Marat Gafurov Telah Melangkah Jauh Dari Desa Kecil Di Dagestan

Marat Gafurov 1

Marat “Cobra” Gafurov (15-0) adalah salah satu seniman bela diri dengan penghargaan terbanyak di seluruh Dagestan, dan mungkin di dunia.

Pria berusia 32 tahun ini adalah seorang Juara Dunia FILA Pankration, Juara Grappling ADCC Rusia, dan Juara Eurasian dalam pertarungan tangan kosong ala militer. Pencapaian terbaiknya, dan yang membuatnya paling terkenal, adalah saat ia menjadi Juara Dunia ONE Featherweight tak terkalahkan sampai saat ini.

Walau ia telah bekerja keras demi meraih seluruh penghargaan tersebut, banyak orang yang menyangka bahwa ia tak akan mencapai semua itu saat ia bertumbuh dewasa. “Kesempatan saya untuk bersinar di atas panggung dunia itu sangat kecil,” kata Gafurov sambil tergelak. Saya diharapkan menjadi seorang penggembala, bukan seniman bela diri.”

“Cobra” awalnya menemukan dunia bela diri saat usianya masih kecil. Ia dibesarkan oleh kakek-neneknya di sebuah desa kecil bernama Ishkarty, dan walau tak ada dojo di daerah tersebut, ia terpincut oleh sepasang bintang film aksi dan seringkali menirukan gerakan mereka dalam film.

“Perkenalan pertama saya pada seni bela diri adalah, tentunya, film layar lebar. Kami semua menonton Bruce Lee dan Jackie Chan,” ia memulai. “Saat saya masih kecil, adalah film bela diri yang menarik paling banyak penonton di bioskop. Mereka adalah inspirasi awal saya.”

Inspirasi tersebut mengubah anak muda asal Dagestan ini pada tahun-tahun berikutnya. Pada awal 1990an dan awal 2000an, ia mendapatkan kaset video VHS yang menampilkan organisasi seni bela diri terbesar dalam era tersebut dan para kompetitor di sana. Ia pun bertukar video bersama teman-temannya dan menyaksikan sebanyak mungkin laga yang dapat ditontonnya.

Idola Gafurov saat itu adalah Magomedkhan “Volk Han” Gamzatkhanov. Ia adalah spesialis sambo yang memiliki rekor profesional 21-8-1. Namun, yang terpenting, ia memberi harapan bagi “Cobra” muda. “Volk Han” juga berasa dari Dagestan, dan ia menjadi contoh sempurna terkait bagaimana seseorang dari kota kecil dapat menggapai mimpi mereka dan menjadi superstar bela diri.

“Ialah pahlawan utama saya. Hampir tak disangka bahwa pada tahun 90an, seseorang dari bagian dunia ini dapat berakhir di Jepang melakukan hal sekeren itu dan menjadi atlet top,” jelas Gafurov. “Sangat luar biasa melihat pria kelahiran Dagestan lainnya menjadi sangat populer, dihormati dan ditakuti. Ia yang berlaga di Jepang hanya berarti saya memiliki kesempatan itu satu hari nanti.”

Marat Gafurov IMG_8445.jpg

Hanya seperti itu, sebuah mimpi pun lahir dan Gafurov muda akan segera menjalani sebuah perjalanan luar biasa. Saat ia memasuki usia ke-15, Gafurov pindah ke ibukota Dagestan, Makhachkala, untuk tinggal bersama orang tuanya, dimana mereka membawanya ke dojo pertamanya, Amanat Fight Club, untuk berlatih wushu-sanda.

Dari situ, ia berlatih ke berbagai sasana, mempelajari beberapa disiplin berbeda, serta memenangkan serangkaian gelar prestisius.

Itulah saat ia menemukan penghalang besar. Ayah Gafurov mungkin awalnya mendukung perjalanannya dalam seni bela diri, namun ia tak sepenuhnya menyukai pilihan karier anaknya itu.

“Ia hanya menginginkan yang terbaik untuk saya, dan ia tak dapat melihat apa bagusnya menghabiskan berjam-jam di sasana untuk mempelajari bela diri,” kata Gafurov. “Ayah saya mengatakan bahwa saya membutuhkan pendidikan yang layak, daripada menghabiskan berjam-jam mempelajari BJJ, yang bahkan bukanlah olahraga Olimpiade.”

“Saya mengira orang tua saya tak dapat melihat masa depan di dalam itu.”

Terlepas dari itu, “Cobra” tetap meraih berbagai medali dan menjalani transisi sukses untuk memasuki kompetisi bela diri sepenuhnya. Ia merebut gelar Juara M-1 Global Featherweight pada tahun 2012, meninggalkan promotor Eropa itu ke ONE Championship dua tahun kemudian, lalu merebut gelar Kejuaraan Dunia ONE Featherweight pada tahun 2015.

Kini, Gafurov telah menjadi seorang pahlawan nasional, seperti “Volk Han”. “Sangat menyenangkan bahwa banyak orang mengenali saya di jalanan saat ini. Mereka mengharapkan yang berbaik bagi saya, dan berterima kasih untuk kesuksesan saya mewakili Dagestan di arena olahraga internasional,” kata sang juara.

Sebagai tambahan, ayahnya akhirnya pun berdamai dengan karier anaknya ini, serta memberinya persetujuan. “Ia bukanlah pria yang memberi terlalu banyak pujian,” kata Gafurov, “Maka, saya sangat senang saat ia berbicara dengan bangga tentang saya sekarang.”

Sangat sulit bagi Gafurov untuk menjadi seorang juara, dan kini mungkin hal itu akan menjadi lebih sulit lagi berada di puncak divisi featherweight. Pada Jumat, 18 Agustus ini, ia akan mempertahankan sabuknya melawan Martin “The Situ-Asian” Nguyen (8-1) di ajang ONE: QUEST FOR GREATNESS, langsung dari Stadium Negara di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ini akan menjadi laga ulang atas pertemuan singkat mereka dua tahun yang lalu.

Namun, sementara ia selalu terinspirasi oleh para legenda seni bela diri, ada sesuatu yang memberinya dorongan terbesar saat ini.“Saya telah bekerja keras untuk meraih [sabuk] emas ONE. Maka, ini adalah masalah kebanggaan untuk dapat mempertahankannya kembali,” kata sang pemegang gelar.

Saya akan melakukan itu bagi diri saya, keluarga saya, dan bagi para masyarakat Dagestan, yang bangga pada saya.”

“Sebagai tambahan, saya juga ingin anak saya menjadi bangga kepada saya saat ia bertumbuh dewasa. Memiliki keluarga tidak mengubah cafra hidup saya, atau cara saya berlatih. Saya selalu berdisiplin dan terfokus, namun saya merasakan tanggung jawab besar bagi istri dan anak saya, dimana saya selalu mengingat bahwa tindak-tanduk saya juga terlihat dalam diri mereka.”

“Maka, saya selalu mencoba sebaik mungkin yang saya mampu.”

Sama seperti pahlawan olahraga yang tak terlalu dikenal itu memberi inspirasi pada Gafurov, “Cobra” kini memiliki potensi untuk menginspirasi dunia, serta menunjukkan pada anak-anak muda di manapun bahwa jika anda bekerja keras, segala sesuatunya itu mungkin.

Selengkapnya di Fitur

Saemapetch Fairtex Abdulla Dayakaev ONE Fight Night 31 30 scaled
Zebaztian Kadestam Roberto Soldic ONE Fight Night 10 33
Samingdam Looksuanmuaythai Akif Guluzada ONE Friday Fights 85 20 scaled
Carlo Bumina ang Mauro Mastromarini ONE Fight Night 30 40 scaled
Masaaki Noiri Tawanchai PK Saenchai ONE 172 90 scaled
John Lineker Alexey Balyko ONE Fight Night 25 42 scaled
Allycia Hellen Rodrigues Cristina Morales ONE Fight Night 20 20
Lito Adiwang Adrian Mattheis ONE Friday Fights 34 29
Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52