Meng Bo Kejar Kejayaan Di Divisi Atomweight: ‘Saya Ingin Jadi Juara Dunia’

Meng Bo defeats Laura Balin at ONE AGE OF DRAGONS JHW_7827

Sementara kebanyakan wanita yang berada di pertengahan usia 20an memberi prioritas pada kehidupan sosial mereka, seniman bela diri campuran asal Tiongkok Meng Bo memilih untuk mengorbankan waktunya demi mengejar impian menjadi seorang Juara Dunia ONE.

Dengan mimpi yang semakin mendekati kenyataan itu, penantang peringkat kedua divisi atomweight ini akan menghadapi Priscilla Hertati Lumban Gaol dalam ajang ONE: INSIDE THE MATRIX II, yang sebelumnya telah direkam di Singapura dan akan disiarkan pada Jumat, 6 November ini.

Kemenangan di Singapore Indoor Stadium ini tak hanya menjadikan seluruh pengorbanan Meng menjadi setimpal, namun juga membawa dirinya mendekati posisi di Turnamen ONE Atomweight World Grand Prix.

“Saat perempuan seperti saya berada pada usia ini, ia ingin terlihat cantik, pergi berbelanja, berjalan bersama beberapa pria, serta menonton bioskop,” kata atlet berusia 24 tahun ini.

“Namun saya [lebih memilih] mengerahkan waktu untuk berlatih dan berkompetisi. Saya memulai latihan pukul 8:30 sampai 17:30. Mungkin ada waktu istirahat di sela-selanya, namun tetap saja inilah yang harus saya lakukan, dimana saya merasa bahagia dan bersyukur.”

🔥 ONE-PUNCH KO 🔥

🔥 ONE-PUNCH KO 🔥Chinese star Meng Bo knocks out former ONE World Title challenger Laura Balin in the first round of her dazzling ONE debut!📺: How to watch 👉 http://bit.ly/ONEAODHOTW🏨: Book your hotel 👉 hotelplanner.com📱: Watch on the ONE Super App 👉 bit.ly/ONESuperApp🏷: Shop official merchandise 👉 bit.ly/ONECShop

Posted by ONE Championship on Saturday, November 16, 2019

Nilai kerja keras telah tertanam dalam diri Meng sejak usia muda. Dibesarkan di provinsi Liaoning, bagian timur laut negaranya, sebagian besar penduduk di daerah tersebut bekerja keras pada sektor pertambangan, ladang minyak, pabrik, atau pertanian – termasuk keluarganya.

“Semua anggota keluarga saya adalah petani,” ungkap Meng. “[Karena bertani], keluarga saya dapat mencukupi kebutuhan dasar saya saat masih kecil.”

Dukungan keluarganya tersebut – terutama dari sang ayah – tak hanya sekedar dalam bentuk finansial. Sang kepala rumah tangga ini juga menunjukkan kepada Meng cara membela dirinya sendiri dan mengajarnya untuk membantu mereka yang membutuhkan.

“Kedua orang tua saya memiliki empat anak perempuan, dan di Tiongkok, terutama di daerah tempat saya lahir, keluarga cenderung lebih senang dengan anak lelaki dibandingkan wanita,” katanya.

“Maka, saat saya lahir, mereka membesarkan saya seperti anak lelaki. Ayah saya pernah mengatakan, ‘Jangan membuat masalah, namun ketika masalah datang, urus [masalah] itu dengan kekuatanmu.’ Dan saat saya melihat seseorang dirundung atau dipukuli, saya akan membela mereka.”



Meng juga mendapat dukungan saat ia berada jauh dari rumah, di bawah pengawasan mentor yang berdedikasi. Dengan bimbingannya, ia belajar menyalurkan energi menuju kesuksesan di bidang atletik.

“Saya memiliki seorang guru olahraga saat [masih duduk di] kelas lima. Ia membantu saya meraih posisi pertama sebanyak lima kali dalam kompetisi sekolah,” kenangnya.

“Kemudian, beberapa orang dari sekolah olahraga datang untuk mencari talenta baru. Mereka memilih saya, dan saat saya pergi ke sekolah olahraga itu, saya mendadak merasa seperti seekor ikan yang berada di kolam yang tepat. Saya sangat menyukainya.”

Di sekolah olahraga itu, Meng mulai menemukan dan mengembangkan kecintaannya terhadap seni bela diri. Ia memulai dengan taekwondo pada usia 13 tahun, dan ia juga mempelajari beberapa disiplin tradisional, hingga bahkan menjelajahi negara tersebut untuk menguji kemampuannya dalam berbagai kompetisi.

“Saya menyukai seni bela diri sejak kecil,” jelasnya. “Saya suka taekwondo dan sanda, saya berkompetisi di provinsi saya awalnya. Terkadang, saya juga bertanding di daerah lain di Tiongkok.”

Chinese athlete Meng Bo trains in the ONE Ring ahead of her debut in November 2019

Akhirnya pengalaman itu membawa Meng ke Xi’an Martial Arts University, dimana ia mempelajari beberapa disiplin bela diri kontemporer – yang akhirnya menyiapkan karier bela diri campurannya.

Namun, saat Meng merasa tenang berkelana ke penjuru negeri, membangun pengalaman dan bersaing melawan para atlet terbaik Tiongkok, ia juga menghadapi beberapa tekanan di rumah.

Walau sang ayah mengajari Meng untuk melawan para perundung, bertarung demi meraih penghasilan adalah sebuah kisah yang berbeda.

“[Orang tua saya] khawatir dengan saya,” kenangnya. “Saya rasa mereka tak suka melihat saya terluka atau apa pun itu.”

Tentunya, menekuni bela diri campuran ternyata membuahkan berbagai manfaat bagi Meng, seorang juara nasional dua kali yang kini memiliki rekor profesional 14-5.

Meng Bo knocks out Laura Balin with one punch at ONE AGE OF DRAGONS

Dengan menempuh perjalanan yang tak biasa dalam hidupnya, Meng mampu menyediakan segala sesuatu yang dirinya butuhkan – tanpa rasa penyesalan.

“Kini saya berusia 24 tahun – masih cukup muda – namun sebagian besar teman sekelas saya telah menikah, bahkan memiliki anak. Mereka menjalani kehidupan mereka yang  sangat biasa,” kata Meng.

“Sementara bagi saya, situasi finansial saya telah berkembang, dimana pengalaman dan kehidupan saya kini sangat luar biasa jika dibandingkan [dengan orang kebanyakan].”

Diluar kesuksesan pribadinya ini, Meng sangat gembira melihat dunia bela diri menjadi lebih populer di Tiongkok. Ia pun bangga mengetahui bahwa rekan senegaranya akan mempelajari nilai-nilai penting melalui latihan mereka.

“Itu [seni bela diri] semakin menjadi populer, dan ini adalah hal bagus. Semakin banyak orang tua mengajak anak-anaknya mempelajari seni bela diri. Mereka mengajarkan kemahiran yang cakap dan dapat memberi keunggulan [bagi anak-anak] untuk menjalani sisa hidup mereka,” jelas penantang divisi atomweight ini.

“Tiongkok adalah akar dari seni bela diri. Anda harus tetap menjaga semangat bela diri tetap hidup, karena saat anda berjuang untuk diri sendiri, anda juga harus menghormati orang lain.”

Meng Bo at ONE AGE OF DRAGONS

Bertarung dan memiliki respek. Sementara banyak orang luar mengira kedua kata itu bertentangan, keduanya sangat dibutuhkan untuk menjadi superstar bersama “The Home Of Martial Arts.”

Mencapai status tersebut adalah tujuan akhir Meng, namun itu memiliki tujuan jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Sepanjang perjalanan ini, ia berharap dapat menginspirasi generasi baru dari perempuan.

“Saya ingin menjadi juara. Saya mengetahui satu hari nanti saya akan meraihnya. Memenangkan sabuk emas selalu menjadi mimpi saya,” bintang Tiongkok ini berkata.

“Saya ingin memberitahu para perempuan di luar sana: Jika anda ingin berperan sebagai tentara, anda dapat melakukannya. Anda tak harus selalu menjadi ratu. Bekerja keras, berlatih keras dan jangan pernah menyerah untuk apa yang anda yakini.”

Baca juga: Dukungan Mengalir Bagi Eko Roni Saputra Jelang ONE: REIGN OF DYNASTIES

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9