Melalui Kemenangan, Rika Ishige Ingin Sebarkan Seni Bela Diri Di Thailand

Rika Ishige vs Audreylaura Boniface ADUX9983

Kisah dari kesempatan emas yang dapat mengubah kehidupan seseorang seringkali hanya terlihat dalam film Hollywood atau novel-novel romantis.

Di dunia nyata, hal itu tak sering terjadi – yaitu kisah cinta sejati yang muncul selagi jalan hidup seorang seniman bela diri muda juga berubah secara bersamaan,

Bagi atlet berusia 28 tahun bernama Rika Ishige, ia memiliki salah satu kisah seperti ini, saat ia bersiap dalam laga profesional keduanya pada hari Jumat, 26 Mei, di ajang ONE: DYNASTY OF HEROES. Kisah ini menyangkut pria yang akhirnya menjadi pelatih bela diri campuran pertamanya, dan akhirnya juga menjadi kekasihnya.

Rika Ishige vs Audreylaura Boniface ADUX9992.jpg

Saat bertumbuh dewasa, “Tinydoll” tidak asing dengan seni bela diri. Memiliki warisan Thailand dan Jepang, dan seorang ayah yang juga menjadi praktisi judo, wajar jika ia sangat tertarik.

“Saya mempelajari seni bela diri saat berusia 13 atau 14,” sebutnya. “Itu hanya untuk menantang diri saya sendiri. Saya berlatih karate dan aikido secara bersamaan.”

Seperti yang lazim terjadi, kehidupannya sempat menghalangi latihan, dan Ishige harus mengesampingkan seni bela diri saat ia menyelesaikan studinya. Walau ia tidak dapat berlatih, ia pun tetap menjaga minatnya itu saat pertumbuhan seni bela diri campuran mulai merambah televisi dan tersedia di internet.

Terkesima oleh penampilan dan sifat kompetitif dari olahraga ini, ia mencari waktu untuk melanjutkan pelatihan bela dirinya. Sayangnya, karate dan aikido tak cukup untuk memuaskan keinginannya untuk belajar. Secara sederhana, ia menginginkan sesuatu yang lebih.

Sementara ia bekerja dalam sebuah acara aikido sebagai pembawa acara, Ishige menarik perhatian seorang pionir bela diri Thailand dan bintang lightweight ONE Championship Shannon Wiratchai. Walau usahanya di saat awal tertolak, ia akhirnya mengetahui lebih banyak tentang pelatihannya dan meminta untuk berlatih dengannya.

Shannon and Rika e1489051786508.jpg

Dari pertemanan yang akhirnya beralih ke rekan berlatih, serta rekan latihan yang menjadi kekasih, mereka berbagi minat dan waktu bersama untuk membawa hubungan mereka semakin dekat. Setelah bertahun-tahun berlatih dalam disiplin yang berbeda, Ishige kini mendapatkan keinginannya untuk mempelajari gaya yang berbeda pada saat yang sama, serta bahkan memadukannya menjadi miliknya sendiri.

Walau seni bela diri bukanlah sesuatu yang asing bagi keluarganya, ia mengakui ada beberapa pandangan skeptis saat ia mengatakan dirinya ingin berlaga secara profesional.

“Pertama kali saya mengatakan pada mereka, mereka cukup khawatir. Mereka khawatir akan wajah saya,” kata Ishige sambil tergelak, mengakui bahwa ada banyak asumsi yang diambil banyak orang terkait olahraga tarung di Thailand, dimana banyak orang meyakini hal itu tak sesuai bagi seorang wanita mungil dari keluarga menengah seperti dirinya.

“Banyak orang tidak mengerti tentang seni bela diri campuran. Mereka mengira tidak ada aturan dan sangat barbar. Saya ingin menunjukkan pada mereka bahwa ini bukanlah seperti itu. Ini adalah olahraga sebenarnya, dan saya, saya adalah seorang wanita yang mungil, namun saya dapat berlaga dalam organisasi kelas dunia. Itu tidak brutal – itu tentang teknik.”

Seperti pasangannya, Ishige membuka jalan bagi seni bela diri lainnya di Thailand – terlepas dari Muay Thai yang mengakar di negara itu – sebagai atlet wanita profesional pertama dalam olahraga ini.

Rika Ishige vs Audreylaura Boniface ADUX0052.jpg

Dengan berkompetisi dalam ajang kelas dunia di arena terbesar di kawasan ini, ia menunjukkan pada masyarakat lain bahwa itu bukanlah pergerakan bawah tanah, dan dengan menang dan menampilkan kekuatannya di dalam arena, ia kembali menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang petarung jalanan.

Saat Ishige dan Wiratchai berlaga bersama dalam ajang ONE: WARRIOR KINGDOM di Bangkok pada bulan Maret, keduanya mencetak penyelesaian pada ronde pertama yang sama di hadapan para pendukung tuan rumah mereka. Kesuksesan mereka membantu menunjukkan bahwa negara ini memiliki atlet olahraga tarung  lainnya, dan bahwa bela diri campuran dapat bertumbuh di sisi Muay Thai.

Bersama-sama, mereka membuka mata dan memperkenalkan para pendukung yang sudah antusias kepada dunia bela diri Asia yang luas. Tanpa pertemuan awal tersebut, kegigihan Wiratchai, serta kecintaan Ishige pada olahraga ini, banyak hal yang mungkin tak dapat berkembang dengan cara yang sama, atau secepat itu, di Thailand.

Jika “Tinydoll” tetap maju dan meraih kemenangan, seperti yang direncanakannya untuk melawan Nita Dea pada tanggal 26 Mei di Singapore Indoor Stadium, maka perkembangan itu akan tetap berlanjut.

“Saya ingin tetap berlaga dan menampilkan seni bela diri yang ada di Thailand,” kata Ishige. “Dalam jangka panjang, saya dapat menjadi Juara [Dunia]!”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9