhir,” ia memulai. “Tak ada yang ingin menghadapi Sheikh-Magomed Arapkhanov. Maka saya melakukannya. Dan saya menang.”
Kemenangan mutlak itu mengubah sesuatu dalam dirinya. Gafurov akhirnya melihat dirinya seimbang dengan berbagai bakat luar biasa di salah satu organisasi terbaik Eropa. Keyakinannya bertumbuh, terutama saat ia merebut gelar Juara M-1 Featherweight pada tahun 2012.
Dua tahun kemudian, waktunya tiba untuk masuk ke liga utama dalam seni bela diri. “Manajer saya, Yusup Saadulaev, berlaga di ONE Championship dan mengatakan supaya saya mencobanya,” ia mengatakan. “Kondisinya cukup bagus, saya menerimanya, dan di sinilah kita berada [sekarang].”
Kini, sebagai pemegang gelar Kejuaraan Dunia ONE Featherweight, ia akan mempertahankan sabuk tersebut melawan Martin “The Situ-Asian” Nguyen di ajang ONE: QUEST FOR GREATNESS pada Jumat, 18 Agustus. Pertemuan ini akan mengambil tempat sebagai laga utama di Stadium Negara, Kuala Lumpur, Malaysia.
Tak diragukan lagi, Gafurov akan sangat yakin dapat meraih kesuksesan, seperti yang telah dilakukan seumur hidupnya, serta tetap menjaga sabuk emas dan rekor tak terkalahkannya.